Share

Bab 2

Author: Yazmin Aisyah
last update Last Updated: 2022-11-11 11:54:14

STATUS WA ADIK IPARKU 2

"Ada apa ini?"

Aku menghela nafas. Di hadapan Ibu, aku tak bisa bersuara keras. Ibuku adalah wanita yang lembut hati dan pengalah. Itu jugalah yang membuat rumah tangga orang tuaku langgeng hingga dua puluh lima tahun lamanya, sampai Ayah dipanggil Tuhan setahun yang lalu. Tapi sayang, sifat Ibu itu ternyata juga dimanfaatkan oleh adik iparku ini untuk kepentingan pribadinya.

"Mbak Andin berusaha mengadu domba aku dengan Bang Radit, Bu."

Riris menangis, mengadu lebih dulu.

"Mentang-mentang keluargaku orang susah, Mbak Andin menuduh aku yang bukan-bukan."

Playing victim. Jika kita berhadapan dengan musuh yang memang menunjukkan kejahatannya, itu lebih baik bagiku. Berbeda jika seseorang yang pura-pura terzolimi, nyatanya dia menusuk dari belakang.

Ibu menghela nafas, menatapku sejenak.

"Aku nggak pernah nuduh ya. Aku cuma mau klarifikasi. Aku malu baca status WA-mu itu. Seolah-olah, adikku nggak menafkahi kamu."

Riris makin kencang menangis. Mungkin merasa terpojok dan tak tahu harus menjawab apa, dia malah makin mengumbar air mata. Dia menarik tangan Kayla masuk dan menurunkan tas dari atas lemari. Lalu memasukkan baju-bajunya secara asal-asalan.

"Eehh… kenapa ini? Kamu mau kemana Ris?"

Ibu ikut masuk ke kamar, mengambil Kayla yang masih sesenggukan.

"Aku mau pulang ke rumah orang tuaku aja, Bu. Disini aku dianggap benalu sama Mbak Andin. Padahal kan aku disini nemenin Ibu. Gimana coba kalau Ibu masuk angin? Atau sakit tengah malam? Siapa yang nolongin kalau Ibu sendirian?"

"Gampang. Ibu bisa tinggal sama aku."

"Andin…" Ibu menegurku. Aku tahu beliau tersentuh oleh kata-kata Riris barusan. Padahal, cuci piring saja dia tak mau. Boro-boro mengurus Ibu.

"Sudah jangan dibahas lagi. Kamu tahu Ibu nggak bisa meninggalkan rumah ini."

Aku mendesah. Selalu begitu. Pembicaraan kami akan mentok setiap kali opsi membawa Ibu tinggal di rumahku, ku lontarkan. Ibu tak pernah mau meninggalkan rumah penuh kenangan ini. Bersama Ayah, beliau membangun rumah ini mulai dari sebidang tanah sampai menjadi rumah permanen. Aku dan Radit lahir dan dibesarkan disini, dan di rumah ini juga Ayah menghembuskan nafas terakhirnya. Riris tahu benar sejarah rumah ini dari Radit sehingga dia memanfaatkan keengganan Ibu untuk pindah. Sementara aku, tak mungkin memaksa Mas Reno tinggal serumah dengan Ibu. Dia lelaki yang punya harga diri tinggi.

"Sudah… sudah… ini pasti cuma salah paham. Ibu nggak mau anak menantu Ibu nggak akur. Ayo Kayla ikut Nenek. Tante Andin bawa puding."

Kali ini Riris membiarkan saja Ibu membawa Kayla ke dapur. Sementara aku masih berdiri di ambang pintu, menyaksikan dia menekuri tas yang baru diisinya dengan beberapa lembar baju. Tampak sekali dia gelisah melihatku tak juga beranjak. Selama ini aku diam karena menghormati Ibu dan juga menghargai adikku. Tapi teringat chat WA terakhir Radit membuatku mulai meradang.

(Kata Riris, dia sering bantu Ibu nambah modal warung Mbak, makanya tak pernah punya uang lebih. Ya wajarlah kalau dia ambil apa-apa dari warung. Kan ada uang Riris juga disitu.)

