Home / Romansa / Satu Miliar Untuk ART / Bab 1. Sebuah Tawaran

Share

Satu Miliar Untuk ART
Satu Miliar Untuk ART
Author: UmiPutri

Bab 1. Sebuah Tawaran

Author: UmiPutri
last update Last Updated: 2025-02-14 11:53:55

"Satu Milyar! Aku bayar kamu untuk merawat anakku!" Ucap seorang pria yang duduk di samping wanita cantik.

Di depannya seorang gadis sederhana yang baru saja beberapa bulan bekerja di rumah mereka. Langsung terlonjak saking kagetnya, mendengar majikannya berkata seperti itu.

Gadis sederhana itu bernama Nilam Sari, usianya baru 19 tahun, dia menerima pekerjaan sebagai asisten rumah. Gadis itu bekerja untuk membantu keluarganya di kampung.

"Kami mau tinggal di luar negeri, kami tidak mungkin membawa bayi ini ke sana, apalagi dia penyakitan seperti ini. Aku mohon Nilam, bawalah anak itu ke kampung kamu," ucap wanita cantik itu dengan tatapan mata memelas.

Sontak mata nilam hampir meloncat dari cangkangnya. Karena terkejut mendengar ucapan wanita cantik itu.

"Iya Nilam, Kamu tahu kan istriku itu siapa? Dia ingin fokus berkarir dulu. Tidak mungkin orang tuaku merawat bayi ini, Kamu tahu kan usia mereka sudah uzur," tambah pria yang duduk di samping wanita cantik.

Nilam diam, mulutnya seakan-akan terkunci tidak bisa berbicara sedikitpun. Hatinya bingung menerima tawaran dari majikannya.

"Ayolah Nilam, kami percaya, kamu pasti bisa merawat anakku," wanita itu setengah memaksa nilam, agar mau merawat anaknya.

Nilam menatap wanita cantik itu. " Kenapa Nyonya percaya sama saya? Bukankah saya baru beberapa bulan bekerja di rumah ini?"

Alex sama Belda saling melempar pandangan, mereka juga tidak mengerti, kenapa Nilam yang dipilih untuk merawat anaknya.

"Kenapa tuan dan nyonya diam?" Nilam mencoba memberanikan diri berbicara.

"A__ku, percaya saja sama kamu," jawab Belda gugup.

"Nilam, ayolah. Kamu bisa kan menolong kami. Kami siap bersujud di kakimu, agar kamu mau merawat anakku. Kamu juga jangan khawatir, kebutuhan anakku aku transfer setiap bulannya. Dan uang satu miliar itu anggap upah kamu selama merawat anakku," ucap Alex.

"Baiklah, rencana tuan dan nyonya bagaimana?" tanya Nilam.

"Kamu tahu sendiri kan, kami sudah berbicara dengan kedua orang tuaku. Akan membawa kamu dan bayi kami, tapi kami berubah pikiran. Tidak mau membawa bayi kami, karena sudah pasti di sana akan merepotkan kami," jawab Alex.

"Kamu besok pura-pura ikut dengan kami ke bandara, nanti setelah di bandara, kamu akan diantar oleh sopir keluarga kami untuk pulang ke kampung halamanmu," tambah Belda dengan wajah sedikit berseri-seri. Hatinya merasa senang karena Nilam bersedia merawat anaknya.

"Ternyata otak mereka pintar, mereka pandai berbohong di depan orang tua. Apa mereka tidak tahu dosa ya?" Tanya Nilam dalam hati.

"Sekarang bawalah anak ini ke kamar kamu, dan kamu besok harus siap-siap, jam 07.00 pagi kita berangkat ke bandara. Aku dan suamiku berangkat pukul 09.00 pagi menuju Paris,"Belda langsung menyuruh Nilam keluar dari kamarnya.

Nila mengambil bayi yang berada di dalam, hatinya benar-benar tidak tega melihat kondisi bayi seperti itu. Anak yang dilahirkan sama Alex dan Belda salah satu kakinya cacat. Padahal wajah anak itu tampan dan rupawan. Telapak kaki bayi itu sedikit bengkok.

