Haru kaget karena tidak menyangka jika perguruan mata kelelawar bergerak begitu cepat, dan dalam waktu singkat dia dan dua adik seperguruannya sudah tidak memiliki celah untuk kabur lagi."Sudah aku katakan, kau datang disaat yang tidak tepat! Semalam kami baru kehilangan empat guru pengajar kami, dan kau akan jadi pelampiasan amarah kami!' kata wakil ketua Danar."Mungkin kalian pikir aku akan mudah kau kalahkan, tidak! Aku tidak semudah itu kau kalahkan!" kata Haru.Hiatttttt!!Haru menujukkan kekuatan yang besar, dan itu memang sangat dia banggakan. Tapi kekuatannya sedikitpun tidak membuat wakil ketua Danar kagum. Bahkan terkesan meremehkan kemampuan yang dimiliki oleh Haru."Ternyata hanya segitu kemampuan orang terbaik dari perguruan bajing maut! Tidak akan sulit sepertinya!" kata wakil ketua Danar."Kalian kuliti dua orang temannya, aku yang akan bereskan dia!" kata wakil ketua Danar pada murid perguruan mata kelelawar."Baik, wakil ketua!'Wajah badik dan Badil jelas tidak bag
Satu demi satu anak buah Ki Rangga mengepung perguruan mata kelelawar, dan itu tidak ada yang sadari karena semua yang ada dalam perguruan itu sedang pertarungan melawan orang yang datang menuntut peti yang di bawa sangga dan ketua Harda.Begitu Pertarungan selesai, mereka semua tersenyum puas, karena lawan mereka sudah meregang nyawa tidak berdaya melawan mereka.Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!Salah satu murid yang mendapatkan perintah tewas karena jarum beracun, dan suara ledakan juga terdengar dari belakang Perguruan mata kelelawar."Segera selamatkan perguruan kita!" teriak wakil ketua Danar.Tapi belum juga mereka bergerak, belasan orang muncul dan berdiri di tembok Perguruan itu dengan kokohnya."Kelompok teratai hitam!" desis wakil ketua Danar kaget.Bammmmmmmmm!!Kekagetan mereka semakin bertambah saat suara ledakan semakin keras terdengar dari belakang perguruan mereka.Dan, dari belakang bermunculan belasan orang lain yang memakai pakaian hitam.Huppppp!!Ki Rangga, ketua kelompok tera
Dengan melesat cepat menggunakan ilmu meringankan tubuhnya, Arya mendatangi perguruan mata kelelawar, dan sudah di depan perguruan itu."Kenapa sepi begini?" gumam Arya.Dengan pelan Arya mendorong pintu gerbang Perguruan mata kelelawar yang cukup tertutup dari luar."Apa yang terjadi disini?" ucap Arya tidak percaya.Di hadapan Arya, belasan mayat dan belasan tubuh yang terluka terbaring tidak ada yang mengurus.Arya masuk, dan berjalan di halaman perguruan yang baru kemarin terjadi pertarungan yang membuat perguruan itu jelas jatuh di mata dunia persilatan."Sesungguhnya apa yang sudah terjadi disini?" kata Arya.Arya melihat Ki Gondo yang juga terbaring karena luka dalam yang dia alami, tidak ada satu orang pun yang sehat di perguruan itu.Arya tidak tahu, saat pertarungan antara perguruan mata kelelawar dengan kelompok teratai hitam berakhir, anak murid dan guru pengajar yang masih hidup memilih untuk meninggalkan perguruan, dan mereka memilih meninggalkan guru dan saudara mereka
