"Lho, itu kan Nilam!" Pekik ibunya Nilam."Iya Bu, tapi kok......" Ucapan Bapak Nilam terhenti, saat melihat tangan Nilam yang menggendong bayi."Lho, itu anak siapa yang dibawa Nilam?" Tanya Titin, ibunya Nilam."Ayo kita cepat ke sana Bu," ajak Udin, bapaknya Nilam.Perasaan Titin menjadi nu tidak enak, melihat bayi yang ada dalam gendongan anaknya. Sebagai seorang ibu tentunya Titin merasa terjadi sesuatu dengan Nilam anaknya. Padahal selama ini, Nilam selalu mengabarkan baik-baik tentang dirinya, bahkan gajinya beberapa bulan ke depan selalu dikirim untuk membantu biaya sekolah kedua adik-adiknya. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan Nilam? Siapakah bayi yang ada dalam gendongannya?" Hati Titin terus bertanya-tanya.Tapi Titin tidak mau berpikir yang bukan bukan dulu. Sebelum Nilam menjelaskan semuanya, karena takut menjadi fitnah, atau keributan. Titin menahan segala keingintahuannya, sebelum Nilam menjelaskan kepadanya nanti.Titin dan Udin langsung bergegas berjalan ke depan.
"lho, Memangnya bayi ini belum dikasih nama?" Tanya Titin heran. "Boro-boro dikasih nama Bu, dilirik pun sama sekali tidak. Sayalah yang mengurusi bayi ini dari sejak lahir sampai sekarang," jawab Nilam."Betul apa yang dikatakan Nilam, bayi ini tidak mendapat perhatian dari kedua orang tuanya. Hanya para asisten rumah yang mengasihi bayi ini," tambah Pak sopir. "Astagfirullah, kasihan sekali kamu Nak. Biarlah kamu dirawat sama kami di sini, bayi ini umurnya berapa hari?" Tanya Titin. "Sekitar 3 Minggu Bu, anak ini belum aqiqah. Kasih tahu aku anak yang dilahirkan itu harus aqiqah Bu," jawab Nilam."Betul, kita nanti ada kan syukuran kecil-kecilan. Sekalian memberikan nama anak ini, Siapa tahu suatu hari nanti anak ini menjadi anak yang tumbuh dengan baik dan soleh," ucap Titin dengan suara tertahan. "Betul apa yang dikatakan Bu Titin, semoga anak ini tumbuh menjadi anak yang sholeh," Pak sopir tidak bisa meneruskan kata-katanya lagi. Hatinya benar-benar pedih melihat nasib bayi i
"nama yang bagus, Zahir bin Malik nama anak ini," ujar Udin sambil menatap bayi yang ada dalam gendongan Titin, istrinya."Iya, nama yang bagus. Ibu setuju sekali, tapi....." Titin menghentikan ucapannya. "Tapi apa Bu?" Tanya Nilam cepat. "Nama anak-anak kita kan awalannya huruf "N". Alangkah baiknya nama anak ini juga awalan nya dari huruf itu," jawab Titin sambil terkekeh. "Bagaimana kalau Nizam bin Malik?" Nia adiknya Nilam mengajukan usul."Nah itu bagus, nama yang sangat bagus," tukas Udin."Ya sudah namanya Nizam bin Malik saja," akhirnya mereka setuju, nama bayi ini jadinya Nizam bin Malik bukan Zahir bin Malik. "Bu, besok Nilam ke bank dulu ya. Atau ke ATM dulu, terus untuk beli motor sama mobil setelah selesai acara syukuran saja. Satu-satu dulu saja," Nilam mengajukan usul. "Sebaiknya begitu, satu-satu dulu lah. Baru setelah acara syukuran selesai. Kita renovasi rumah beserta kendaraan," Udin setuju dengan usulan Nilam, begitu pula dengan Titin. Karena syukuran aqiqah N