Wanita yang pandai berdusta dan berakting ini telah membohongi adikku ternyata, entah sudah berapa lama.

Riris bangun dari lantai, membiarkan tasnya tergeletak, lalu melangkah mendekat padaku.

"Mbak ngapain masih disini?"

See? Sebagai seorang adik ipar, dia tak punya rasa hormat padaku. Oke fine, aku masih bisa menerimanya. Tapi kalau dia memanfaatkan Ibu, apalagi memeras tenaganya dan menjadikan Ibuku kambing hitam, dia akan tahu berhadapan dengan siapa.

"Aku tidak peduli kemana semua uang yang diberikan adikku padamu. Tapi sekali lagi aku melihatmu memfitnah Ibu dan menjadikannya alasan atas perginya uangmu itu, aku tak akan tinggal diam. Ingat itu baik-baik."

Riris terdiam. Wajahnya memerah, tapi dia tahu percuma berdebat denganku. Dia akan mencari cara lain, seperti biasa, seolah olah menjadi orang yang paling tersakiti. Namun, aku telah siap untuk itu.

Kutatap wajahnya yang tertunduk, lalu membalikkan langkah. Dapat kurasakan dia menatap punggungku dengan tatapan benci.

"Oh ya." Aku berbalik. Dan benar saja, dia segera menunduk lagi. "Satu lagi, jangan perlakukan Ibuku seperti pelayanmu. Segera ke dapur dan bereskan piring bekas makanmu. Sekarang."

Aku menatapnya sekian detik, menegaskan maksudku. Ibu mungkin terlalu lemah dan pengiba, tapi aku tak bisa diam saja. Mungkin suatu saat, Radit perlu tahu kelakuan istrinya ini.

***

Aku meninggalkan rumah Ibu dengan perasaan gelisah. Teringat bagaimana Riris melanjutkan cucian piring Ibu dengan gerakan kasar. Suara denting piring yang beradu dengan sendok, juga suara panci dan wajan yang sengaja diadu keras-keras menandakan dia tak ikhlas mengerjakannya.

"Kalau kerja yang ikhlas. Masa piring bekas makanmu, mertua yang nyuci. Bahkan pindah dari meja aja nggak. Kalau kamu jadi menantuku, udah kupecat kamu." Bisikkku. Aku sudah nggak peduli lagi dengan imej ku yang anggun selama ini. Kalau dia bisa main kotor, maka aku juga bisa.

Sisa hariku di rumah Ibu kuhabiskan dengan berbelanja kebutuhan warung. Kuajak Kayla ikut serta Indo Grosir, sekalian menyetok susu UHT untuknya. Ya, meski ibunya sering bikin jengkel, aku tetap sayang pada Kayla.

"Ini jangan lupa dicatat Bu, setiap ada barang yang keluar, biar capeknya Ibu nggak sia-sia."

Ibu mengangguk. Berdua kami menata isi warung sementara Kayla sudah kembali ke kamarnya.

"Jangan terlalu keras sama Riris. Kasihan dia, sudah jauh dari Radit."

Aku mendesah, kupegang tangan Ibu.

"Ibu, Andin nggak akan keras padanya kalau dia memperlakukan Ibu dangan baik. Mulai sekarang, tolong jangan mencucikan piring bekas makannya, apalagi bajunya. Nggak elok Bu. Kalau Ibu sayang padanya, didik dia jadi istri, Ibu dan menantu yang baik. Seperti Ibu mendidik Andin dulu."

Kini, membayangkan Ibu bertiga saja dengannya dan Kayla di rumah itu membuatku gundah. Ibuku belum terlalu tua. Usianya masih lima puluh lima tahun. Tapi beliau orang yang sangat lembut dan penyayang. Ibu menerima saja semua perkataan Riris. Misalnya, ketika dia mengaku tangannya luka hingga tak bisa mencuci piring. Masuk angin dan membiarkan pakaian kotornya dan Kayla berhari-hari di keranjang baju kotor, hingga Ibu mesti turun tangan. Padahal aku tahu semua itu hanya alasan untuk menutupi kemalasannya.