Padahal dokter mengatakan kaki anak itu bisa kembali lurus melalui terapi dan operasi. Tapi Belda benar-benar malu, melihat fisik anak yang dilahirkannya. Sewaktu lahir, bayi itu malah disembunyikan, tidak boleh ada seorangpun yang melihatnya.

Nilam menggendong bayi itu keluar dari kamar majikannya. Lalu menuju kamar bayi itu, saking kecewanya, Alex dan Belda belum memberikan nama sama bayi itu.

Tiba di kamar bayi, dengan perlahan Nilam meletakkan bayi di atas box. Airmata Nilam meleleh, karena sedih melihat nasib bayi, yang akan ditinggalkan oleh kedua orang tuanya.

Alex dan Belda benar-benar tega meninggalkan bayi Mereka dan menitipkan pada orang lain. Demi sebuah karir dan pekerjaan, rela mengorbankan anaknya. Mereka tidak bisa berpikir kedepannya bagaimana. Karena yang ada di pikiran mereka berdua adalah karir untuk mengumpulkan harta sebanyak mungkin.

"Kamu harus kuat Nak, kamu tidak boleh menyerah dengan keadaan. Ibu akan selalu menyayangimu," gumam Nilam dengan tidak sadar mengucapkan kata "ibu".

"Astaghfirullah, kenapa aku menyebut diriku sendiri dengan panggilan itu," gumam Nilam.

Bayi kecil itu menggeliat, lalu menguap, dan kembali tertidur dengan nyenyak. Nilam berjalan lalu duduk di atas tempat tidur.

Dirinya masih tidak percaya, menerima sejumlah uang yang cukup besar. Saat ini dirinya memang benar-benar membutuhkan uang untuk membantu keluarganya terbebas dari hutang.

"Apakah ini jawaban doa-doaku ya Allah, di satu sisi aku bersyukur menerima rezeki sebanyak itu. Di satu sisi aku harus bisa merawat anak kecil ini," ucap bilang dalam hati.

Nilam Langsung tertidur, karena ingat, dia harus bangun pagi-pagi. Matanya tidak dapat sudah tidak dapat menahan kantuk.

Keesokan harinya, Nilam sudah membereskan semua barang-barang bayi, semua peralatan bayi juga di bawa.

Belda memberikan alasan tertentu sama mertuanya, kenapa semua barang-barang anaknya dibawa. Mertuanya langsung setuju.

"Biar hemat mah, kami tidak mau berbelanja lagi di sana," alasan yang masuk akal.

Walaupun sebenarnya barang-barang itu akan dibawa ke rumah Nilam di kampung. Nilam langsung berpamitan sama asisten rumah yang lain. Mereka sampai bertangis-tangisan. Selama bekerja memang Nilam selalu bersikap baik bahkan selalu membantu pekerjaan asisten yang lainnya.

Di rumah ini banyak yang menyukai Nilam, selain cantik juga rajin bekerja.

Terlihat Alex dan Belda sedang berbicara dengan kedua orang tuanya di ruang makan.

"Bukannya aku tidak mau merawat cucuku! Tapi mau ditaruh di mana mukaku ini! Aku tidak mau punya cucu yang cacat seperti dia," ucap mamahnya Alex dengan nada ketus.

"Iya mah, tenang saja kok kami akan membawa anak kami. Maafkan kalau anak kami sudah membuat Mamah dan papa malu," ucap Belda dengan suara sedih.

"Punya cucu kok tidak bisa dibanggakan....."

Alek dan Belda cuma diam sambil menundukkan kepalanya. tidak berani menatap ke arah orang tuanya.

"pokoknya aku tidak mau mendengarkan tangis bayi ini! terserah kalian mau bawa ke mana! yang penting jangan ada di rumah ini. Aku tidak mau merawat dia!" kembali suara ketus mamahnya Alex terdengar.

malah kedua orang tuanya Alex cepat meninggalkan ruangan makan, sepertinya mereka tidak peduli dengan bayi yang dilahirkan sama Belda.

