Para pria berjas hitam tampak marah. Bagaimana tidak? Mobil milik bos mereka yang baru saja kembali dari bengkel perawatan, ditabrak hingga mengalami kerusakan oleh seorang pria miskin dengan motor tuanya.
"Maaf, saya tidak sengaja, Pak. Tapi, saya akan memperbaiki mobilmu," ucap Haven. Dia kembali bangun sambil membersihkan debu di pakaiannya.
"Memperbaiki? Memangnya kau punya uang berapa?" ucap Bentle, pemimpin pria berpakaian jas yang mengendarai Bugatti Chiron. "Kau kira mobil apa yang telah kau tabrak? Bahkan harga dirimu tidak akan cukup untuk membayar biaya perbaikan mobil milik Ketua Kami!"
Bentle lalu mengerahkan semua anak buahnya. "Hancurkan motor itu, setelahnya kalian patahkan kaki dan tangan pria itu untuk membayar perbuatan bodohnya!"
"Baik." Semua pria berjas hitam menganggukkan kepala lalu segera mengambil pemukul besi di mobil mereka, lalu mengayunkan ke arah motor tua milik Haven yang tergeletak di samping Supercar Bugatti Chiron.
"Hentikan! Tolong hentikan! Itu motor milikku satu-satunya," teriak Haven kepada Bentle.
Dalam sesaat motor milik Haven telah hancur dan meninggalkan kerangka saja. Lebih mirip seperti seonggok sampah.
Sial! Padahal itu motor satu-satunya milik Haven peninggalan kakek Lee yang telah menemaninya tiga tahun ini selama menjadi menantu di keluarga Lee.
"Kau akan berada dalam masalah besar, dasar anak binatang! Mobil yang kau tabrak adalah mobil milik Ketua Camela Wycliff. Bersiaplah untuk menerima konsekuensinya setelah kami menghubunginya!" ucap Bentle sembari memberi isyarat meminta anak buahnya untuk memukuli Haven.
Mobil itu adalah milik Camela Wycliff. Ketua perusahaan King Paradise. Perusahaan besar yang menguasai perusahaan-perusahaan di seluruh belahan dunia.
Dengan marah, Haven meraih ponsel tua dengan bentuk kecil dan sangat tebal, lebih layak disimpan di museum. "Aku tidak akan membiarkan kalian lolos begitu saja setelah hancurnya motorku!"
"Bocah! Memangnya kau bisa apa?" Bentle menatap rendah ke arah Haven. Dia sangat yakin pria miskin tidak akan bisa berbuat apa-apa selain mengakui kesalahannya karena telah menabrak mobil ketua mereka.
Haven menatap dingin ke arah anak buah Camela, ada tatapan marah dari sorot matanya. "Aku akan meminta pimpinan kalian untuk bertanggungjawab atas kebodohan kalian!"
"Maksudmu kau akan menghubungi Ketua Camela Wycliff? Kau kira kau siapa, hah?" dengus Bentle dengan arogan.
Beberapa detik kemudian terdengar suara seorang Camela di seberang sana. "Halo, dengan siapa?"
"Aku, Haven Clark." ucap Haven.
Camela yang berada di seberang telepon tergagap. Dia sangat terkejut mendengar suara yang sudah lama tidak dia dengar sejak lima tahun yang lalu, kini terdengar kembali.
Dengan raut wajah berbinar dan tidak percaya, Camela segara berkata. "Kakak Clark, apa ada yang bisa kubantu? Sudah lama sekali saya tidak mendengar suaramu."
Haven berkata sembari menatap dingin ke arah anak buah Camela. "Cepatlah kemari. Kuberi kau waktu tiga menit."
Pernyataan itu membuat Camela segera pergi ke lokasi setelah melihat di mana lokasi keberadaan Haven. "Baik, Kakak Clark. Aku akan segera ke sana tidak lama lagi."