Arya yang meninggakan perguruan mata kelelawar memasuki kedai, dan mengawasi markas yang jadi tempat dari kelompok teratai hitam. Tapi saat Arya mengawasi rumah markas itu, mata Arya melotot melihat seorang lelaki yang memasuki kedai itu.Wajah Arya langsung merah karena amarah, lelaki itu yang menjadi awal dari Arya tidak menemukan siapapun lagi yang dia kenali.Dengan menahan rasa amarah Arya berjalan ke arah orang itu, dan duduk di depan mejanya. Serta duduk tanpa disuruh.Ki Pratap, orang yang dilihat oleh Arya mengerutkan dahinya saat Arya duduk di depan mejanya."Anak muda, Aku tidak memiliki niat untuk menjamu dirimu!" kata Ki Pratap."Siapa yang inginkan dijamu oleh lelaki keparat, seperti dirimu ini!" kata Arya.Ki Pratap semakin mengerutkan dahinya karena perkataan Arya, jelas jika Arya tidak suka padanya."Apa kita memiliki masalah anak muda?" tanya Ki Pratap."Mungkin aku tidak kenal diriku, tapi aku tidak pernah lupakan wajahmu!' ucap Arya.Ki Pratap semakin mencoba inga
"Kenapa Ki Pratap? Apa sekarang kau masih memiliki keyakinan?' ejek Arya.Ki Pratap yang baru saja merasakan salah satu jurus Arya menahan rasa geramnya."Aku pasti tetap akan menang! Aku sudah pernah kalahkan dirimu!' kata Ki Pratap."Itu dulu, sekarang sudah berbeda, ki Pratap!" kata Arya."Tidak ada yang berbeda, kau akan tetap akan aku ringkus!"Hiatttttt!!Ki Pratap yang sudah dipenuhi dengan emosi dan keinginan untuk memiliki tubuh petir miliki Arya menyerang.Seluruh tubuhnya sudah diselimuti aura hitam, aura dan kekuatan hitam yang dia miliki, dan aura itu mencoba menekan Arya.Haaaaaaaaaaa!!Arya berteriak keras, dan Arya juga keluarkan tekanan tenaga dalam yang menghantam tubuh Ki Pratap.Angin dari tekanan tenaga dalam saja sudah menerbangkan rambut ki Pratap, dan semakin menujukkan jika Arya sudah lagi lawan Ki Pratap.Tapi Ki Pratap tidak lagi memikirkan apapun, dia sangat inginkan tubuh Arya, tubuh yang sudah pernah dia kalahkan.Arya tersenyum melihat kekerasan hati ki
"Hei ... Apa yang kau lakukan?"Rekan dari penjaga pintu masuk tidak percaya jika Arya begitu mudah membunuh rekannya."Apa kau tidak lihat apa yang aku lakukan?" tanya Arya dengan tersenyum.Arya yang sudah melihat banyak kematian, kini mulai berubah sikap dalam menghadapi golongan hitam, jika dilawan dengan sikap lembut maka golongan hitam akan merendahkan, tapi jika Langung gunakan kekuatan maka mereka akan langsung ciut."Aku mencari ketua kalian!" kata Arya."Ketua tidak ada! Bunuh saja si sombong itu!"Anak buah Ki Rangga yang melihat Arya dengan mudahnya membunuh rekan mereka tidak peduli dengan pertanyaan Arya lagi. Mereka hanya ingin membunuh Arya, membalas kematian rekan mereka.Belasan orang yang merupakan anak buah penjaga berlari ke arah Arya.Pukulan petir!'Haaaaaaaaaaa!!Arya melepaskan pukulan jarak jauh yang begitu mematikan, dan pukulan itu bukan pukulan yang hanya akan menghantam satu orang saja, tapi pukulan itu seolah pukulan yany berantai yang menggosongkan anak
Dengan tangan yang diborgol rantai besi, Arya dibawa ke istana kerajaan Purawa. Dan itu membuat Arya bagaikan tahanan yang paling di cari di seluruh kerajaan Purawa.Tidak hanya itu, tangan Arya juga dibiarkan membawa kotak besi yang dia rebut dari Ki Rangga, dan itu semakin meyakinkan jika Arya adalah pencuri kotak itu."Siapa dia? Kenapa dia ditangkap? Apa dia pencuri kotak kerajaan itu?" Perkataan itu terasa panas di telinga Arya, tapi dia tidak peduli, dia hanya ingin membersihkan namanya, itulah mengapa Arya memilih menyerah.Di samping Arya, Patih Kuroda terus mendampingi Arya, baginya Arya tidak bersalah, karena Arya hanya membantu rekannya, dan tidak tahu apa-apa, itulah yang Patih Kuroda tahu."Apakah aku merasa tertekan karena perkataan warga kota?" tanya Patih Kuroda."Tidak, itu bagiku itu hal yang biasa!" jawab Arya."Baguslah! Dan satu lagi, maafkan aku jika kau akan di jembloskan ke dalam penjara!" kata Patih Kuroda."Aku tidak apa-apa tuan Patih! Seperti yang sudah ka
