Share

14. Berbeda

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-06 06:42:03

"Dasar anak tidak tahu sopan," guman Maheswari pelan, tapi suaranya cukup keras untuk didengar.

Bisik-bisik dari kalangan ibu-ibu sudah terdengar tak sedap. Walau ada yang memuji atau kasihan.

"Ada apa, Bu?" tanya Bu Meri.

"Gandes ketiduran di depan, saat acara udah selesai, dia masih posisi duduk sambil bilang.. Amin, Amin. "

Orang di dapur seketika tergelak.

"Kelelahan kayaknya dia, Bu," ucap Bu Rena.

"Iya, dari pagi dia udah ke Universitas, ada ujian katanya. Lalu acara mandi keramas itu, dan malam ini,.. Bener kata Bu Rena, dia kecepaian, " bela bu Maria.

"Katanya Gandes itu di universitas negri terbaik di kota ini, ya, Bu?" tanya Bu Teri sambil membungkus makanan untuk orang yang hari itu bantu-bantu masak.

"Katanya begitu," jawab Bu Wagini.

"Anaknya pintar, katanya aktif juga di kampus. Tapi ya, perempuan zaman sekarang itu beda. Kadang pandai bicara, tapi tidak tahu tata krama kampung."

"Saya dengar ibunya dulu kerja di luar negeri," tambah Bu Nara. "Mungkin itu sebabnya kulitn
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • SUAMIKU KEKASIH IBUKU   100. Sakit

    Gandes hendak melipat sajadah. “Kamu kenapa?” tanyanya saat Jati yang menatapnya dengan mata buram.Jati masih diam. Tangannya merangkul Gandes dari samping, dahi menempel pelipis Gandes. “Terima kasih. Kamu bikin aku ingat Tuhan lagi. Subuhan bersama barusan rasanya beda.”Gandes terkekeh. “Kok mendadak puitis. Jangan-jangan habis mimpi.”“Bukan mimpi.” Jati menurunkan suara. “Kamu juga kasih kebahagiaan yang susah dicari bandingannya.”“Eh, stop,” potong Gandes cepat begitu melihat Jati hendak merangkul Gandes lagi. “Jangan peluk aku lagi. Nanti kamu ajak aku begituan lagi. Aku sudah lelah, Mas.” Gandes sampai mengatupkan kedua tangannya.Jati tertawa, bahunya bergetar. “Lelah dari apa?”“Dari kamu.” Gandes membuka mukenanya, lalu menarik rambutnya ke depan. “Lihat ini. Masih lembap. Padahal sudah pakai pengering. Rambutku keras kepala juga kayak kamu.”Jati menyandarkan dagu. “Keras kepala seperti pemiliknya.”“Mas....” protes Gandes saat tangan Jati mulai bergerak menyusup.“Tapi

  • SUAMIKU KEKASIH IBUKU   99. Saat hati berdebar

    “Akhirnya kita sampai juga,” kata Jati, suaranya memecah senyap ketika mobil mulai melambat. Lalu terparkir di depan sebuah villa. Gandes menoleh. “Sepi sekali, Mas. Kamu yakin ini?"“Yakin. Vila keluarga bukan tempat nyasar. Kalau ramai itu pasar atau mall. Namanya juga villa, tentu sepi. Kalau ramai gimana kita bisa....""Ih, otak kamu ngeres melulu, " ucap Gandes dengan mnjitak kepala Jati pelan. "Gandes, berani jitak aku. Aku ini komandan di kesatuan aku, malah sama kamu, enak-enakan kamu jitak.""Ngak boleh? Sini aku tambahi, " canda Gandes. Belum juga tangan Gandes mencapai kepalanya, Jati sudah menarik duluan tangan itu hingga Gandes terjerembab di pelukannya. Jati mencium bibir Gandes sampai gadis itu terengah. "Lepasin, kalau enggak, aku teriak! " ancam Gandes. "Teriak aja, emang ada yang berani ngusik suami yang membahagiakan istrinya?" kekeh Jati makin melancarkan aksinya. Gandes mendorong dada Jati. Namun, Gandes yang kalah kuat malah tak berdaya ditarik Jati dan di

