Beranda / Romansa / Satu Miliar Untuk ART / Bab 2. Satu Miliar Untuk ART

Share

Bab 2. Satu Miliar Untuk ART

Penulis: UmiPutri
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-14 12:00:14

Nilam merasa aneh mendengar obrolan majikannya. Mereka sampai tidak mau mengakui darah daging mereka sendiri. Padahal bayi itu kelihatan tampan dan rupawan.

"Maafkan kami mah, belum bisa memberikan cucu yang sesuai harapan Mama dan papa," ucap Belda getir.

"Sudahlah tidak usah banyak basa-basi, kamu sekarang jadi berangkat kan? Jangan lupa bawa bayi yang penyakitan dan cacat itu," ucap Ibu Alex dengan suara ketus.

Alek Kusuma dan Belda Gayatri pasangan muda yang sedang mengejar karir. Alex seorang pengusaha ternama, sedangkan Belda seorang foto model yang sedang meniti karir. Saat ini keduanya akan pergi ke Paris, Karena Belda ada tawaran pekerjaan di sana.

Nilam duduk di dekat sopir, sedangkan Alex dan Belda duduk di belakang. Semua barang-barang diantar dengan mobil yang lain. Nilam menggendong bayi dengan perasaan tidak menentu. Dia terus menatap wajah bayi, ternyata walaupun kedua orang tuanya banyak harta, tetapi masih bayi itu disia-siakan oleh keluarganya sendiri.

"Ibu kasihan sama kamu Nak, ternyata nasibmu seperti ini. Tega sekali kedua orang tuamu yang sudah menyia-nyiakan kamu," gumam Nilam dalam hati, sebening cairan keluar dari mata Nilam, hatinya benar-benar tidak tega melihat bayi yang masih kecil ini, tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Mobil bergerak, Nilam dengan tenang menggendong bayi anak majikannya. Entah kenapa Nilam sendiri sejak semalam menyebut dirinya sendiri dengan kata " ibu". Entahlah Nilam juga tidak tahu, dan itu spontan Nilam ucapkan di dalam hatinya.

Sekitar 5 menit perjalanan menuju bandara, tiba-tiba mobil berhenti. Nilam kaget, lalu menoleh ke arah supir dan ke arah majikannya yang duduk di belakang.

Depan mobil yang ditumpangi Nilam, ada sebuah mobil mewah yang cukup besar. Tapi Nilam tahu mobil itu milik majikannya. Mobil dengan merek Alpa.

"Kamu pindah ke mobil yang di depan, yang akan mengantar kamu ke kampung halaman. Dan ingat, kamu harus merawat anak ini baik-baik. Anggap dia anak kamu sendiri," ucap Belda.

"Semua barang-barang sudah ditaruh di mobil itu, cepat sekarang kamu pindah! Saya tidak mau terlambat, Jangan sampai ketinggalan pesawat," tukas Alex.

Nilam menghela nafasnya, tangan yang membuka pintu mobil, lalu menoleh ke arah pasangan suami istri itu.

"Apakah Tuan dan Nyonya tidak mau mencium dulu bayi kecil ini?" Tanya Nilam memberanikan diri.

"Aku tidak sudi! Sudah kamu jangan banyak bicara! Cepat pergi dari hadapanku! Aku tidak punya anak penyakitan dan cacat seperti dia! Buat apa aku memberikan ciuman sama bayi sialan itu!" Jawab Belda sambil membentak.

Nilam memejamkan matanya, Entah kenapa hatinya teriris dan merasa sakit, mendengar Belda membentak seperti itu. " Benar-benar tidak punya hati dan perasaan!" Geram Belda dalam hati.

"Ayo cepat Nilam," ucap sopir mobil besar itu, yang sudah berdiri di depan Nilam mengganggukan kepalanya.

Mobil yang ditumpangi Alex dan Belda, langsung melesat menuju bandara. Nilam menatap kepergian mobil tuannya. Majikannya itu tidak berbicara sedikitpun, sekedar basa-basi sama Nilam dan bayinya.