"Aku, Arya kek!" ucap Arya untuk membuang rasa penasaran tentang kebenaran perkataan lelaki itu."Panggil saja aku Ki Sena!" "Kakek sudah berapa lama disini?" tanya Arya."Aku tidak tahu, mungkin sudah sangat lama!" jawab Ki Sena."Apa yang kakek lakukan?" tanya Arya."Aku membunuh pangeran.""Apa? Kenapa kek?" tanya Arya kaget."Dia melakukan hal yang tidak baik pada putriku, dan dia tidak mau bertanggung jawab, malah dia membunuh putriku, jadi kematian lah yang pantas untuknya!" jawab Ki Sena."Sepertinya kakek senang di sini?" tanya Arya."Iya, aku memilih diam disini dari pada aku melihat kejahatan yang terjadi di luaran sana!" jawab Ki Sena.Arya memang melihat jika Ki Sena tidak terlihat menderita di penjara itu, bahkan dia terkesan sangat menikmati keadaan penjara bawah tanah itu."Kau, apa yang kau lakukan anak muda?" tanya Ki Sena."Aku dituduh mencuri kotak kerajaan," jawab Arya."Kotak? Jangan katakan kotak berwarna hitam bersimbol elang?" kata Ki Sena."Tidak salah lagi!"
Kota Guin, kota yang dilalui oleh rombongan Arya. Saat ini kita itu dikuasai oleh pejabat Inkau. Pejabat yang langsung di urus oleh raja Burma, ayah dari putri Gut. Putra pejabat kota itu, tuan muda Gon, merupakan orang yang sangat arogan. Pemuda yang sangat banggakan kedudukan ayahnya sebagai penguasa dan pejabat kota Guin. Seperti yang saat ini dialami oleh rombongan Arya. Tuan muda Gon melaporkan perlakuan dan penolakan putri Gut pada dirinya, dan itu membuat pejabat Inkau marah. "Segera bawa rombongan tidak tahu diri itu ke mari, aku akan berikan hukuman pada mereka!" bentak pejabat Inkau pada panglima kota Guin. Panglima Biet, panglima yang merupakan juga satu paket dengan pejabat Inkau saat di utus oleh raja Burma langsung melaksanakan tugas untuk menjemput Arya dan rombongan yang ada di kedai di tengah kota Guin. "Apapun yang ingin kalian katakan, katakan nanti di kediaman pejabat Inkau," kata panglima Biet. "Tidak bisa seperti itu panglima. Kami harus apa kesalahan yang
Sebuah kereta kuda sudah siap berangkat, dan kereta kuda itu merupakan kereta kuda paling bagus yang ada di kota Bing. "Apakah tuan putri sudah siap untuk berangkat?" tanya Arya. "Sudah! Aku tidak ingin berada di luar istana lagi. Di luar istana lebih menakutkan dari pada harus menghadapi ayahanda," kata putri Gut.Arya tersenyum karena ucapan putri Gut. Arya merasa jika putri kerajaan itu sudah mendapatkan sebuah pelajaran yang berharga. "Apakah kita sudah siap untuk berangkat tuan?" tanya seorang lelaki yang akan menjadi kusir dari kereta kuda itu. "Sudah paman! Aku memang sudah menunggu paman dari tadi," jawab Arya. "Baiklah kalau begitu, kita berangkat sekarang juga, aku harap kita tidak kemalaman untuk sampai di kota sebelah," kata kusir itu. "Iya paman, Jum!" ucap Arya. Jum, si kusir kereta kuda, segera siapkan pecutnya untuk menjalankan kereta kuda. "Mari tuan putri!" kata Arya sambil membuka pintu kereta kuda untuk putri Gut. "Kau akan berada di mana, Arya?" tanya put