Mereka menoleh ke arah sumber suara, ternyata Titin datang untuk berbelanja. Mereka semua diam, mulutnya langsung terkunci, mereka menatap Titin dengan wajah bersalah. Karena orang yang digosipkan berada di hadapan mereka. "Kenapa tidak dilanjutkan lagi omongannya ibu-ibu. Silakan lanjutkan lagi, saya ke sini untuk belanja sayuran," ujar Titin, tangannya sibuk memilih-milih sayuran beserta lauk yang lainnya. Ibu-ibu langsung melempar pandangan, mereka merasa malu dengan omongan Titin. Karena tadi mereka begitu bersemangat menggosipkan keluarganya. "Eh, Maaf Bu Titin. Tadi kami memang membicarakan Nilam. Karena jujur saja, kami merasa kaget. Karena tahu-tahu anak ibu pulang membawa seorang bayi. Ingin bertanya sama ibu rasanya sungkan," akhirnya Bu Nonik menjelaskan apa yang sebenarnya dibahas sewaktu tadi. Tapi perkataan Bu Eti yang pasti menyakiti hati keluarga Bu Titin, tidak dibicarakan kembali. Bu Nonik berhati-hati menyampaikannya. "Oh, memang benar. Anak saya pulang membaw
"Eh, iya Mas," wajah Belda terlihat panik, saat melihat kedatangan Alex suaminya. Dia buru-buru bangkit dari tempat duduknya. Seorang pria tampan yang duduk di hadapan Belda menatap ke arah Alex. Belda langsung berjalan mendekati suaminya."Siapa laki-laki itu?" Tanya Alex sambil menatap tajam ke arah pria yang duduk di hadapan Belda."Dia, eh, anu, dia. Oh ya, temanku Mas," jawab Belda gugup.Alex menautkan kedua alisnya heran, hatinya mulai curiga dengan jawaban Belda yang terlihat gugup. Pria itu langsung bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan mendekati Alex, dia tersenyum ramah sama Alex."Kenalkan, saya sahabatnya Belda. Kebetulan kami bertemu di sini, kerjaan Saya seorang fotografer," si pria itu mengulurkan tangannya. Alex terlihat ragu-ragu mengulurkan tangannya, selalu menyambut uluran tangan pria itu, sambil menyebutkan namanya. "Alex, suaminya Belda.""Perta, Perta Cristian.""Mari kita duduk-duduk dulu, Belda belum selesai pemotretannya," Perta mengajak Alex untuk
Alex tidak bisa menikmati keindahan malam ini, hatinya sakit setelah melihat kenyataan kalau istrinya berselingkuh. Di dalam foto itu jelas-jelas istrinya sedang berada di sebuah kamar hotel dengan sahabatnya sendiri. "Kenapa hidupku bisa seperti ini? Apa salahku sama Belda? Padahal aku sudah menuruti segala keinginannya, sampai-sampai aku tega meninggalkan anakku sendiri. Bahkan anakku sekarang ada di bawah pengasuhan seorang art," Alex terus aja beli celoteh di dalam hatinya.Di wajahnya terlihat guratan penyesalan. Malam yang indah di kota Paris ini, seharusnya dilewati Alex dengan penuh kebahagiaan. Tapi sebuah kenyataan pahit yang kini dihadapi Alex. Tanpa berpikir panjang lagi, Alex langsung menyiapkan diri untuk segera kembali ke Indonesia. " Aku bawa luka di hati ini, mungkin kembalinya aku ke Indonesia, bisa melupakan rasa sakit hati ini," Alex bersiap-siap pulang ke Indonesia. Sebelum keluar dari apartemen, Alex menatap ke sekeliling ruangan, di mana apartemen ini menja
Alex menundukkan kepala, tidak bisa menjawab pertanyaan dari mamahnya. Hatinya sedang dilandak kebingungan, entah apa harus berkata bohong atau jujur. Kalau jujur sudah pasti mamahna memarahinya habis-habisan, kalau bohong suatu hari pasti akan ketahuan juga. "Jawab Alex!" Sentak Tuan Kusuma Wiranata.Nyonya Arimbi menatap tajam ke arah anaknya, "Memangnya apa yang terjadi sama kamu Alex?" Tanya Nyonya Arimbi dengan suara keras. Alex terdiam, masih belum berani berbicara sedikitpun, tatapan tajam dari orang tuanya. Membuat nyali Alex menciut. "Jawab Alex! Apakah beda sudah membuat hatimu sakit?" Tanya Nyonya Arimbi. "Kalau dia diam berarti benar, sudah papa bilang berkali-kali. Bahkan kami sudah mengingatkan, siapa Belda itu. Tapi kamu tetap ngeyel, dan memaksa ingin menikahinya," ucap tuanku semua tegas. "Maafkan Alex mah, pah. Karena tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini," Sekali lagi maafkan Alex," ucap Alex dengan suara pelan. "Sebenarnya, kami kemarin menguji kalian