"Itulah orang kaya Nilam, dengan segala hartanya mereka bisa melakukan semuanya. Walaupun kadang satu sisi mereka menyakiti hati orang keluarganya atau orang lain," ucap sopir sama Nilam yang duduk di samping sopir.

"Mereka benar-benar tega Pak Dudung. Mereka meninggalkan bayi sekecil ini. Aku saja yang belum menikah dan punya anak merasa aneh dengan majikanku," tukas Nilam.

"Sudah aku katakan tadi, dengan uang mereka bisa melakukan segalanya. Majikan kita demi karir dan bisnis mereka, mereka tega menelantarkan bayinya sendiri. Mereka tidak mau memberikan kasih sayang sama bayi yang baru dilahirkan. Lebih baik membayar kamu daripada harus merawat bayi ini.'

"Betul Pak, apa karena bayi ini cacat dan penyakitnya? Padahal kata dokter bisa disembuhkan kaki ini, diobati rutin dan mengikuti saran dokter."

"Lebih aneh lagi, saat bayi ini lahir. Mereka tidak mau ada orang yang melihat bayi mereka. Mungkin mereka malu melahirkan bayi seperti ini."

"Padahal itu semua sudah diatur sama Tuhan. Kalau penyakit dan cacatnya itu bisa disembuhkan. Kenapa tidak ya," tukas sopir.

"Betul apa yang dikatakan bapak, justru sekarang aku harus siap-siap menghadapi omongan tetangga. Pulang pulang dari merantau membawa bayi. Bapak juga tahu kan omongan tetangga di kampung itu bagaimana," bila mengeluarkan isi hatinya.

"Berdoalah Nilam, Tuhan sayang sama kamu, hingga Allah menitipkan bayi ini, dan ini rencana Tuhan. Kamu diberikan anugerah yang tidak terkira walaupun belum menikah," ucap sang sopir itu memberikan semangat sama Nilam.

Sejak tadi memang Dilan berpikir terus, dia pulang sambil membawa bayi merah. Sudah tentu omongan miring tetangga terdengar.

"Itu semua barang-barang bagi kan?" Tanya sopir sambil menunjuk ke belakang.

"Iya pak, malam tadi aku yang membereskan semuanya. Majikanku benar-benar tidak punya hati dan perasaan. Mereka bilang jangan sampai ada barang bayi ini yang tertinggal di kamar itu," jawab Nilam.

"Yang aku tahu selama ini, orang tuanya Tuan Alex itu menginginkan cucu laki-laki, sebagai penerus keluarga mereka. Apalagi orang tuanya Tuhan Allah itu mempunyai beberapa perusahaan besar, mungkin cucunya sebagai pewaris tunggal satu-satunya. Tapi kenyataannya lain, bayi yang dilahirkan Tuan Alex dan nyonya Belda keadaannya seperti itu. Makanya nyonya besar dan Tuan besar benar-benar kecewa.

"Ternyata hidup orang kaya seribet itu ya pak. Kita mah orang miskin tenang-tenang saja, yang penting perut terisi dan ada uang untuk bayar hutang," ucap Nilam sambil terkekeh.

"Betul Nilam, orang miskin itu seperti kita tidak terlalu banyak pikiran. Yang penting kebutuhan sehari-hari tercukupi. Kita mah mana mungkin banyak kemauan karena mengukur penghasilan kita itu sebesar apa. Tapi bagi orang-orang kaya, uang memang tidak jadi masalah, dan mereka harus kelihatan sempurna di mata manusia," tukas pak sopir.

"Saya pertama kali datang ke rumah itu kaget juga pak, hidup mereka benar-benar diatur oleh dunia. Makan saja dari mulai sarapan pagi sampai makan malam menunya beda-beda kan. Tapi kita orang kampung, pagi sayur asem kacang merah, siang sayur asem kacang merah, malam sayur asem kacang merah, besoknya masih tetap sayur kacang merah yang dihangatkan sampai hitam airnya seperti," meledaklah tertawa mereka berdua, apalagi Pak sopir, ternyata Nilam pandai ngelawak.

Mobil berbelok ke kanan menuju kampung Nilam, kampung yang masih sejuk udaranya, berada di bawah gunung Syawal kota Ciamis. Nilam tinggal di kota Ciamis kotak kecil yang masih asri.