Tiba di rumah, Mas Reno masih belum pulang. Aku duduk di sofa, memandangi rumah yang sunyi tanpa celoteh anak-anak. Iseng, kubuka akun F*-ku, kadang suka kutemukan video anak-anak yang lucu, yang kerap menghibur hati. Tapi kali ini, lagi-lagi, status Riris lewat di beranda paling atas.

(Ipar jahat dan julid itu beneran ada gaes. Pantas aja nggak hamil-hamil dia. Padahal anak itu pengikat hati suami. Hati-hati loh, suamik digondol pelakor.)

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Maida Fatmawati
dasar ipar kurang ajar
goodnovel comment avatar
Isabella
ingin ku jitak aja palanya si riris
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • STATUS WA ADIK IPARKU   Nan 47B. Ekstra Part 2

    "Selamat Bu Andin. Usia kandungan sudah dua belas minggu ya. Wah, nantinya pasti akan jadi ramai nih. Seru banget."Dokter Budi, dokter Sp.OG langganan ku, memberi selamat. Dia adalah saksi perjuanganku mendapatkan buah hati saat bersama Mas Reno dulu. Dan kini, aku datang bersama Mas Ziyan. Sang dokter tak banyak bertanya. Dia profesional. Kebahagiaan pasiennya adalah fokus dirinya. Di luar itu bukan merupakan urusannya. Prinsip yang sangat kuhargai."Benar Dok. Allah ternyata begitu sayang padaku."Aku datang ke praktek dokter Budi dengan Formasi lengkap. Mas Ziyan, Aksa, dan juga ketiga gadis kecilku yang cantik. Tentu saja kami menjadi perhatian banyak orang. Dengan keempat anak yang masih kecil, dan aku kembali datang untuk periksa kehamilan.Aku hanya tersenyum membalas pandangan heran orang-orang. Tak perlu menjelaskan karena aku tak kenal mereka. Juga, tak perlu menjelaskan, karena ukuran kebahagiaanku dan mereka pasti berbeda.Ya. Aku bahagia, membayangkan masa tua bersamanya

  • STATUS WA ADIK IPARKU   Bab 47A Ekstra part

    STATUS WA ADIK IPARKU (ekstra part)Sahabat menjadi cinta. Apakah itu mungkin terjadi pada kami?Setahun lagi sudah berlalu. Semuanya baik baik saja. Aku bahagia tinggal bertiga bersama Ibu di rumah peninggalan Ayah. Radit dan Nayla bersikeras membayar harga rumah lamaku dengan Mas Reno untuk mereka tempati bertiga Kayla. Tadinya aku tak mau. Aku mempersilahkan mereka tinggal sampai kapan saja. Tapi Radit tak mau, sebagai lelaki, dia ingin memberi tempat tinggal bagi istrinya dengan cara membeli, bukan menumpang. Aku akhirnya setuju setelah melihat rumahku yang kutinggalkan berdebu. Rumah yang selama lima tahun menjadi istanaku.Aku memang tak pernah datang lagi setelah memindahkan semua barang yang kurasa perlu ke rumah Ibu. Setiap membuka pintunya, semua kenangan bersama Mas Reno Menghantam, membuat dadaku terasa sesak. Terutama ketika Aksa yang mulai pandai bicara ikut ikutan memanggil Radit Papa. Sedih tentu saja, karena aku tak bisa memberikan keluarga yang utuh pada putraku sa

  • STATUS WA ADIK IPARKU   Bab 46B

    Tak ada yang lebih membahagiakan melihat adikku akhirnya menikah lagi. Radit mengucapkan ijab kabul dengan tenang meski suaranya bergetar. Aku tahu dia mungkin teringat pada Riris dan pernikahan seumur jagungnya yang berakhir tragis. Kulihat mata Ibu berkaca-kaca. Apalagi setelah ijab kabul selesai, Nayla langsung menggendong Kayla, menciumi nya. Tapi peduli gaunnya yang cantik itu kusut.Keluarga Nayla yang turun temurun merupakan keluarga dokter, menerima kami dengan sangat baik. Mereka tak pernah mempermasalahkan status Radit yang duda beranak satu. Atau Ibu yang hanya hidup dengan pensiunan Ayah dan warung sembako nya. Atau aku yang janda tanpa status, yang saat ini masih menabung untuk membangun kembali butik. Mereka keluarga dokter yang kaya raya tapi bersahaja. Tak sekalipun kudengar kata-kata yang membuat kami berasa berbeda. Adik Nayla yang masih kuliah, seorang gadis cantik dan periang, bahkan langsung akrab dengan Kayla dan Aksa.Aku bahagia, tentu saja. Kebahagiaan orang-o