Alex menghela nafasnya dalam-dalam, dia benar-benar ada di persimpangan jalan. tapi harus bagaimana lagi, Belda menginginkan bayinya untuk tetap tinggal di Indonesia. sementara dia dan dirinya akan pergi ke Prancis untuk meniti karir.

"Mas, sudahlah Jangan kebingungan seperti itu. aku yakin Nilam bisa merawat anak kita dengan baik. pokoknya tenang saja deh, sekarang kita fokus sama karir kita untuk masa depan kita juga kan," ucap Belda sambil meraih cangkir yang berisi teh hangat.

"Entahlah......" gumam Alex.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 70. Tamat

    Dikarenakan keluarga Tuan Alex sudah terkumpul, Belda dan Mira bergegas berpamitan meninggalkan rumah sakit. Karena mereka berdua merasa tidak enak, lagian mungkin Zahrani sudah menunggu terlalu lama di salon itu. "Ternyata Nilam hatinya benar-benar mulia Belda, tidak sia-sia kamu mempercayakan Nizam sama Nilam, aku yakin Nilam akan menjadi Ibu yang baik bagi anakku," ucap Mirna dalam perjalanan menuju salon. "Iya, hatiku sekarang tenang dan lega. Apalagi melihat Nizam tadi tumbuh menjadi anak yang kuat dan sehat, aku benar-benar tenang Mira," ucap Belda."Bersyukurlah kamu, anakmu berada di lingkungan yang sangat menyayangi dirinya, kamu terus mendoakan Nizam, agar anakmu bisa berhasil sampai suatu saat nanti, dan bisa membuat kamu bangga," ucap Mira.Tak lama kemudian mobil tiba di salon, setelah memarkirkan mobil, keduanya keluar dan langsung masuk ke dalam salon. Mata Belda dan Mira terbelalak melihat perubahan pada diri Zahrani. "Masya Allah, wowwwww, ini benar Zahrani kan?"

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 69

    "Ngapain kamu datang ke sini Belda?" Tanya Nyonya Arimbi tiba-tiba. "Mah," panggil Nilam dengan lemah lembut, Nilam tidak ingin terjadi keributan antara Nyonya Arimbi dan Belda. "Mbak Belda datang ke sini hanya ingin ketemu dengan anaknya mah, kasihan Mbak Belda. Apalagi dia sedang sakit, tolong ya mama," ucap Nilam kembali. Belda langsung berdiri walaupun hatinya terasa rapuh berhadapan dengan mantan mertuanya. Lalu dia meraih tangan Nyonya Arimbi. Tiba-tiba air mata Belda jatuh di atas punggung tangan Nyonya Arimbi. "Bagaimana kabar nyonya?" Tanya Belda dengan penuh hormat, kan dia tidak berani memanggil Nyonya Arimbi dengan sebutan mama. "Baik," jawab Nyonya Arimbi dengan ada ketus. "Nyonya," Mira ikut mencium punggung tangan ibunya Tuan Alex.Nyonya Arimbi bukannya ikut duduk, setelah bersalaman dia lalu pergi ke ruang dapur, entah apa yang dilakukannya, karena memang sudah kebiasaan, kalau datang ke rumah Nilam, pasti Nyonya Arimbi langsung makan. Beliau selalu mengatakan,

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 68

    Belda melihat seorang anak kecil berlari-lari ke arah seorang wanita cantik, yang tak lain wanita itu, Nilam. Yang sudah dianggap sebagai ibu kandung oleh Nizam yang berusia 3 tahun. Ada perasaan nyeri yang menjalar di hati Belda, saat anak kandung sendiri memanggil ibu sama wanita yang bukan ibu kandungnya."Nizam," desis Belda sambil menatap nanar keduanya, mana Nizam tampak tertawa-tawa dalam pelukan Nilam."Itu Nizam sama Nilam kan?" Tanya Mira sambil menatap ke arah mereka berdua.Belda langsung menganggukan kepalanya, tak terasa air matanya menggenang di pipi, ternyata pemandangan yang ada di depannya membuat hatinya terasa perih."Ayo kita cepat ke dalam, pasti Nilam akan mengizinkan kamu bertemu dengan anaknya sendiri," ajak Mira.Mobil Mira langsung bergerak menuju pintu gerbang rumah tuan Alex. Pintu gerbang besi yang menjulang tinggi, si sopir langsung menyembunyikan klakson, tak lama yang terlihat seorang satpam berlari ke arah pintu gerbang. Yang membuka pintu gerbang l

