Share

Bab 2

Penulis: Neyta
Pagi-pagi sekali, Yosep terbangun. Tenggorokannya kering akibat mabuk berat semalam. Begitu membuka mata, dia langsung meraba ke arah nakas, tetapi tidak menemukan secangkir teh jahe hangat yang biasa tersedia di sana.

Tempat tidur pun hanya menyisakan selimut yang sudah dingin.

Dia merasa aneh. Kenapa tidak ada Luna di sini? Sebelum sempat memikirkan lebih jauh, dia menerima telepon dari adiknya, Maia, yang berkata akan membawa beberapa teman untuk berkunjung.

Sementara itu, Luna yang semalam belajar hingga larut malam, akhirnya tertidur lelap di kamar sebelah.

Suara gaduh membangunkannya. Pembantu mengingatkan, "Tadi Nona Maia bilang, kalau Nona sudah bangun, tolong ganti baju dan turun mengobrol bersama mereka."

Di kolam renang vila Keluarga Djohar, pakaian renang yang terlalu terbuka membuat Luna merasa canggung dan tak nyaman.

Begitu dia muncul, suara-suara menggoda langsung terdengar dari para tamu pria.

"Yosep, calon istrimu ternyata lumayan juga ya."

"Iya tuh, kamu benar-benar nggak tahu terima kasih."

Dulu mendengar ucapan semacam itu, Luna mungkin akan merasa sedikit bangga. Akhirnya ada sesuatu dari dirinya yang layak untuk disandingkan dengan Yosep.

Namun, sekarang dia baru sadar, layak atau tidak hanyalah bahan tertawaan bagi mereka.

Sementara itu, wajah Yosep tetap tanpa ekspresi, tak bisa dibaca, hanya sesekali melirik ke arah Ruha.

Salah satu temannya membela Luna, "Jangan keterlaluan dong. Masa mengejek Lulu seperti itu?"

Maia tertawa puas. "Santai saja, aku sudah cek kok. Dia nggak pakai alat bantu dengar."

Tawa ramai pun langsung menyambut.

Maia, adik Yosep, memang tidak menyukai Luna sejak pertunangan mereka. Saat kuliah dulu, dia bahkan menjadi pelopor perundungan. Susu ditambah garam, rambut digunting saat tidur. Semua itu adalah ulah Maia.

Luna hanya bisa tersenyum, berpura-pura tak mendengar.

Kehadiran Ruha segera menyita perhatian. Maia bergegas menyambut, "Kak Ruha, kamu sudah lama balik dari luar negeri, tapi nggak ajak aku keluar."

Teman-teman yang tadi menghina pun langsung berubah ramah dan menyapa dengan antusias. Mereka memang satu lingkaran pergaulan. Luna hanyalah orang luar yang bisa masuk lingkaran itu berkat status tunangannya dengan Yosep.

Luna tiba-tiba teringat rak gambar di ruang kerja Yosep, penuh dengan sketsa wajah Ruha. Semua digambar oleh Yosep sendiri. Di balik setiap gambar, selalu ada satu kalimat.

[ Yang kuinginkan hanyalah menua bersamamu. ]

Ini adalah kali pertama Luna melihat Ruha secara langsung. Rambut panjang bergelombang, tubuh semampai dalam pakaian renang ketat, senyuman tipis di bibir. Tak heran jika Yosep begitu sulit melupakannya.

Merasa tidak pantas berada di situ, Luna hendak kembali ke kamar untuk lanjut belajar bahasa asing.

Namun, suara gaduh di belakang membuatnya menoleh. Ternyata Ruha mengenakan pakaian renang yang terbuka dan Yosep buru-buru menyelimutinya dengan handuk sambil mengomel, "Tubuhmu lemah, nggak takut masuk angin?"

Ruha langsung tersipu dan menyandarkan diri ke dada Yosep. Ya, jika seseorang benar-benar mencintai pasangannya, dia tak akan membiarkan keindahan pasangannya menjadi tontonan umum dan akan menyimpannya untuk diri sendiri.

Luna kembali ke kamar dan mengirim pesan ke agen perjalanan, menanyakan progres pengurusan visa. Kota ini sudah tak layak dipertahankan.

Namun, pergi ke Negara Iraba membutuhkan dana yang tidak sedikit. Meskipun Yosep tak pernah memperlakukannya dengan buruk selama beberapa tahun ini, Luna tetap harus menabung lebih banyak. Apalagi dia mendengar, menyelesaikan kuliah di sana sangat sulit.

Luna pun melirik perhiasan miliknya yang diberikan oleh Yosep. Dia belum cukup mulia untuk tidak mengambil apa pun, tetapi juga tidak serakah untuk mengambil yang bukan haknya. Dulu dia memilih mengambil cuti kuliah demi Yosep, kini saatnya dia kembali mengejar gelar.

Suara Maia kembali menyeretnya ke dunia nyata. "Luna! Teh jahe yang kamu buat mana?"

Maia selalu menggunakan nada memerintah seperti ini. Luna tertegun. Dia sudah beberapa hari tak membuat teh jahe. Yosep tak pernah memberi tahu kapan dia akan kembali ke Vila Luxe, jadi Luna selalu menyiapkannya setiap hari tanpa lelah. Supaya saat Yosep kembali, teh itu selalu ada.

