Mas Jaka langsung cepat-cepat mematikan teleponnya dan membiarkan Shanum berdiri dihadapannya dengan tangan melipat di dada. "Kamu ngomong sayang kan barusan? Buruan ngaku!"
"Sayang apanya? Kamu ngaco aja sih. Enggak kok, salah denger kamu.""Kamu kira aku budeg apa?"Mas Jaka semakin tercekat. Ia pun mulai beralasan."Oh maksud kamu sayang itu... Gini loh... temanku kan punya anak, nah itu aku ngomong sayang ke anaknya. Anaknya kan masih kecil banget tuh. Lucu dia.""Bohong?""Beneran, nih kalo mau telepon lagi mah."Shanum menimbang-nimbang perkataannya dan lantas berkata. "Yaudah aku percaya tapi kalo bohong awas aja. Nanti aku bakalan gantung kamu di tiang jemuran.""Tega banget, emang aku pakaian apa."Mereka pun saling masuk kembali ke dalam rumah. Mas Jaka mengambil kantung belanjaan yang tertinggal lalu membawanya masuk dan menaruhnya sembarang."Gavin kok masih belum pulang ya? Betah dia disana kayaknya.""Yah kayak enggak tahu anak muda aja." jawab mas Jaka."Ya jangan kebablasan juga, nanti keganggu gimana yang punya rumah? Minimal berapa jam aja gitu mainnya.""Ya gak mungkin lah. Ghea kan tinggal berdua doang sama adiknya."Shanum tersentak dan langsung mengernyit heran."Kamu tahu dari mana Ghea tinggal berdua doang sama adiknya? Aku bahkan gak tahu loh tentang hal ini. Kok kayaknya kamu tahu banget ya tentang Ghea?""Ya karena dia sendiri yang cerita. Kan kita seringketemu bareng waktu sama Gavin, sering ngobrol.""Oh.""Ah aku takut mereka ngapa-ngapain. Coba aku telepon dia." ucap Shanum yang langsung mengambil ponselnya dan telepon. Telepon tersambung."Vin, kamu lagi ngapain disana? Pulangnya jangan lama-lama!""Enggak bu, ini Gavin lagi bantuin Ghea ngerjain peer kok.""Oh gitu. Emang kamu pinter?""Pinter dong. Ibu meragukan otak anak ibu sendiri nih.""Udahlah sekalipun ngerjain peer juga kan udah malem.""Iya iya. Eh, tapi kata Ghea dia mau makan malam bareng tapi asalkan jangan sekarang-sekarang bu.""Oh kapan dong?""Minggu depan aja. Mau ngumpulin keberanian dulu katanya.""Haha ada-ada aja. Ketemu sama ibu gak gigit bilang gitu. Kenapa mesti ngumpulin keberanian? Emang ibu singa?""Iya bu."Telepon ditutup. Shanum mendadak melihat ke arah mas Jaka yang juga sedang melihatnya. Sepintas muncul kilasan kunciran rambut yang masih menjadi tanda tanya didalam kepalanya."Mas, aku baru inget sekarang. Kamu waktu ngecek ke toko beberapa hari lalu ninggalin iket rambut ya?" tanya Shanum membuat mas Jaka tersentak kaget. "I-iket rambut?""Iya, iket rambut warna pink. Itu bukan punyaku loh. Dan Intan juga bilang itu bukan punya dia. Jangan-jangan....""Ya enggaklah. Emangnya yang lalu lalang di sekitar sana aku doang? Barangkali itu punya pembeli.""Tapi itu posisinya didalem bukan diluar. Kamu tahu sendiri pembeli dilarang masuk ke dalam agenku. Ya mana mungkin.""Kelempar, ada anak pembeli yang kesana terus kelempar kedalam. Gampang kan?""Hmm gak tahu juga deh. Tapi beneran ini bukan punya kamu?" tanya Shanum."Iya beneran.""Yaudah kalo bukan, mungkin punya orang." ucap Shanum tanpa merasa aneh sekalipun.Seperti biasa, di malam harinya Shanum