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 67

    "Kenapa? Kamu kaget tentunya Mira, kamu tahu kan tadi yang membawa makanan dan minuman ke sini? Itu Zahrani namanya, Dia asisten rumahku, wajahnya cantik kan? Tubuhnya tinggi semampai, cuma anak itu tubuhnya tertutup dengan gamis lebar, aku melihat rambut dia juga sangat terlihat indah," ucap Belda."Oh, anak yang tadi rupanya ya, tapi apakah dia bersedia?" Tanya Mira. "Menurut aku pasti dia bersedia, dan aku tahu dia itu seorang pekerja keras, dia bahkan mau menjadi asisten rumah di sini, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dia tinggal berdua bersama ibunya, rumahnya juga tidak jauh dari sini," ucap Belda.Zahrani memang bercerita tentang kehidupan dia waktu itu. Belda ingin mengangkat derajat Zahrani, dia harus menjadi seorang foto model walaupun dengan pakaian tertutup. Karena sekarang banyak pakaian model muslimah yang sedang ngetrend."Baiklah besok aku akan menghubungi temanku, tolong dandani Zahrani sedikit ya, wajahnya kelihatan fresh, atau aku bawa ke salon saja, bia

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 66

    Panggilan Karin terhadap Perta, langsung bunyi tak perhatian para karyawan yang akan masuk kerja. Hampir semua para karyawan mendengar panggilan itu, mereka menautkan kedua alisnya heran. "Kok bu Karin, panggil Pak Petra dengan sebutan Mas? Ada apa di antara mereka ya?" Tanya salah seorang karyawan sambil berbisik."Jangan-jangan mereka ada hubungan spesial, tapi sudahlah kita jangan banyak bicara. Kamu tahu sendiri kan Karin itu siapa? Dia adik bos perusahaan kita, kalau kita terus saja membicarakan dirinya, bisa-bisa kita dipecat dari perusahaan ini, ayo kita masuk," ucap karyawan itu. "Mas, Kenapa wajahmu seperti itu?" Tanya Karin, karena Karin merasa wajah Perta sedikit keruh. "Sewaktu kita pergi ke puncak, rupanya ada seseorang yang sengaja mengirimkan foto ke istriku," ucap Perta."Hah! Yang benar saja kamu bicara! Masa sih ada yang berani mengirim foto kita berdua," tukas Karin tidak percaya. Walaupun sebenarnya dalam hati Karin dia merasa bahagia, seandainya Belda tahu, te

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 65

    "Darimana kamu Mas?" Tanya Belda sambil menyalakan lampu ruang tengah. Belda menyipitkan matanya, karena melihat rambut Perta sepertinya habis keramas. Perta langsung terperanjat, saat melihat istrinya sudah berdiri di ruang tengah, padahal sewaktu masuk tadi, ruangan masih gelap gulita. Wajah Perta langsung terlihat pucat pasi. "Haruskah aku mengulangi kembali pertanyaanku?" Tanya Belda sambil menatap tajam ke arah suaminya. Buru-buru Perta menguasai keadaan, lalu berkata sama Belda, " aku habis ada urusan kantor dari luar, aku habis menemani si Bos untuk bertemu dengan klien, Maaf aku pulang terlambat," ucap Perta."Oh, ya? Bertemu dengan klien sampai dini hari begini? Memangnya klien itu cukup penting ya? Kenapa bertemu dengan klien, rambut kamu basah seperti itu? Habis keramas sama klien ya?" Kembali Belda menyindir suaminya. Perta seketika langsung tersentak, wajahnya terlihat tegang. Dia buru-buru menghindar dari Belda, anehnya lagi Perta masuk ke dalam kamar yang satunya, b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status