Bukan hanya teh jahe, apa pun yang baik untuk tubuh Yosep, dia pelajari dengan tekun. Buku pengobatan tradisional yang tebal adalah buktinya. Meskipun dari semua itu hanya sedikit yang benar-benar dimakan oleh Yosep, Luna sudah merasa puas.

Namun, sejak operasi terakhir, dia tak pernah lagi menyiapkan apa pun.

"Kamu mau minum?"

"Tadi Kak Ruha bilang kedinginan. Cepat buatkan teh jahe! Kalau Kak Ruha sakit, Kak Yosep pasti sedih!"

Selesai Maia berbicara, Ruha yang duduk di sofa langsung batuk dua kali.

"Oh, suruh pembantu buatkan saja."

Perkataan itu membuat Maia kesal. "Harus kamu yang buat! Kenapa? Kamu cuma mau buat untuk kakakku? Kak Ruha itu kesayangan kakakku! Kalau dia sakit, kakakku pasti sedih! Bukankah Kakek menyuruhmu merawat kakakku?"

Memang benar merawat Yosep, tetapi bukan jadi pembantu di rumah ini. Apalagi, sekarang dia tak perlu menahan diri lagi.

Ruha akhirnya berkata, "Yosep bilang buatanmu enak. Kira-kira aku punya kehormatan untuk coba nggak?"

Luna menunduk, wajahnya tenang. Namun, dia langsung menolak, "Nggak."

Menjadikannya seperti pembantu untuk memamerkan kuasa sebagai nyonya rumah? Jangan mimpi!

Ruha mengubah nada bicaranya. "Maaf ya, aku lancang. Aku seharusnya tahu teh itu cuma buat Yosep."

Di tangga, Yosep merasa aneh. Luna yang biasanya lembut dan penurut, kenapa hari ini berbeda?

Dia turun dan berkata, "Ini bukan masalah besar. Luna, buatkan saja."

Ruha segera memotong, "Yosep, nggak usah. Sepertinya Luna nggak terlalu suka aku. Lain kali saja. Tapi ... aku agak pusing, boleh aku istirahat di sini? Luna nggak keberatan, 'kan?"

Mendengar nada murahan itu, Luna hanya bisa tertawa dalam hati. Kalau sakit, ya ke rumah sakit. Di sini mana bisa sembuh?

Namun, Luna tak mengatakan itu. Dia hanya tersenyum sopan. "Silakan."

'Aku akan segera mengosongkan tempat ini untukmu,' batin Luna.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 22

    Ruha menjerit ketakutan saat melihat Yosep jatuh dari lantai atas.Luna dan Ronan segera berlari menuruni tangga untuk memeriksa keadaannya. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Yosep menatap Luna dan berkata dengan penuh penyesalan, "Aku ... maaf, anggap saja ini sebagai penebusan dosaku ...."Saat ini, suara sirene polisi terdengar dari luar.Di depan ruang ICU, Luna memandang ke arah dalam dengan tatapan hampa. Dokter memintanya untuk menjalani pemeriksaan menyeluruh, tetapi dia tak memberi respons.Ronan sudah membujuknya berkali-kali agar mau diobati, tetapi Luna tetap bergeming. Hingga akhirnya, Ronan sendiri yang turun tangan mengurus luka-lukanya.Karena kelelahan, Luna bersandar di pelukan Ronan. Dia terus berdoa agar Yosep bisa selamat.Ronan terus menenangkannya, "Dia akan baik-baik saja ... pasti akan baik-baik saja ...."Hingga akhirnya dokter keluar dan mengumumkan hasil penanganan. Yosep berhasil diselamatkan, tetapi dia menjadi cacat seumur hidup.Saat Luna masuk, Yosep

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 21

    Mendapati kesimpulan itu, Ronan mulai panik. Pikirannya mulai mengingat-ingat siapa saja musuh yang mungkin pernah dikenali ke Luna.Yosep juga menggunakan koneksinya, tetapi satu-satunya yang ditemukan adalah mobil hitam terakhir yang menghilang di jembatan layang pinggiran selatan. Setelah itu, tak lagi ditemukan jejaknya.Ronan langsung membuka laptopnya dan mengaktifkan pelacak. Yosep mencibir melihatnya. "Kamu bahkan memasang pelacak di tubuhnya? Ini yang kamu sebut memberikan dia kebebasan untuk memilih?""Kami pernah liburan bersama sebelumnya. Kamu nggak tahu 'kan kalau Luna itu buta arah, nggak bisa membedakan timur, barat, utara, dan selatan. Jadi, aku pasang pelacak untuk berjaga-jaga kalau dia tersesat di luar negeri. Lagi pula, pelacak ini hanya aktif kalau Luna sendiri yang menyalakannya."Sayangnya, saat laptop dibuka, pelacak itu sama sekali tidak menunjukkan sinyal. Seketika, sebuah pemikiran terlintas di kepala Ronan. Dia terdiam sejenak, lalu berkata, "Luna nggak pun