Tiga menit kemudian, beberapa mobil berhenti tak jauh dari tempat Haven berdiri. Barisan paling depan adalah Rolls-Royce Phantom, sedangkan di belakangnya terdapat deretan dua puluh mobil jeep Rubicon monster berwarna hitam matte.
Seorang pria bertubuh kekar membuka pintu mobil Rolls-Royce Phantom, lalu seorang wanita berkulit putih dan berwajah cantik keluar dari dalam mobil itu.
"Ke-Ketua Camela? Kenapa dia kemari?" tanya Bentle dengan ekspresi terkejut. Padahal dia sama sekali tidak menghubungi Camela atas kejadian ini.
Apa ada yang menghubungi dirinya jika mobil kesayangan ketua Camela mengalami kecelakaan?
Pria itu menoleh ke arah anak buahnya. "Otak udang! Kenapa kalian dengan bodohnya menghubungi ketua kita!"
Para anak buahnya kompak menggelengkan kepala. "Kami sama sekali tidak menghubungi Ketua Camela, Pak. Tapi kurasa …."
Tidak mungkin!
Bagaimana bisa pria miskin dan lusuh ini benar-benar menghubungi Ketua Camela yang terhormat? Punya koneksi apa dia?
Bentle membungkukkan badan ketika Camela Wycliff berjalan dengan langkah cepat seperti tengah terburu-buru. Diikuti oleh semua pria berjas yang ikut membungkukkan badan mereka.
Camela melawati begitu saja Bentle, dia melangkah sampai akhirnya berada di hadapan Haven.
"Kakak Clark …."
Haven tersenyum menatap Camela. "Akhirnya kau kemari juga, Camela. Tapi kurasa sekarang kenapa dadamu semakin berisi, sepertinya kau mendapatkan nutrisi yang baik setiap hari."
DUARR!!!
Semua anak buah Camela seolah seperti disambar petir di siang bolong. Mulut mereka menganga lebar, rahang mereka hampir jatuh ke tanah.
Bagaimana tidak? Ketua yang begitu dihormati dan disegani, membungkukkan tubuh 90 derajat kepada seorang pria miskin berpakaian lusuh.
Haven bahkan berani membuat lelucon pada anggota tubuh Camela tanpa ada rasa takut sedikit pun.
Camela kembali berdiri sembari menundukkan kepala. Dia sama sekali tidak memperdulikan semua anak buahnya yang menatapnya aneh.
Wanita itu kemudian menoleh ke arah belakang, tempat semua anak buahnya berdiri. "Kenapa hanya diam saja? Cepat beri hormat kepada Kakak Clark, atau akan kupenggal kepala kalian semua!"
Persetan! Apa ini?
Semua anak buah Camela segera membungkukkan badan mereka, sampai Camela meminta mereka kembali berdiri tegak lagi.
Camela Wycliff adalah ratu bisnis yang sangat terkenal di dunia bisnis. Tidak ada yang berani menyentuh dan menyinggung seorang Camela, jika berani, nyawa dan tahta yang menjadi taruhannya.
Satu keputusan darinya, sangat berpengaruh di dalam dunia bisnis. Tidak ada seorang pun di negara Obat yang tidak mengenal sosok Camela.
"Kakak Clark, apakah ada hal penting sampai kau sudi memanggilku kemari?" tanya Camela.
"Anak buahmu baru saja menghancurkan motorku." Haven menujuk ke arah motor tuanya, lalu beralih ke arah Bentle. "Apa kau mengajari mereka menggunakan kekuasaan untuk menindas kaum bawah?"
Camela membelalakkan kedua bola matanya setelah melihat motor milik Haven hancur akibat ulah para anak buahnya.
"Kakak, aku minta maaf. Aku bersumpah akan memberi hukuman kepada mereka." Camela membungkukkan tubuhnya, lalu berjalan ke arah Bentle.