  • SUAMIKU KEKASIH IBUKU   98. Refresing

    “Kamu sudah makan?” tanya Jati dari ambang dapur. Pagi baru saja naik. Matahari menyelinap lewat jendela, memantul di meja ukiran Jepara yang mulai dipenuhi piring. Nasi hangat, bandeng otak otak khas olahan Mbak Ratih yang asal Gresik, dipadu sayur bening, menggugah selera.“Belum,” jawab Gandes sambil menuang teh."Kamu sekarang rajin nungguin Kanjeng Romo sama Kanjeng Ibu, nggak ngira banget.""Aku juga pingin jadi orang yang bisa diterima di keluarga ini, Mas."“Kamu.... " Jati hampir merengkuh Gandes karena terharu.“Ih, apaan sih. Mas, lebay banget?"Jati mencium kepala Gandes. Kerudung satinnya sengaja ia pakai agar rambutnya yang masih lembab tak terdeteksi."Wangi shamponya masih tercium.""Ish, kamu..." Gandes hendak menimpuk Jati, tapi Jatmiko datang dengan berdehem."Romo... " Serentak Jati dan Gandes tersipu.Mereka lalu duduk di meja makan berdampingan.Suara kursi digeser. Maheswari muncul dari ruang tengah.“Kalian sudah sarapan?” tanya Maheswari.“Baru mulai. Ini nung

  • SUAMIKU KEKASIH IBUKU   97. Kuingin

    “Kamu belum tidur?"Suara itu datang dari arah pintu. Pelan, namun cukup membuat Gandes tersentak. Ia berbalik. Jati berdiri sana. Jaket masih melekat, helm tergantung satu tangan. Entah karena apa sampai lelaki itu membawa helmnya ke kamar, padahal biasanya diletakkan di depan, dekat tempat sandal sepatu. Wajahnya lelah, mata redup, rahang mengeras seolah menahan banyak hal.“Aku kira kamu pergi dan pulang malam seperti biasa,” ucap Gandes lirih.“Aku cuma mutar sebentar,” jawab Jati. Ia menutup pintu pelan. Bunyi kunci beradu terdengar jelas.Gandes mendekat setengah langkah. Ragu. “Kamu… mau minum? Kelihatannya kamu haus.”Jati mengangguk. "Boleh."Gandes mengambil air dingin di kulkas kamarnya. Jati mengambilnya dengan tatapan tak lepas dari Gandes yang malam itu memakai busana tidur tipis yang luarnya seperti kimono.Jati menelan saliva. Lampu temaram, cukup menerangi wajah, cukup menyembunyikan mata yang salin mencuri pandang.“Maaf soal tadi. Aku refleks,” ucap Gandes. “Bukan

  • SUAMIKU KEKASIH IBUKU   96. Usaha

    Tak ada balasan. Apa dia marah padaku? Mungkin saja, dia pasti tersinggung dengan sikapku tadi, bathin Gandes tak nyaman. Gandes menekan nada panggil begitu melihat Jati online. “Kamu sudah makan?”Suara Gandes terdengar pelan saat sambungan tersambung. Sendok berhenti separuh jalan. Kantin ramai, namun ia merasa sendirian.Jati tak langsung menjawab. Hanya ada dengus napas singkat, lalu suara lain menyela, memberi aba-aba. “Aku sibuk.”“Aku cuma sebentar,” ucap Gandes cepat. “Aku mau minta maaf.”Hening beberapa detik. “Soal apa?”“Soal tadi. Aku refleks. Aku tidak bermaksud melindungi Ryan.”Jawaban tak kunjung datang. Gandes menatap piringnya, nasi terasa dingin.“Aku mengerti kamu marah,” lanjutnya. “Namun aku tidak berpihak.”“Aku sedang tugas,” potong Jati. “Jangan ganggu aku.”Sambungan terputus. Gandes menatap layar, dadanya mengempis pelan. Ia menyimpan ponsel, lalu memaksa makan. Setiap suapan terasa berat.Sementara itu, Jati berdiri tegak di area markas. Seragam rapi, wa

  • SUAMIKU KEKASIH IBUKU    94. Menjauh

    "Aku hanya ingin tanggung jawab," lanjut Ryan. "Aku takut jika Gandes hamil anakku."Jati melangkah maju. Giginya gemertak. Ketakutannya diucapkan Ryan dengan gamblang."Kamu sudah kelewatan!" Satu pukulan sudah melayang ke tubuh Ryan. "Dia istriku. Dia hanya akan mengandung anakku!"Gandes spontan memegang lengan Jati. "Jati, jangan!"Gerakan itu membuat waktu seakan berhenti. Jati menoleh. Matanya memerah, bukan karena marah semata, melainkan terluka."Kamu melindunginya?" suaranya rendah."Aku tidak mau keributan," jawab Gandes cepat. "Tolong."Suasana kantin sudah agak sepi. Namun, lalu lalang para mahasiswa masih terlihat. Ada yang menoleh, ada yang berjalan terus seolah takut untuk melerai melihat seragam yang dipakai Jati. Ryan menyeringai kecil. "Lihat? Dia masih peduli padaku."Jati melepaskan diri dari cekalan Gandes. Satu pukulan melayang kembalil. Ryan terhuyung, lalu jatuh terduduk. Suara sekitar mendadak riuh, seorang cewek menjerit histeris. Wulan dan Sandi yang kebetu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status