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 20

    Hari lamaran akhirnya tiba. Hari itu adalah hari balapan mobil di Pegunungan Oyama dan Ronan sudah janjian ikut serta bersama teman-temannya. Luna menonton dari pinggir lintasan sekaligus memberi semangat untuk Ronan.Dia bukan tidak paham dunia balap. Dulu dia pernah menemani Yosep bermain balap mobil. Saat itu, Yosep sedang terpuruk dan mencari sensasi, bahkan mengabaikan nyawanya sendiri, membuat Luna ikut terseret dalam kekacauan itu.Teman-teman Ronan sangat ramah. Meskipun penasaran pada Luna, mereka tetap menjaga batas dan hanya terus memanggilnya "Kakak Ipar".Sebelum pertandingan dimulai, Ronan bersumpah dengan penuh semangat, "Hari ini aku akan jadi juara buat kamu, Luna!"Luna sendiri tidak terlalu peduli soal menang atau kalah. Dia hanya memberi semangat dari pinggir. Namun, saat data peserta direkam, tiba-tiba muncul satu nama yang sangat familier, yaitu Yosep.Yosep juga sudah bersiap dengan perlengkapan lengkap dan sedang menatap tajam ke arah mereka, jelas ingin menanta

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 19

    Ayah Ruha terdiam, sementara Ruha mulai panik. "Ayah, tega membuangku ke luar negeri? Rela memisahkanku darimu?"Melihat setumpuk bukti di tangan Yosep, ayah Ruha pun menghela napas dan akhirnya menyerah. "Baiklah, aku setuju.""Anakku, kamu nggak ingin melihat ayahmu kehilangan segalanya di masa tua, 'kan? Sesuatu yang bukan milikmu, jangan terlalu dipaksakan. Ayolah, cepat minta maaf pada Bu Luna!"Namun, Ruha menggeleng kuat-kuat, menatap Luna dengan tajam. "Aku nggak sudi! Sekalipun aku mati! Luna, jangan harap!"Ayah Ruha yang melihat tingkah anaknya itu hanya bisa merendahkan diri. "Bu Luna, ini salahku dalam mendidik anak. Mohon maafkan anakku yang keras kepala ini."Setelah itu, dia berdiri dan membungkuk dalam-dalam. Luna bisa melihat bagaimana ayah Ruha mengkhawatirkan anaknya dan hatinya pun sedikit tersentuh.Sebaliknya, Ruha tetap tak bisa menerima kenyataan bahwa dia telah tersingkir dan tetap menolak meminta maaf.Kasus plagiarisme pun akhirnya selesai. Yosep berjalan ke

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 18

    "Dua tahun lalu, aku pernah menjadi desainer sukarela dalam proyek sosial di Krosa. Proyek hotel yang kalian sebut-sebut sebagai hasil jiplakan itu, arsiteknya bernama Cathy. Itu adalah nama yang kugunakan saat pertama kali tiba di luar negeri.""Dokumen yang kupegang saat ini adalah surat pernyataan resmi dari pihak hotel Krosa, menyatakan bahwa akulah perancangnya. Surat ini sudah dipublikasikan di situs resmi Grup Djohar. Semua orang bisa mengeceknya sendiri."Begitu Luna selesai berbicara, ruangan langsung gempar. Media tentu saja selalu haus berita yang menarik perhatian. Kalau tidak ada skandal plagiarisme, mereka tidak akan pulang dengan tangan kosong.Melihat Luna dan Yosep duduk berdampingan, para wartawan mulai bergosip."Pak Yosep, ada kabar bahwa Bu Luna dulu pernah menjadi tunangan Anda. Apakah pemilihan desainnya ada unsur pribadi?""Pak Yosep, benar atau nggak bahwa Anda sudah diam-diam menikah dengan Bu Ruha? Bu Ruha bahkan hadir di pemakaman Pak Santos. Apakah dia hadi

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 17

    [ Proyek Vila Pemandian Air Panas Grup Djohar Diduga Menjiplak Proyek Krosa! ]Begitu berita ini tersebar, harga saham Grup Djohar langsung anjlok. Para pemegang saham pun mendesak agar diadakan rapat.Di luar vila, puluhan lampu kilat kamera menyala, mengarah pada Ronan dan Luna yang baru saja keluar. Tak ada yang tahu dari mana media-media itu mendapatkan alamat mereka, tetapi sekarang semuanya sudah mengepung di halaman depan.Ronan segera melindungi Luna di belakangnya. Dalam kerumunan yang saling mendorong, mereka berdua akhirnya masuk ke mobil dengan susah payah.Whitney menelepon Luna, memberi kabar soal kekacauan di dalam perusahaan, lalu menyarankan Luna untuk menghindar sejenak.Namun, Luna tahu bersembunyi tidak akan menyelesaikan masalah.Di ruang rapat pemegang saham, Yosep tengah menjadi sasaran kemarahan ayah Ruha yang memimpin penyerangan terhadapnya. Dia menuntut Yosep untuk segera mengakhiri kerja sama dengan tim John, menahan pelunasan pembayaran terakhir, bahkan ber

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status