  • STATUS WA ADIK IPARKU   Bab 46A

    STATUS WA ADIK IPARKU 46Dia seorang wanita setengah baya berpakaian modis. Dengan setelan blazer putih dan tas branded yang dijinjing oleh kedua tangannya. Rambut pendeknya yang ikal kemerahan disisir dengan rapi, begitu juga make up yang pastinya ditata oleh penata rias profesional. Meski begitu, segala make up itu tampaknya tak mampu menutupi tanda-tanda penuaan di wajahnya. Saat aku tiba, dia tengah diinterogasi polisi. Sikapnya tenang, sama sekali tak gampak gentar meski telah terbukti dia lah penyebab kematian suaminya sendiri."Saya tidak pernah bermaksud membunuh suami saya, Pak. Yang seharusnya mati saat itu Riris, selingkuhnya. Bukan suami saya."Aku berdiri di belakangnya, mendengar dia bicara seperti tanpa merasa bersalah."Bapak bayangkan saja, suami saya memelihara wanita muda, menghamburkan uang untuknya. Siapa istri yang tak akan marah?""Harusnya Riris yang mati saat itu. Tapi tak masalah, toh dia akhirnya menemui ajal dengan cara yang tak kalah tragis. Putri saya Zha

  • STATUS WA ADIK IPARKU   Bab 45B

    Adek! Adek Aksa!"Suara Kayla yang ceria terdengar dari luar, lalu langkah kaki kecilnya yang melompat-lompat itu mulai mendekat. Tak lama, wajah mungil muncul dari balik pintu."Adek Aksa tidur?"Dia bertanya sambil berbisik. Aku menggelneg sambil tersenyum. "Nggak, kan baru habis mandi. Kayla dari mana?" Aku bertanya sambil menakainkan Aksa kaus kaki, lalu menggendongnya dan berjalan ke depan. Ada Nayla yang tengah mengukur tensi darah Ibu.Ah, kasihan Ibu. Masalah Radit dan Riris yang menguras air mata Ibu baru saja selesai. Baru saja kering mata tua itu, kini, aku hendak menambahinya lagi dengan masalah."Tensi Ibu agak rendah Mbak."Aku mendesah, merasa bersalah karena sudah lama justru Ibu yang mengurusku.Aku memperhatikan mata Radit yang tak lepas dari tangan cekatan Nayla. Setelah menyimpan lagi alat pengukur tensi, Nayla mengusap usap lengan Ibu."Jangan banyak pikiran Bu. Semua akan baik-baik saja."Aku terenyuh. Bagaimana Ibu akan baik-baik saja, jika satu anak menjadi du

  • STATUS WA ADIK IPARKU   Bab 45A

    STATUS WA ADIK IPARKU 45Bolehkah aku menangis lagi Ya Allah?Ternyata ada hal yang juga sama menyakitkannya dengan dikhianati, yaitu dibohongi. Pemakaman Vira sudah selesai, dan aku sama sekali tak mau menghadirinya. Bukan karena dendam, tapi karena aku tak ingin melihat wajah Mas Reno yang amat berduka. Pantas saja dulu, Mas Reno tampak biasa saja saat Vira dimakamkan. Tentu karena dia tahu yang dimakamkan bukanlah Vira, tapi bayinya. Aku bisa mengerti karena Vira dulunya adalah adik yang sangat dia sayangi. Tapi kebohongan terakhir yang dia lakukan, yaitu menutupi kematian Vira akibatnya sangat fatal. Aku masih bersyukur Vira hanya membakar butikku. Sungguh tak bisa kubayangkan jika dia mencelakai Aksa. Mungkin saja aku bisa menjadi pembunuh."Andin, makan, Nak. Kau butuh tenaga dan juga ASI untuk Aksa."Ibu meletakkan sepiring makanan di depanku. Aku menghapus mataku yang basah, mengusap dada, mencoba menyembuhkan rasa nyeri di dalam hati. Sudah tiga hari Mas Reno di rumah Mama,