Bentle gemetar ketakutan ketika Camela sudah berada di hadapannya. Tubuh kokohnya berubah lunglai seolah tanpa tulang.
Dalam sekejab Bentle ambruk di tanah dan berlutut di hadapan Camela. "Ketua, aku bisa jelaskan. Ini hanya kesalahpahaman. Aku menghancurkan motor rongsokan itu karena sudah menabrak mobil kesayangan milikmu hingga rusak."
"Dasar otak binatang! Aku tidak bisa memaafkanmu. Asal kau tahu, Kakak Clark adalah malaikat kehidupanku! Jika kalian berani menyinggungnya, itu sama saja kalian sedang menginjak wajahku!" ucap Camela.
Sial! Mereka berurusan pada orang yang salah.
"Apakah aku pernah meminta kalian untuk menindas orang-orang dengan sebuah kekuasaan? Kalian benar-benar tidak punya otak dan sangat bodoh!"
Camela memalingkan pandangan matanya ke arah sekumpulan anak buahnya yang tadi datang bersamanya. "Kalian urus mereka. Patahkan kaki dan tangannya, lalu asingkan dari negara ini!"
Seorang pria dengan setelah jas formal berwajah dingin tanpa ekspresi berdiri di tempat itu.Dari nada bicaranya, jelas pria seumuran empat puluhan itu memiliki sifat yang tegas dan bijaksana. Pria itu menatap ke arah sekitar dengan wajah datar, lalu dia berjalan mendekat.Melihat General Manager Alexander Won mendatangi keributan itu, Cloe segera membungkukkan tubuhnya dengan hormat dan memberi senyuman. “Tuan Won.” Cloe tidak hanya sekedar memberi rasa hormat dengan membungkuk dan tersenyum, namun dia juga sengaja memperlihatkan sepasang gumpalan daging kenyal miliknya kepada bos nya. Bahkan, Cloe masih saja terus membungkuk dan berusaha memperlihatkan keindahan tubuhnya yang kini sebagian dengan sengaja dia perlihatkan. Namun, General Manager Alexander sama sekali tidak mempedulikan Cloe, dia melangkah dan melewati Cloe begitu saja.Nanti pria berkharismafik itu me
Cloe Kallen tiba-tiba maju selangkah, dia mengayunkan tangannya untuk menampar Winnie. Namun, Haven dengan sigap menahan tangan wanita itu dan mencengkeramnya dengan. “Sial, lepaskan tanganku, dasar berandalan!” Cloe tampak terkejut, namun beberapa saat kemudian dia berusaha untuk melepaskan tangannya. Namun, sekuat apapun Cloe berusaha melepaskan tangannya, itu tidak akan berhasil karena cengkeraman Haven jauh lebih kuat dari orang-orang pada umumnya. Cloe masih berusaha menarik tangannya dengan sekuat tenaga. “Apa telingamu sudah tuli? Dasar berandalan mesum, cepat lepaskan tanganku!” Haven menampakkan raut wajah dingin. “Jika kau bukan sahabat Winnie, aku sudah mematahkan lenganmu saat ini.” Cloe tampak mengusap-usap lengannya, seolah tengah membersihkan kotoran di tangannya. Haven menatap Winnie, dia merasa di keduanya memiliki masalah di masa lalu. Dan juga, mengapa Cloe me
Cloe melangkah dengan high heels nya, menyebabkan bunyi benturan sepatunya dengan lantai di tempat itu. Kemudian dia berhenti dan menyipitkan matanya. “Astaga, benar, kau Winnie Lee.” Cloe berkata setelah memastikan bahwa wanita muda yang berada di hadapannya benar-benar Winnie Lee. Sementara itu, Winnie benar-benar terkejut, dia menatap wanita yang memiliki jabatan sebagai HRD di tempat itu. “Cloe … Kau Cloe Kallen?” Ada sedikit perasaan yang sulit diartikan saat Winnie menyebut nama wanita itu. Wajahnya tiba-tiba berubah seolah-olah dia tengah menyembunyikan sesuatu. Haven bertanya kepada Winnie. “Apa kau mengenal wanita ini?” Winnie sedikit bergetar. “A-aku mengenalnya. Dia…. Dia teman SMA ku.” “Oh,” Haven tampak tak peduli pada Cloe. “Teman sekolahmu?” Haven menatap sekilas ke arah wanita beriasan tebal ini. Wajahnya memang cukup cantik, namun itu adalah hasil dari lapisan ma