Betapa terkejutnya Alex, melihat foto yang dikirimkan sama Lego. Dalam foto itu terlihat Belda dengan Perta di sebuah hotel yang cukup ternama di kota Jakarta. "Tapi....." Alex terlihat bingung, kenapa Perta sewaktu di Paris mengatakan kalau dirinya sudah lama tinggal di sana. "Kamu pasti kaget dan bingung," Lego Langsung menebak pikiran Alex. "Kamu itu terlalu bodoh, dan mau saja dibodoh-bodohi sama istrimu yang jadi foto model itu. Bisa saja kan mereka berangkat bareng dan satu pesawat sama kamu, tapi berbeda ruangan. Kamu tidak menyadari hal itu," cerocos Lego. "Ya Tuhanku, ternyata aku tidak menyadari semua itu, ternyata sudah direncanakan dari sebelumnya," ucap Alex sambil menyadarkan punggungnya di kursi kerja."Makanya sejak awal gue bilang, cinta itu jangan 100%, sisakan 20 atau 30%, bila kita kehilangan orang yang dicintai, tidak merasa sakit," ucap Lego sambil terkekeh.Wajah Alex terlihat merenggut kesal, tapi memang apa yang dikatakan Lego benar, dirinya terlalu mencin
"Saya tahu, anda inginkan yang terbaik buat Anda, silakan kalau mau membawa anak Anda ke luar negeri untuk berobat. Kami tidak keberatan sama sekali, Maaf di sini bila pelayanannya kurang baik," ucap dokter itu. Sedangkan Nilam masih duduk bengong, karena tidak menyangka di jam akan dibawa ke luar negeri sama Tuan Alex."Terima kasih dok, saya minta tolong secepatnya, segera dipersiapkan surat-surat yang diperlukan buat rumah sakit di sana," ucap Tuan Alex. "Baiklah, kami akan segera mempersiapkan surat-surat yang diperlukan," jawab dokter itu. "Kalau begitu kami permisi dulu," Tuan Alex langsung bangkit dari tempat duduknya, selalu mengulurkan tangan sambil mengucapkan terima kasih kembali sama dokter. Nilam mengikuti Tuan Alex dari belakang, Nilam bergegas jalan, biar sejajar dengan Tuan Alex langkahnya."Tuan, Nizam mau dibawa ke luar negeri? Terus bagaimana? Kenapa sampai dibawa ke luar negeri? Jangan atuh tuan. Berobat di sini saja, di sini juga banyak pengobatan yang bagus,
"Akhh, cepat dong Lego! Masa sih kamu bawa mobil kayak siput begini!" Berkali-kali Tuan Alex menegur Lego. Lego wajahnya masih tetap tenang, dia tidak mungkin membuat Tuan Alex lebih panik. Terlihat beberapa kali Tuan Alex mengusap wajahnya. Wajahnya terlihat panik dan cemas, hanya terus menata ponsel yang tidak pernah lepas dari genggaman tangannya. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan anakku?" Tanya tuan Alex."Sabar Bos, berdoalah, Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Nizam," ucap Lego, matanya tetap fokus ke depan. Waktu menunjukkan pukul 08.00 pagi, mobil yang dikemudikan Lego terus bergerak menuju luar kota Bandung. Setelah keluar dari jalan tol kota Bandung, Lego langsung melesat mobilnya menuju kota Ciamis. Perjalanan dari Bandung menuju kota Ciamis kurang lebih memakan waktu 3 jam. Celana dalam perjalanan, Tuan Alex tidak berbicara sepatah katapun, tapi terlihat dari wajahnya Dia terlihat sangat gelisah sekali. " Bos, berhenti dulu di rumah makan ya, aduh gue kebelet pip