Nilam tinggal di sebuah perkampungan yang penduduknya masih tidak terlalu padat. Rumah Nilam sederhana, orang tuanya Nilam hanyalah seorang buruh petani, hidup mereka sederhana tetapi tidak pernah kekurangan.

Nilam bekerja di kota Jakarta, ingin membantu kedua orang tuanya membiayai dua orang adiknya yang masih sekolah.

Mobil berhenti di depan rumah Nilam, para tetangga yang kebetulan lewat menatap heran ke arah mobil itu.

"Pak itu mobil siapa ya?_____"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Elok Fatimah
kn msh bsa d terapi. ga hrs dasingkn bgtu. dluar ngri lbh cnggh kn altnya. ampun
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 70. Tamat

    Dikarenakan keluarga Tuan Alex sudah terkumpul, Belda dan Mira bergegas berpamitan meninggalkan rumah sakit. Karena mereka berdua merasa tidak enak, lagian mungkin Zahrani sudah menunggu terlalu lama di salon itu. "Ternyata Nilam hatinya benar-benar mulia Belda, tidak sia-sia kamu mempercayakan Nizam sama Nilam, aku yakin Nilam akan menjadi Ibu yang baik bagi anakku," ucap Mirna dalam perjalanan menuju salon. "Iya, hatiku sekarang tenang dan lega. Apalagi melihat Nizam tadi tumbuh menjadi anak yang kuat dan sehat, aku benar-benar tenang Mira," ucap Belda."Bersyukurlah kamu, anakmu berada di lingkungan yang sangat menyayangi dirinya, kamu terus mendoakan Nizam, agar anakmu bisa berhasil sampai suatu saat nanti, dan bisa membuat kamu bangga," ucap Mira.Tak lama kemudian mobil tiba di salon, setelah memarkirkan mobil, keduanya keluar dan langsung masuk ke dalam salon. Mata Belda dan Mira terbelalak melihat perubahan pada diri Zahrani. "Masya Allah, wowwwww, ini benar Zahrani kan?"

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 69

    "Ngapain kamu datang ke sini Belda?" Tanya Nyonya Arimbi tiba-tiba. "Mah," panggil Nilam dengan lemah lembut, Nilam tidak ingin terjadi keributan antara Nyonya Arimbi dan Belda. "Mbak Belda datang ke sini hanya ingin ketemu dengan anaknya mah, kasihan Mbak Belda. Apalagi dia sedang sakit, tolong ya mama," ucap Nilam kembali. Belda langsung berdiri walaupun hatinya terasa rapuh berhadapan dengan mantan mertuanya. Lalu dia meraih tangan Nyonya Arimbi. Tiba-tiba air mata Belda jatuh di atas punggung tangan Nyonya Arimbi. "Bagaimana kabar nyonya?" Tanya Belda dengan penuh hormat, kan dia tidak berani memanggil Nyonya Arimbi dengan sebutan mama. "Baik," jawab Nyonya Arimbi dengan ada ketus. "Nyonya," Mira ikut mencium punggung tangan ibunya Tuan Alex.Nyonya Arimbi bukannya ikut duduk, setelah bersalaman dia lalu pergi ke ruang dapur, entah apa yang dilakukannya, karena memang sudah kebiasaan, kalau datang ke rumah Nilam, pasti Nyonya Arimbi langsung makan. Beliau selalu mengatakan,

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 68

    Belda melihat seorang anak kecil berlari-lari ke arah seorang wanita cantik, yang tak lain wanita itu, Nilam. Yang sudah dianggap sebagai ibu kandung oleh Nizam yang berusia 3 tahun. Ada perasaan nyeri yang menjalar di hati Belda, saat anak kandung sendiri memanggil ibu sama wanita yang bukan ibu kandungnya."Nizam," desis Belda sambil menatap nanar keduanya, mana Nizam tampak tertawa-tawa dalam pelukan Nilam."Itu Nizam sama Nilam kan?" Tanya Mira sambil menatap ke arah mereka berdua.Belda langsung menganggukan kepalanya, tak terasa air matanya menggenang di pipi, ternyata pemandangan yang ada di depannya membuat hatinya terasa perih."Ayo kita cepat ke dalam, pasti Nilam akan mengizinkan kamu bertemu dengan anaknya sendiri," ajak Mira.Mobil Mira langsung bergerak menuju pintu gerbang rumah tuan Alex. Pintu gerbang besi yang menjulang tinggi, si sopir langsung menyembunyikan klakson, tak lama yang terlihat seorang satpam berlari ke arah pintu gerbang. Yang membuka pintu gerbang l