Semua orang memilih mundur karena kehadiran Arya yang tiba-tiba. Tidak ada yang merasakan pancaran energi Arya sebelum dia turun ke lantai rumah tuan Nug."Siapa kau keparat?" maki tuan Nug."Apakah itu penting?" tanya Arya.Tuan Nug diam, dia merasa geram karena Arya sudah gagalkan niatnya untuk dapatkan koin emas yang banyak dari hasil penjualan putri Gut."Kenapa diam saja, bunuh dia!" bentak tuan Nug pada anak buahnya yang berjaga di sana."Berhenti di sana jika ingin hidup!" ancam Arya."Alah ... Sombong! Banyak cakap!" ucap salah satu anak buah tuan Nug dan menyerang dengqn cepat.Plakkkkkk!!Arya dengan cepat menampar bagian leher anak buah tuan Nug itu dengan keras.Tidak ada suara karena lehernya sudah patah, dan dia jatuh dengan kondisi yang tewas."Apakah ada lagi yang ingin menyusulnya ke neraka?" tanya Arya."Ada ribut-ribut apa ini?"Ketua Yoi datang dan dia langsung berteriak keras."Kau .. bagiamana kau bisa ada disini?" bentak ketua Yoi pada Arya.Ketua Yoi tidak meny
Arya sudah tahu jika dia hanya akan dijadikan bahan permainan oleh dua orang yang membawanya.Apalagi saat Arya dibawa keluar dari kota Bing. Kecurigaan Arya semakin besar, tapi itu tidak membuatnya ragu."Kemana kalian akan membawa aku?" tanya Arya."Ikut saja, tidak usah banyak bertanya," kata salah satu anak buah ketua Ruoy."Baiklah!"Arya terus dibawa, dan akhirnya mereka sampai di pinggiran hutan. Dan saat itulah kedua orang anak buah ketua Ruoy berhenti."Apakah kita sudah sampai?" tanya Arya."Sudah!""Di sini?" tanya Arya lagi."Benar! Di sinilah kuburanmu!"Arya tersenyum, tebakan tentang dia akan dipermainkan kini sudah kenyataan."Kenapa kalian begitu yakin jika aku akan mati?" tanya Arya.Hahahahahahaha!!Satu tawa keras menjawab pertanyaan Arya. Dan dari semak belukar keluar belasan orang bersama dengan ketua Ruoy."Anak muda! Nasibmu sungguh tidak beruntung karena harus berurusan dengan kelompok air hitam!" kata ketua Ruoy pada Arya."Salah! Bukan aku yang bernasib tida
Wajah anak buah ketua Yoi pucat, itu karena Arya mengatakan perkataan itu sambil menahan amarah."KATAKAN! KEMANA KETUA KALIAN MEMBAWA PUTRI GUT?" bentak Arya.Amarah Arya sampai pada puncaknya, karena tidak ada yang menjawab setiap ucapannya."Baik ... Jika tidak ada yang menjawab, artinya kalian sangat suka jika aku gunakan kekerasan," ucap Arya.Sreeetttt.Arya mencabut pedang awan merah, dan dengan mata yang merah, Arya berjalan ke arah rombongan terakhir itu."Jika tidak ada yang membuka mulut, maka kalian semua akan tewas," kata Arya.Semua orang yang ada pada rombongan terakhir itu mundur, ketakutan karena amarah Arya.Haaaaaaaaaaa!!Whusssssssss!!Crasssssss!!Arya bergerak, dan hanya bayangan kuning emas yang terlihat karena gerakan cepat Arya.Aaaaaaaaaaaaaaaaa.Dua jeritan bersamaan terdengar bersahutan. Dan dua tubuh tanpa kepala kehilangan nyawanya, tergeletak di tanah."Apakah tidak akan ada yang menjawab?" tanya Arya."Ketua Yoi pergi menemui tuan Nug," ucap seseorang d
Tubuh Ketua Bit bergetar hebat saat Arya dengan mudahnya menghalau serangannya. Padahal, serangan itu sudah dialirkan dengan tenaga dalam yang besar. Tubuh Ketua Bit mundur, dia tidak mau berada di bawah ancaman pedang Arya. "Satu langkah lagi kau mundur, maka kau akan kehilangan kepalamu," kata Arya mengancam. Langkah kaki Ketua Bit langsung kaku karena ancaman dari Arya. Dia berhenti di tempat, dan wajahnya pucat pasi. "Apakah sekarang kau akan bekerja sama?" tanya Arya. "Ba... Baik! Aku akan bekerja sama, katakan saja apa yang ingin kau tahu!" kata Ketua Bit. "Tidak banyak, aku hanya ingin tahu kemana gadis itu?" tanya Arya. Ketua Bit tahu jika itu yang akan Arya tanyakan, dan dia berusaha mencari cara agar Ketua Yoi jauh sebelum dia memberikan kemana Ketua Yoi pergi. "Katakan!" bentak Arya dan menekan pedang Awan Merah ke leher Ketua Bit yang terpaksa mundur kembali. Punggung Ketua Yoi tertahan karena tubuh Ketua Yoi sudah mentok ke dinding, dan itu juga menekan pedang di
