Share

Bab 28

Dua tahun kemudian usaha mi ayam Septi sukses. Ia bisa melunasi hutangnya pada Mas Darius. Kami pun diminta ke rumahnya sekalian silaturahmi dan makan mi ayam gratis.

Sebenarnya Septi mau mengantarnya ke sini. Tapi, Mas Darius sekali-kali juga pengen berkunjung ke rumah adik perempuannya itu. Jadi nggak harus yang muda mengunjungi yang tua melulu.

"Mas, mau bawa oleh-oleh nggak?" tanyaku saat siap-siap mau ganti baju.

"Tenang, aku sudah siapkan," katanya. Lega banget dengarnya. Suamiku memang the best.

***

"Mas, katanya sudah menyiapkan oleh-oleh untuk Septi, mana?"

Aku bertanya serius, dia malah cengengesan.

"Oleh-olehnya ya, kamu!"

"Hah! Ya Gusti, jangan bercanda, Mas! Kalau tahu begini, aku tadi siapkan. Kalau begitu kita mampir ke toko buah saja. Kita bawakan buah," kataku dengan kesal. Punya suami bawaannya bikin emosi. "Menepi dulu, Kang Arif!"

"Siap, Bu!"

Kami turun dan memilih-milih buah di sana.

"Enaknya beli buah apa, Mas?" tanyaku meminta saran.

"Apa saja enak!" jawabnya.

"
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status