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 67

    "Kenapa? Kamu kaget tentunya Mira, kamu tahu kan tadi yang membawa makanan dan minuman ke sini? Itu Zahrani namanya, Dia asisten rumahku, wajahnya cantik kan? Tubuhnya tinggi semampai, cuma anak itu tubuhnya tertutup dengan gamis lebar, aku melihat rambut dia juga sangat terlihat indah," ucap Belda."Oh, anak yang tadi rupanya ya, tapi apakah dia bersedia?" Tanya Mira. "Menurut aku pasti dia bersedia, dan aku tahu dia itu seorang pekerja keras, dia bahkan mau menjadi asisten rumah di sini, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dia tinggal berdua bersama ibunya, rumahnya juga tidak jauh dari sini," ucap Belda.Zahrani memang bercerita tentang kehidupan dia waktu itu. Belda ingin mengangkat derajat Zahrani, dia harus menjadi seorang foto model walaupun dengan pakaian tertutup. Karena sekarang banyak pakaian model muslimah yang sedang ngetrend."Baiklah besok aku akan menghubungi temanku, tolong dandani Zahrani sedikit ya, wajahnya kelihatan fresh, atau aku bawa ke salon saja, bia

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 66

    Panggilan Karin terhadap Perta, langsung bunyi tak perhatian para karyawan yang akan masuk kerja. Hampir semua para karyawan mendengar panggilan itu, mereka menautkan kedua alisnya heran. "Kok bu Karin, panggil Pak Petra dengan sebutan Mas? Ada apa di antara mereka ya?" Tanya salah seorang karyawan sambil berbisik."Jangan-jangan mereka ada hubungan spesial, tapi sudahlah kita jangan banyak bicara. Kamu tahu sendiri kan Karin itu siapa? Dia adik bos perusahaan kita, kalau kita terus saja membicarakan dirinya, bisa-bisa kita dipecat dari perusahaan ini, ayo kita masuk," ucap karyawan itu. "Mas, Kenapa wajahmu seperti itu?" Tanya Karin, karena Karin merasa wajah Perta sedikit keruh. "Sewaktu kita pergi ke puncak, rupanya ada seseorang yang sengaja mengirimkan foto ke istriku," ucap Perta."Hah! Yang benar saja kamu bicara! Masa sih ada yang berani mengirim foto kita berdua," tukas Karin tidak percaya. Walaupun sebenarnya dalam hati Karin dia merasa bahagia, seandainya Belda tahu, te

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 65

    "Darimana kamu Mas?" Tanya Belda sambil menyalakan lampu ruang tengah. Belda menyipitkan matanya, karena melihat rambut Perta sepertinya habis keramas. Perta langsung terperanjat, saat melihat istrinya sudah berdiri di ruang tengah, padahal sewaktu masuk tadi, ruangan masih gelap gulita. Wajah Perta langsung terlihat pucat pasi. "Haruskah aku mengulangi kembali pertanyaanku?" Tanya Belda sambil menatap tajam ke arah suaminya. Buru-buru Perta menguasai keadaan, lalu berkata sama Belda, " aku habis ada urusan kantor dari luar, aku habis menemani si Bos untuk bertemu dengan klien, Maaf aku pulang terlambat," ucap Perta."Oh, ya? Bertemu dengan klien sampai dini hari begini? Memangnya klien itu cukup penting ya? Kenapa bertemu dengan klien, rambut kamu basah seperti itu? Habis keramas sama klien ya?" Kembali Belda menyindir suaminya. Perta seketika langsung tersentak, wajahnya terlihat tegang. Dia buru-buru menghindar dari Belda, anehnya lagi Perta masuk ke dalam kamar yang satunya, b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status