Seorang wanita dengan pakaian brukat dengan warna perpaduan biru muda dan biru tua duduk tampak begitu megah di aula utama paviliun Lien Hua. Dia adalah Selir Hui Yuan Shi. Xin Qian menatap wanita itu dari kejauhan dengan takjub.Di usianya yang masih paruh baya, wajahnya masih terlihat begitu cantik memikat. Perhiasan tusuk rambut berbahan emas bertahtakan batu zamrud berwarna biru safir menghias rambutnya, membuat wanita ini semakin terlihat memesona. Tidak berlebihan. Lagipula, dia hanyalah seorang selir. Mana boleh berdandan melebihi Permaisuri.Begitu melihat Xuan Yuan masuk aula, wajah Selir Hui berbinar-binar. Mereka sudah berpisah lebih dari dua musim. Medan perang sudah begitu kejam memisahkan seorang Ibu dengan putranya."Yuan'er, kamu sudah datang?" Selir Hui tidak bisa menahan diri untuk berdiri menyambut putranya."Ibunda, anak kurang berbaktimu ini datang memberi hormat," ucapnya dengan rasa bersalah.Telah lama sekali dia meninggalkan istananya ini. Ibundanya ini hanya
Selir Hui menelisik detail setiap inchi tubuh Xin Qian yang terbalut jubah hitam bermotif Qilin milik putranya. Dipandangi seperti itu, Xin Qian merasa tidak nyaman. Sayangnya, meski merasa tidak puas, dia tidak bisa berbuat apa-apa."Nona Xin Qian, maafkan aku yang sudah tua ini. Mataku sudah mulai rabun. Anda memakai pakaian pria, Selir ini sampai tidak bisa melihat," ucap Selir Hui ramah.Selir Hui masih memindai wajah Xin Qian. Sebentuk wajah cantik dengan postur yang lebih tinggi dari wanita pada umumnya."Anda tidak terlihat tua sama sekali, Selir Agung. Anda masih terlihat sangat muda, siapa yang mengira Anda adalah ibunda Dewa Perang Da Liang," balas Xin Qian memuji."Nona Xin Qian terlalu memuji. Jadi Anda bermarga Xin?""Benar. Saya bermarga Xin. Saya berasal dari Sekte Emei." Lagi-lagi dia harus menggunakan identitas Sekte Emei untuk memperkenalkan diri. Bagaimana lagi, Xin Qian bingung bagaimana cara mengungkap latar belakangnya.Orang-orang tidak akan bertanya lebih jauh
Menuju aula utama paviliun Xing He, ada danau yang begitu besar. Bunga teratai tumbuh begitu indah di danau besar itu. Xin Qian menatap takjub pemandangan ini. Istana Pangeran Ketiga semegah ini, jika di dunia modern, pria tampan ini benar-benar seorang triliuner.Tak heran ada begitu banyak wanita yang rela berbagi suami dengan para wanita lainnya di Paviliun Mei Hua. Mengingat rombongan Lin Wei dan Wang Yue, Xin Qian mendengus tak berdaya. Kenapa para wanita datang berbondong-bondong mengikuti ujian seleksi demi menjadi selir pria ini? Apakah dirinya yang terlalu idealis, ataukah dunia di zaman kuno ini yang sudah sangat gila dan tidak normal? Xin Qian sungguh tidak paham."A Yuan, kamu sangat populer di Hangzhou. Dari dua puluh calon selir tadi, bukankah Nona Lin Wei dan Wang Yue yang paling cantik?" tanyanya ketika mereka berjalan di pinggir danau.Sebagai sesama wanita saja, Xin Qian bisa dengan jelas melihat betapa dua gadis itu memiliki fisik yang sangat menonjol. Mana mungki
Otak dari penyergapan itu masih bersembunyi di dalam kegelapan. Sedikit rumit untuk mengungkap apa motifnya. "Seharusnya mereka adalah suruhan Qing Feng, Yang Mulia." Ming Ye memberi pendapat.Pandangan mata Xuan Yuan menjadi rumit. Qing Feng memang musuh mereka. Beberapa bulan mereka bertempur di Medan perang.Namun, dia tidak bisa menyimpulkan bahwa pelaku penyergapan itu adalah Qing Feng. Apakah sesederhana itu? Masih ada banyak variabel. Musuh yang terlihat nyata, tidak lebih berbahaya dibanding musuh yang bersembunyi di dalam kegelapan.Dia bahkan harus memahami trik busuk semacam ini sejak kecil. Mana mungkin akan semudah itu mengecohnya. Xuan Yuan tidak berkata apapun."Bisa jadi, bukan," tukas Xue."Lalu siapa?" tanya Ming Ye tampak berpikir."Selidiki dengan akurat! Jangan ada celah sama sekali!" titah Xuan Yuan dingin. Ada beberapa tebakan di dalam benaknya, tapi dia tidak bisa sembarangan mengatakannya jika belum ada bukti.Ada enam negara di daratan ini. Selain Negara Qi