"Akhh, cepat dong Lego! Masa sih kamu bawa mobil kayak siput begini!" Berkali-kali Tuan Alex menegur Lego. Lego wajahnya masih tetap tenang, dia tidak mungkin membuat Tuan Alex lebih panik. Terlihat beberapa kali Tuan Alex mengusap wajahnya. Wajahnya terlihat panik dan cemas, hanya terus menata ponsel yang tidak pernah lepas dari genggaman tangannya. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan anakku?" Tanya tuan Alex."Sabar Bos, berdoalah, Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Nizam," ucap Lego, matanya tetap fokus ke depan. Waktu menunjukkan pukul 08.00 pagi, mobil yang dikemudikan Lego terus bergerak menuju luar kota Bandung. Setelah keluar dari jalan tol kota Bandung, Lego langsung melesat mobilnya menuju kota Ciamis. Perjalanan dari Bandung menuju kota Ciamis kurang lebih memakan waktu 3 jam. Celana dalam perjalanan, Tuan Alex tidak berbicara sepatah katapun, tapi terlihat dari wajahnya Dia terlihat sangat gelisah sekali. " Bos, berhenti dulu di rumah makan ya, aduh gue kebelet pip
"Kenapa kamu meninggalkan Belda di Paris seorang diri?" Tanya Mirna, yang tak lain adalah tante dari mantan istrinya tuan Alex."Hei! Dengarkan dulu Jeng Mirna! Anakku meninggalkan si Belda! Karena keponakanmu itu selingkuh!" Nyonya Arimbi mengeja akhiran kata dengan tegas. "Aku tidak percaya! Kalau keponakanku itu selingkuh! Atau jangan kamu kurang memberikan nafkah sama si Belda!" Mirna malah menuduh Tuan Alex yang bukan-bukan. "Jaga mulut kamu jeng Mirna! Mana mungkin anakku tidak memberikan nafkah! Kamu tahu sendiri kan, selama ini Alex selalu memenuhi keinginan keponakanmu itu!" Balas Nyonya Arimbi sengit. Ruangan keluarga jadi terasa panas, suara teriakan-teriakan terdengar dari mulut Nyonya Arimbi dan Mirna. Sedangkan Tuan Kusuma dan Tuan Alex, hanya diam sambil menahan nafas mereka. "Terus kenapa kamu meninggalkan Belda sendirian di Paris! Aku mendapat telepon dari dia, bahkan aku mendengar sampai Belda menangis, katanya kamu meninggalkan dia tiba-tiba," ucap Mirna dengan
"Mungkin Bu Dewa malu ya?" Tanya Titin."Begitulah, lah hutang sudah lunas juga, masih saja nagih. Tapi untungnya, kita masih punya bukti-bukti pembayaran, coba kalau tidak, dia mau memanfaatkan kita," tukas Udin."Betul pak," ucap Titin."Ada-ada saja tetangga ya," ucap Udin sambil kembali ke belakang, karena masih banyak pekerjaan. Sedangkan Titin masuk ke dalam kamar Nilam. Ternyata Nizam agak rewel. " Kenapa dengan dedek Nizam?" Tanya Titin. "Entahlah Bu, dari tadi tumben rewel terus dedek Nizam," jawab Nilam."Sini biar ibu yang gendong," Titin langsung mengambil Nizam dari gendongan Nilam."Nanti sore kita bawa ke bidan, sekalian kan belum diperiksa, terus tanya kapan imunisasinya," ujar Titin sambil mengelus pucuk kepala Nizam."Iya Bu," jawab Nilam."Bu kapan kita ke dokter, spesialis tulang, Aku ingin tahu kondisi kaki Nizam," tanya Nilam."Kita ke bidan saja dulu, terus tanya dokter mana Yang cocok untuk menangani kaki Nizam," jawab Titin."Baiklah, Bu,"Ting.... ponselnya
"Iya, dia sepertinya keberatan, membawa Nizam kembali ke Jakarta," ucap tuan Alex dengan wajah kecewa."Loe sih, dulu membuang anak, sekarang menyesal kan," ucap Lego, sedikit menyalahkan tuan Alex."Itu bukan kemauan aku Lego! Itu kemauan Belda!" Sergah tuan Alex dengan wajah tidak senang. "Sama saja! Kenapa loe dulu tidak melarang si Belda yang kurang ajar itu!" Balas Lego."Karena loe terlalu bucin sama si Belda! coba loe pakai sedikit otak!" Sentak Lego.Tuan Alex terlihat diam, percuma melawan Lego, tapi memang apa yang dikatakan sama dia ada benarnya."Sorry, aku memang salah, Go. Jujur saja, aku malu punya anak cacat dan penyakitan. Padahal aku sangat berharap kalau Belda bisa melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan dan sempurna," ucap Tuan Alex melemah."Kamu seharusnya banyak bersyukur, hidup ini penuh dengan ujian, salah satunya ya, itu tadi. Loe sama Belda dikasih seorang anak laki-laki sama Tuhan, Apakah loe bisa merawatnya atau tidak. Nizam lahir dalam keadaan sepe