  • STATUS WA ADIK IPARKU   Bab 44B

    Dia lantas menunjuk makam di sebelahnya."Di dalam sini, bayiku terkubur. Aku harus menjadi orang lain gara-gara kalian!""Kau memanipulasi kematianmu. Itu sebuah kejahatan."Vira tersenyum culas. "Itu bukan urusan kalian.""Jelas jadi urusanku karena kau pasti tahu sebabnya sampai butikku terbakar."Gadis itu menelan ludah. Dia mundur hingga kakinya menabrak nisan. Ternyata dia hanya bisa mengubah wajahnya, tapi tidak cara berpikirnya yang ceroboh itu. Mas Reno menatap adik angkatnya itu dengah pandangan sedih."Ayo ikut, kau harus bertanggungjawab atas perbuatanmu."Lalu tiba-tiba, kurasakan benda dingin menempel di kepalaku. Disertai sebuah suara berat."Tidak ada yang boleh membawa Nona Tania pergi."…"Kalian salah. Semua pelaku kejahatan harus berakhir di penjara."Seperti adegan film, dimana kami semua adalah pemerannya. Aku berbalik begitu mendengar suara Zi. Kini di hadapanku, tampak seorang lelaki, mengangkat tangannya setelah menjatuhkan pisaunya ke tanah. Sementara di bel

  • STATUS WA ADIK IPARKU   Bab 44A

    STATUS WA ADIK IPARKU 44Rumah itu megah sekali, besar dan sangat mewah. Pagarnya saja sepertinya cukup untuk membangun satu rumah sederhana, belum lagi pilar-pilarnya yang tinggi. Jarak antara pagar dan teras cukup jauh sehingga aku tak dapat melihat pintu berukir yang pasti sama mahalnya. Halamannya ditanami rumput Jepang, dengan bunga-bunga yang tak semuanya tumbuh di Indonesia. Dan di sudut halaman, ada kandang berisi burung-burung yang cantik. Begitu mobil kami berhenti di depan pos satpam, seorang lelaki berseragam coklat langsung berlari menghampiri. Dia berdiri di balik pagar mewah itu, menatap dengan curiga. Tubuh tegap dan rambut cepak membuatku menduga bahwa mungkin dia mantan tentara. "Cari siapa?""Apa benar ini rumah Nyonya Arlene?"Lelaki itu menatap Mas Reno cukup lama."Benar. Ada keperluan apa dengan Nyonya?""Kami ingin bertemu putri Nyonya yang baru datang dari luar negeri. Namanya Vira."Wajah itu langsung berubah. Jika dia tadi tampak curiga, kini dia menampilka

  • STATUS WA ADIK IPARKU   Bab 43B

    Kau bilang waktu itu bahwa kau tak mengenalnya, Ndin.""Zi. Dia ibu kandung Vira. Dia yang membawa jenazah Vira. Aku curiga dia memalsukan kematian Vira. Vira masih hidup!"Di seberang sana, kudengar suara Zi mendesah. Aku tahu dia tak suka mendengarku seperti ini karena akan membuatku berada dalam bahaya. Tapi sungguh aku tak bisa diam saja. Jika Vira masih hidup, maka kemungkinan besar aku tahu siapa yang bertanggung jawab membakar butikku. 'Nikmati saja hidupmu saat ini, kebahagiaan yang kau miliki saat ini. Tunggulah, aku akan membuat kejutan untukmu.'Kata-kata Vira saat aku menemuinya di tahanan waktu itu kembali terngiang. Inikah kejutan yang dia maksud? Atau… ini hanya peringatan dan dia telah menyiapkan kejutan yang lebih besar lagi?"Zi, tolong cari alamat Nyonya Arlene. Ini pasti bukan hal sulit untukmu.""Memang, tapi akan menyulitkan hidupmu. Biar aku bicara dengan Reno. Kau baru saja melahirkan.""Sudah lewat seminggu, Zi. Aku sudah sembuh.""Keras kepala."Aku meringis

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status