kembali memeriksa isi tas mas Jaka barangkali ada sesuatu mencurigakan lagi seperti kemarin. Shanum membongkar isi tas mas Jaka dan terbukti menampak sebuah kwitansi pembayaran rumah sakit atas nama Gheanita ananda putri. Rasanya sangat heran."Ini... siapa? Gheanita itu siapa?!" tanya Shanum sangat curiga."Pembayarannya juga gak sedikit loh ini, delapan belas juta! Kenapa bisa sebesar ini pembayarannya? Memangnya Gheanita ini siapa, dia sakit apa?! Dan kenapa harus suamiku yang membayar?! Aku harus cari tahu pokoknya, mas awas saja kamu main-main dibelakangku."Esok paginya, Mas Jaka sudah berangkat kerja. Shanum melepasnya dengan senyum dan lambaian tangan, seperti biasa.Tidak tahu jika... Shanum merencanakan hal sesuatu di belakangnya. Shanum segera mengunci pintu, kebetulan Gavin sudah berangkat sejak pagi tadi. Shanum duduk di atas jok motor dan mengeluarkan motor beat itu keluar pagar.Lalu Shanum tutup kembali pagar hitam itu dan kunci. Shanum melakukannya dengan cepat khawatir tertinggal jauh oleh Mas Jaka.Ya, kini Shanum berniat memata-matainya, kemana sebenarnya dia sebelum pergi berangkat kerja? Apakah mengantar anak perempuan itu?!Shanum menyusuri jalan mengikuti motor Nmax hitam Mas Jaka. Shanum sedikit memberi jarak sekitar beberapa meter agar tidak ketahuan oleh dirinya.Shanum juga cenderung mempercepat laju motornya saat Mas Jaka agak mengebut.Namun ada beberapa hal yang dirinya herankan, yaitu jalan yang seharusnya belok ke kiri untuk mencapai jalan raya malah justru ke kanan. Dia mau kemana?!Shanum terus mengikuti laju motor Mas Jaka hingga akhirnya ia sampai ke kavling perumahan sebelah. Shanum mengira selingkuhannya pasti memiliki rumah elit di kavling tersebut, namun nyatanya masih jauh lagi dari kavling itu.Hingga sampailah Shanum melewati bagian pojok perumahan yang tadinya elit itu kini semakin kecil rumah-rumahnya.Tepat di daerah yang jalanannya masih penuh bebatuan, rusak dan dikelilingi sawah itu Shanum menepikan motornya disaat Mas Jaka juga menghentikan motornya didepan sebuah rumah. Rumah yang sederhana tanpa memiliki pagar didepannya.Rumah siapa ya itu?Shanum memicing dari kejauhan seraya berpikir banyak. Apakah mungkin itu teman satu dinasnya? Atau bagaimana?Tiba-tiba matanya membulat saat melihat seorang perempuan cantik mengenakan baju rajutnya keluar dari rumah itu dan melambai tangan. "Hai Om!" ucapnya ceria.Kenapa Shanum merasa seperti familiar dengan wajah perempuan ini?! Shanum mencoba mengingat-ingatnya.Mas Jaka segera berkata. "Ayo naik, keburu kesiangan." ucapnya."Okeh." mahasiswi itu segera menaiki jok belakang motor Mas Jaka.Kenapa Mas Jaka sampai rela mengantar perempuan itu ke kampusnya sedangkan Shanum saja yang minta diantar ke toko selalu disuruh sendiri?! Shanum seperti dinomorduakan. Siapa sebenarnya yang jadi istri disini?!Bahkan setelahnya Mas Jaka memegang tangan perempuan itu dan taruh ke pinggangnya, memintanya untuk berpegangan ke pinggangnya.Jadi sekarang dia bertingkah mesra disini?!Shanum tidak bisa menahannya lagi. Aku berteriak. "MAS!"Motor yang mendadak akan jalan