Ketua penculik yang membawa putri Gut melesat ke arah Utara, berkali-kali dia melihat ke belakang, dan memastikan jika Surya tidak akan mengejar dirinya. Saat ketua penculik itu sampai di markas mereka, ketua Yoi, ketua dari perompak macan laut sudah menunggu dengan wajah yang sumbringah. "Tidak salah memang aku percayakan tugas ini pada sekte terkuat di negeri ini," kata ketua Yoi. "Diam kau, kalau aku tahu tugas ini sangat berat, aku tidak akan mau melakukan tugas seberat ini," kata ketua penculik itu. Ketua bagian dari wilayah kota Dong. Ketua Bit. "Kenapa mengatakan seperti itu ketua Bit? Bukankah aku sudah membayar mahal?" ucap ketua Yoi. "Kau memang membayar mahal, tapi harga yang harus aku bayar jauh lebih mahal lagi. Kemungkinan besar nyawa dari anak buahku tidak tertolong lagi," kata ketua Bit pada ketua perompak macan laut itu. Wajah ketua Yoi berubah warna, dia tidak menyangka jika Arya akan sekuat itu. "Ini gadis mu, segera pergi dari sini," usir ketua Bit pada ketua
Seperti yang dikatakan oleh ketua yoi. Ketua perompak macan laut menemui markas wilayah dari sekte naga hitam. Dan seperti yang diminta oleh ketua Yoi, anak buah sekte naga hitam bagian wilayah Dong langsung bergerak untuk menculik putri Gut. Mereka terus awasi pergerakan Arya dan putri Gut. Dan saat ada kesempatan anak buah dari sekte naga hitam itu langsung memasuki kamar putri Gut. "Apa yang kalian inginkan?" teriak putri Gut saat melihat belasan orang memasuki kamarnya. "Kami inginkan dirimu," jawab salah satu anak buah sekte naga hitam itu. Bammmmmmm!! Tapi satu pukulan, serta satu tubuh terlempar masuk ke dalam kamar putri Gut. "Apa yang terjadi?" teriak pemimpin dari wilayah sekte naga hitam wilayah Dong. "Jangan coba-coba untuk menculik atau melukai dia, atau kalian semua akan mati," kata Arya yang sudah berdiri di pintu masuk kamar putri Gut. "Hajar dia!" kata pemimpin penculikan itu. Bersamaan dengan perintahnya itu, dia bergerak ke arah putri Gut. Tukkkkkk! Dia m
Huppppppp!! Satu tubuh berpakaian hitam sampai di dekat kota Hon, Ibukota kerajaan Burma. Tubuh berpakaian hitam itu membawa sesosok tubuh perempuan berpakaian hijau di pundak. "Ini dia kota Hon. Aku sudah lama tidak ke kota ini, aku harap semuanya masih sama saja," ucap orang itu. Orang itu menatap dari ketinggian bukit Hon, bukit yang menjadi perbatasan antara ibukota kerajaan dengan kota lainnya. "Saatnya menunjukkan jika aku sudah sampai di kota ini," ucap sosok itu. Sosok itu merogoh sesuatu dari balik bajunya, dan itu seperti sebuah petasan yang besar. "Chu Cai! Aku tiba disini, sambut aku!" Desis orang itu. Whusssssssss!! Jledaaarrrrrrr!! Suara ledakan yang keras, yang begitu memekakkan telinga terdengar di udara saat sosok hitam itu melemparkan petasan yang besar itu ke udara. Asap dari petasan itu membentuk seekor naga, dan asap itu terlihat menakutkan karena sosok naga dari asap itu. "Jemput aku disini," kata sosok berpakaian hitam itu. Sosok itu meletakkan peremp