Kabar mengenai Nilam membeli sebuah mobil dan dua buah motor langsung merebak dan menjadi bahan gosip di lingkungan tempat tinggalnya. "Aku dengar-dengar sih, katanya dia mendapatkan uang 1 miliar, karena mengurus anak majikannya," ucap salah seorang Tetangga. "Iya benar, aku mendengar hal itu. Tapi kalau aku tidak mau, katanya sih bayinya penyakitan. Sampai-sampai kedua orang tuanya memberikan bayi itu sama Nilam, dengan upah 1 miliar," tukas tetangganya yang lain."Sama, aku juga tidak mau. Lagian aku tidak suka anak kecil, mendengarkan lisan saja telingaku langsung sakit," tambah tetangga yang satunya. Mereka bertiga terus membicarakan Nilam, sampai akhirnya bibi Lasmi mendekati mereka, kebetulan lewat nggak pulang ke rumahnya." Heh, Kalian sedang membicarakan Nilam ya?" Tanya bibi Lasmi sambil duduk di samping mereka bertiga."Iya, jujur saja. Kami kaget juga mendengar si Nilam mendapatkan upah 1 miliar. Harusnya tetangga dibagi dong, punya rezeki kok pelit banget," jawab teta
Tuan Alex terbangun dari tidurnya, tubuhnya tampak berkeringat, ternyata dia mimpi bertemu dengan Nizam. Lego menatap Tuan Alex karena merasa kaget tiba-tiba dia terbangun. Lego buru-buru mengambilkan tisu, lalu diberikan sama Tuan Alex, " elo mimpi ya?"Tuan Alex mengambil tisu di tangan Lego, lalu mengelap dahinya yang berkeringat, juga bagian leher belakangnya. "Entahlah, aku bermimpi, tiba-tiba anak itu memanggilku papa. Apa mungkin aku kangen sama dia ya?" Tanya tuan Alex."Yang namanya ikatan batin, ayah dan anak pasti ada. Jadi jangan heran, kamu pasti merindukan dia," jawab Lego.Tuan Alex terdiam, dia malah menyandarkan punggungnya di kursi, matanya terpejam. Entah kenapa tiba-tiba ada rasa kangen ingin sekali bertemu dengan Nizam.Lego yang mengetahui kegunaan hati sahabatnya, langsung memberikan saran. " Bagaimana kalau Nizam dibawa ke sini lagi juga sama Nilam. Biar kamu setiap hari bertemu, toh mungkin Nilam juga setuju."Tuan Alex menoleh ke arah Lego, " apa mungkin Ni
"Iya, itu mobil dan motor punya siapa?" Tanya ibu-ibu yang kebetulan sedang berkerumun di sebuah warung. "Kok sepertinya mobil itu berhenti di depan rumah Pak Udin ya?" Tanya Bu Nurma sambil menunjuk ke rumah Udin."Benar, Masa sih Pak Udin membeli mobil? Mana motornya 2 buah lagi," jawab Bu Rita, kepalanya melongok ke kanan dan ke kiri, melihat ke rumah Udin. "Iya, wah, wah. Rupanya mereka habis membeli mobil dan motor. Mereka punya uang dari mana ya?" Tanya Ceu Dede pemilik warung."Jangan-jangan....." Bu Nurma menghentikan ucapannya. "Jangan-jangan apa Bu Nurma?" Tanya Ceu Dede."Ah, tidak," jawab Bu Nurma."Lho, kenapa tidak diteruskan? Dengar-dengar ya, si Nilam itu dinikahi sama majikannya. Dan anaknya dibawa ke sini," ujar Bu Rita."Eh, kabar itu tidak benar Bu Rita. Aku sendiri mendengar dari kakaknya Pak Udin. Kalau Nilam itu membawa anak majikannya yang cacat dan penyakitan. Dia dikasih uang sebanyak 1 miliar," tukas Bu Nurma. "Hah!" Mata kedua ibu-ibu itu hendak melompa