langsung berhenti. Mereka berdua menoleh serentak ke belakang dan salah satu dari mereka pun terbelalak kaget ketika melihatku, tentu saja itu Mas Jaka.Shanum berlari menghampiri mereka dan terkejut saat melihat perempuan cantik itu dari jelas. Bukankah dia...mirip dengan pacar Gavin?!Astagfirulloh, jadi mereka?!Shanum langsung menampar pipi Mas Jaka. Lelaki itu terkejut, mungkin ini pertama kali dirinya melihatnya semarah ini. Aku meledak saat itu juga."APA AKU KALAH CANTIK, MAS?!""Ternyata benar kata orang, serapih-rapihnya kamu menyembunyikan mayat, pasti akan tercium juga baunya.""KAMU SELAMA INI BERSELINGKUH DIBELAKANGKU KAN MAS?!"Shanum rebut tas yang dipegang oleh perempuan itu dan pukul Mas Jaka menggunakan itu. "COWOK BERENGSEK!"Aku tidak perduli dengan semua ekspresi orang ketika melihatku, atau ramai orang di ujung sana yang menontonku layaknya sinetron. Aku terbawa emosi, aku tidak bisa menahannya lagi, aku sungguh kesal.Kenapa dia yang rambutnya sudah ditumbuhi uban kok bisa berselingkuh dengan mahasiswi?! Apalagi itu pacar anaknya sendiri!"DAN PEREMPUAN INI PACAR ANAK KAMU LOH?! KOK BISA PACAR ANAK SENDIRI DIREBUT? KAMU ITU SEBENARNYA BAPAK YANG KAYAK GIMANA SIH! HANYA KARENA ANAK INI TERLIHAT CANTIK LALU KAMU TURUT MENJADIKAN DIA MANGSA GITU?!""Denger dulu, Num. Aku bisa jelasin." ucapnya mencoba untuk menyabarkanku. Shanum menangkis tangannya. Shanum mencoba untuk memukulnya lagi. "Dengerin dulu." ucapnya seraya memegang tangannya yang tidak bisa diam ingin memukul atau mencakarnya. "DENGERIN DULU!" teriaknya tiba-tiba yang langsung membuatku terpatung dan bungkam karena rasa kagetnya. Bahkan baru kali ini dia membentak Shanum seperti itu."Semua berawal sejak desember tahun lalu dan perempuan ini adalah Ghea dan dia bukan pelakor. Aku beberapa kali udah pernah ketemu Ghea sebelumnya bersama Gavin, mereka sering mengunjungi rumah sakit tempat aku dinas. Tapi hubungan kita waktu itu enggak lebih dari sekedar seorang Bapak dan anaknya. Lalu suatu hari aku melihat Ghea nangis di rumah sakit, ya aku pun nyamperin dia. Katanya dia baru kehilangan kakeknya yang sakit, yaudah aku temenin dia, nyabarin dia dan bayarin semua tunggakan rumah sakitnya karena dia bilang, dia enggak ada uang buat bayar tunggakan pengobatannya. Ya mula
Ghea mengangkat kepalanya dan membuka kedua tangan yang mendekap wajahnya. Ia terkejut ketika melihat Jaka, pun sama dengan Jaka yang terkejut melihat kalau dia benar Ghea."Ghea ya? Kamu kenapa nangis?" tanya Jaka penasaran.Ghea masih terisak, ia segera usap kedua matanya yang dialiri deras air mata. Wajahnya tampak sendu dan sedikit berantakan, kedua matanya juga terlihat merah. Tampaknya sudah lama ia menangis seperti itu."K-kakekku meninggal...hiks.." ucapnya sambil terisak dengan air mata yang kembali mengalir, Jaka terkejut dan langsung menatapnya sendu. "Innalillahi wa inna ilaihi rajiun." ucap Jaka prihatin, segera mengusap-usap punggung gadis itu. "Kamu yang sabar ya Ge." ucapnya menenangkan. Ghea masih terus terisak dan menyeka air matanya.Tak lama kemudian. Ghea pun sudah agak mendingan dan tidak menangis lagi setelah barusan aku membiarkannya mengeluarkan semua tangisnya. Sejak saat itu pun aku terus menemaninya, dengan dilandasi rasa prihatin."K-kenapa Om bisa ada