Di Penthouse GreenLand, ada sebuah Villa terbaik yang berdiri disana. Villa itu bernama Golden Phoenix. Camela menjelaskan bahwa Golden Phoenix adalah Villa terbaik yang pernah di bangun di kota ChesterLand. Villa itu dibangun di dataran tinggi dan berada di wilayah kompleks rumah elit. Setelah mendengar penjelasan singkat, Haven langsung tertarik. “Oke, aku mau mengambilnya.” “Baik, Kakak. Saya akan segera menyiapkan untukmu.” Camela segera menghubungi General Manager Penthouse GreenLand - Alexander Won. Bahwa Tuan Clark menginginkan Villa terbaik di Penthouse GreenLand - Golden Phoenix. Tuan Clark akan mengunjungi Penthouse GreenLand hari ini untuk mengambil unit terbaik. Di kantornya, Alexander Won langsung menyanggupi dan dia seorang diri yang akan melayani Tuan Clark untuk mengambil unit terbaik. Siang hari, Winnie baru saja menyelesaikan pekerjaannya dalam bertemu beberapa
Di sebuah rumah yang berada di kompleks perumahan elit. Seorang pria baru saja dimarahi oleh istrinya. “Cannon, kau mau kemana? Bagaimana jika kita mengulanginya, aku berjanji akan berusaha untuk memberikan yang terbaik untukmu.” Pria itu adalah Lucius Ribery. Wajah pria itu memerah karena merasa malu terhadap istrinya. “Lucius, aku muak padamu. Kau sekarang adalah pria yang sangat lemah. Bagaimana mungkin kita sudah berada di dalam bersama, namun kau tak bisa melakukan apapun.” Seorang wanita cantik dengan pakaian seksi berkata dengan marah kepada pria di depannya. “Kau benar-benar sangat lemah.”Wanita itu adalah istri dari Lucius Ribery - Cannon Obsiden. Dia memiliki wajah yang cukup cantik dengan postur tubuh yang sangat baik dan seksi. Cannon sangat marah dan muak kepada suaminya. Bagaimana tidak? Semalam mereka baru saja masuk ke dalam kamar, dan Lucius tidak bisa melakukan apapun lagi. Saat ini, Lucius
Haven meminta pria tua itu berdiri kembali. “Henry, bangunlah.” Yang lebih mengejutkannya lagi, orang itu memanggilnya dengan sebutan Kakak. Jelas, Henry saat ini lebih menghormati Haven sejak kejadian yang dia lihat kemarin. Henry menggelengkan kepalanya, dia masih berada di posisi yang sama. Henry segera mengadah ke atas, dia lalu kembali berdiri dengan ekspresi takut. “Kakak, saya kemari untuk mengucapkan terimakasih ku yang paling dalam atas bantuan dari kakak Clark.” Haven diam, dia hanya mengangguk. “Hmm…”Sebenarnya, Haven sudah melupakan bantuan yang dia berikan kepada Henry. Namun bagi Henry, bantuan yang diberikan oleh Haven sangatlah berharga, dia tidak bisa melupakan dan membiarkannya begitu saja, jadi dia harus berterimakasih. Hening sesaat, kemudian Henry kembali berkata setelah dia diam sebentar seolah memikirkan sesuatu. “Kakak, jika anda bersedia, maukah kakak bertemu dengan keponakanku? Dia p