Mas Jaka tertunduk. Gavin melihat perubahan ekspresi ayahnya itu. Ia mendadak jadi merasa cemas, Gavin seperti menyadari ada rasa bersalah terpancar dari raut wajah ayahnya itu. Gavin pun mendekati Mas Jaka dan bertanya. "Itu bener, Pah? Bener yang diucapin sama Ibu?" tanyanya. Mas Jaka mengangguk, Gavin merasa sangat tidak percaya dicampur rasa kecewa saat itu, Mas Jaka berniat menjelaskan namun Gavin mengelak tangan Mas Jaka yang coba memegangnya. "KENAPA HARUS GHEA PAH?!""KENAPA JUGA PAPA TEGA DUAIN IBU?! MEMANGNYA PAPA ENGGAK TAHU KALO SELINGKUH ITU DOSA?! PAPA SENDIRI BILANG KE GAVIN UNTUK BERBUAT BAIK SAMA PEREMPUAN! TAPI PAPA SENDIRI KHIANATIN IBU!" "Sekarang tolong kabulkan permintaan aku, Mas. Talak aku! Biar aku bisa pergi sekarang juga!" ucapnya. Ia terdiam. "Ayo, Mas talak aku!" ucapnya kembali mencecarnya. "Kenapa kamu diam aja?! Kamu kan katanya cinta sama Ghea! Cuma kamu yang bisa ngertiin dia! Cuma kamu yang dia butuhkan! Mau jadiin dia istri keduamu! Memangnya
Di rumah sakit daerah Ciawi. Shanum terduduk di kursi tunggu yang tersedia didepan ruang rawat Nenek Aisyah. Shanum bingung harus bagaimana, Shanum tidak bisa meninggalkan Nenek Aisyah begitu saja.Tapi dari pihak keluarganya sudah ada yang Shanum hubungi. Itu adalah cucu Nenek Aisyah yang namanya terpampang paling awal di kontak ponsel sang nenek.Shanum menutup kedua matanya, merasa sangat cemas dengan keadaan Nenek Aisyah. Jujur aku trauma melihat kejadian seperti tadi.Almarhum ibuku pernah pingsan seperti itu didepanku, dan besoknya ia... meninggal.Aku sangat takut.Aku memeluk diri dengan tubuh gemetar. Tiba-tiba Shanum melihat bayangan seorang pria didepannya. Aku mendongak dan terkejut saat melihat pria tampan bertopi hitam dan didepannya."Anda? Yang menelepon saya?" tanya pria jangkung dengan tubuh ideal itu. Shanum bahkan tidak berkedip saat melihatnya. Gavin masih terus melihat keluar jendela kelasnya yang tak pernah pindah dan masih terus berada disamping kirinya. Ia
Malam harinya.Ghea dan adiknya, Kayla sedang berada didepan tv. Bedanya, Ghea sedang belajar sedangkan Kayla sedang sibuk menonton tv.Kayla yang masih berusia remaja sekitar anak SMP itu berkata. "Kak, kok Om ganteng enggak kesini sih? Biasanya kan dia bawain kita martabak. Aku laper tahu kak." tanyanya.Ghea yang kebetulan sedang sensi, langsung marah saat dikatakan begitu, ia langsung menegur adiknya itu. "Kamu tuh. Enggak usah ngarep-ngarepin kayak gitu. Kamu kalau mau ya tinggal beli, enggak usah maunya minta terus." ucap Ghea terkesan ngegas. Kayla tampak kaget dengan perubahan sikap kakaknya yang biasanya bersikap baik dan lembut padanya. "Iya, maap." ucapnya.Ghea kembali melihat ke arah bukunya. Meskipun selalu terlintas pemikiran tentang perkataan Gavin tadi.Entah kenapa. Ghea merasa sangat sedih dikatakan seperti itu. Wajahnya mendadak murung seketika. Ia pun langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan frustasi.Gavin pasti tahu semuanya, tentang hubungan antara ia d
Shanum segera membalas chat dari Gavin. "Vin, kamu harus pulang. Bagaimana dengan kuliah kamu? Kamu enggak boleh ninggalin kuliah. Maafin Ibu Nak, karena tiba-tiba meninggalkan kamu. Tapi kamu harus kembali lagi ke rumah. Kamu harus lanjut sekolah tinggi, kamu enggak boleh tiba-tiba putus kayak gini." chatnya pada Gavin, sambil mengusap air matanya seraya terisak."Anda menunggu lama?" tanya seseorang yang tiba-tiba ada didepannya. Aku mendongak dan terkejut ketika melihat pria didepannya adalah...Mas Rian?"Loh anda kan?" tanya Mas Rian.Shanum segera mengusap air matanya dan menyeka ingusnya."Loh? Jadi Mas Rian pemilik kios ini?!" tanyanya tidak percaya."Iya, saya pemiliknya. Jadi yang mau menyewa kios saya itu anda?" tanyanya ikut tidak percaya.Shanum tertawa kecil saat itu, padahal habis menangis. "Oalah, iya. Ya ampun, dunia sempit banget ya? Kayak berasa didalam kotak." ucapnya. Mas Rian terkekeh.Dia mendadak melihatnya intens. "Ibu barusan menangis?" tanyanya spontan. Sh
Shanum diam-diam rindu dengan keluarganya yang dulu. Bagaimana ya keadaan anaknya sekarang? Dan.. Mas Jaka... apa dia jadi menikah dengan Ghea? Jika hal itu terjadi... Ia hanya bisa mengucapkan selamat pada mereka. Dan mengharapkan kebaikan pada hidup mereka ke depannya. Ketika sedang sedih seperti itu, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. "Ngapain?" tanyanya. Shanum terkejut saat menoleh ke belakangnya. Dia...? Tiga hari yang lalu. Setelah membuka pintunya. Gavin langsung menatap kesal satu orang didepannya saat ini. Bukan Angga, melainkan Ghea. Tepatnya ada Angga juga disebelahnya saat itu. Apakah mereka berdua sedang merencanakan sesuatu dibelakangnya?! "Ngapain lo?!" tanya Gavin yang setelahnya langsung menatap tajam ke arah Angga. "LEMES BANGET SIH LO! GUA BILANG JANGAN KASIH TAHU SIAPAPUN! APALAGI KASIH TAHU DIA!" pekik Gavin menunjuk Ghea. "Sori Vin, tapi gue..." "A-aku... maafin ak--" Belum selesai berbicara, Gavin sudah pergi masuk ke dalam rumah Angga. Ia bernia
Shanum kembali menatap Mas Jaka. "Kamu, yakin?"Mas Jaka tersenyum. "Iya Num, maaf ya selama ini sudah berbuat hal buruk sama kamu." ucap Mas Jaka. Shanum mengangguk. "Iya." Mas Jaka mendekatinya dan langsung memeluknya erat. Shanum tersenyum memaksa, dirinya langsung menyetop pelukan Jaka. "Tapi maaf... Aku gak bisa terima kamu lagi." Semua tersentak termasuk Jaka. "K-kenapa?" "Perceraian kita sudah di depan mata, dokumen juga sudah jalan. Aku tinggal meneruskan. Aku ngerti kok, ternyata kamu memang cintanya sama Ghea bukan sama aku." "Kenapa kamu bisa punya pemahaman seperti itu?" tanya Jaka. "Itu karena aku tahu... Kamu udah sangat bosan sama aku, ketika aku amati lebih jauh ternyata memang kamu lebih butuh Ghea dan bukan aku, bukan karena dia lebih menawan tapi karena dia memang yang kamu incar selama ini, dia yang memenuhi segala kekurangan yang ada di aku. Ya kan? Aku sekali udah diselingkuhin enggak bakal balik lagi. Maaf ya mas, Vin. Aku lebih memilih untuk menyerahkan ci