Kedatangan Shu Ling di Aula samping ini bisa dibilang memperbaiki suasana hati Xin Qian yang buruk karena sikap Yunxi yang selalu bersikap semena-mena padanya. Xin Qian menyukai karakter Shu Ling yang tulus.Saat ini, Shu Ling sedang merias rambut Xin Qian dengan jepit rambut dari emas bertahtakan permata warna biru senada dengan hanfu berbahan brukat warna biru berkualitas tinggi yang dipakainya. "Kulit Anda sangat halus, Nona. Latar belakang Anda pasti tidak kalah dengan para calon selir itu," puji Shu Ling.Meski masih sangat muda, Shu Ling sangat terampil melayani Xin Qian. Ini pasti pelayan terbaik, karena dipilih oleh pengawal pribadi Xuan Yuan untuk melayani dirinya. Paviliun Xing He adalah milik Pangeran Ketiga, tidak mungkin mengambil pelayan secara acak tanpa kualifikasi.Xin Qian tersenyum tipis mendengar pujian Shu Ling."Umurmu berapa?" tanyanya pelan. Meski begitu terampil, Xin Qian melihat gadis ini masih dibawah umur untuk bekerja, jika di zaman modern."Shu Ling suda
Menatap wajah polos Shu Ling yang begitu bersemangat menceritakan segala sesuatu tentang Paviliun Mei Hua, Xin Qian hanya bisa mendengus pelan. "Ayo pergi!" titahnya seraya berbalik."Eh? Nona, Nona.... Kenapa harus pergi? Bukannya Nona Xin Qian ingin melihat-lihat?" tanya Shu Ling polos. Dia mengejar langkah lebar Xin Qian yang terburu-buru untuk meninggalkan Paviliun Mei Hua.Aah, gadis ini benar-benar polos, atau pura-pura bodoh?Sudah tahu para calon selir itu menganggapnya musuh, masih berani mengajaknya ke tempat mereka. Bukankah ini namanya mengajaknya masuk ke sarang serigala?Xin Qian benar-benar tidak berdaya. Lain kali dia harus mengajari pelayan kecil ini supaya kelak tidak celaka karena kepolosannya.Benar, dia menyukai karakter Shu Ling yang polos, tapi dia tidak suka dengan orang bodoh.Huh....Gadis cantik itu terus melangkah tanpa memedulikan Shu Ling yang mengejar berusaha untuk menyejajari langkah Xin Qian sambil bertanya dengan begitu bodohnya."Nona, kenapa tiba-
Xin Qian berjalan sambil menggerutu. Pelayan kecilnya ini benar-benar polos. Dalam perjalanan kembali, Shu Ling masih saja bertanya pada Xin Qian kenapa majikannya itu tidak mau menerima undangan para calon selir. Xin Qian hampir mati dibuat kesal olehnya."Nona, kenapa Anda menolak undangan Nona Lin Wei?" tanya Shu Ling sembari berusaha mengejar langkah kaki Xin Qian yang jauh di depannya.Menurut Shu Ling, bersikap sedikit sombong pada mereka tidak masalah. Para calon selir itu tidak akan berani berbuat macam-macam kepada Xin Qian, jika tidak ingin membuat masalah dengan Xuan Yuan.Xin Qian hanya mendengus gemas dengan kepolosan gadis pelayan kecil ini."Mereka minta petunjuk dari Anda, bukankah mereka meninggikan Anda, Nona?" Shu Ling masih bertanya dengan bodohnya. Xin Qian menghela napas. Sepertinya, dia harus memberi petunjuk pada Shu Ling. Pelayan kecil ini kelak akan menjadi orangnya, setidaknya Shu Ling yang akan berada di dekatnya sampai Xin Qian menerima hadiah dari Kaisa
"QianQian, aku tidak suka melihatmu bosan. Bersamaku, kamu harus merasa senang. Bisa tidak?" keluh Xuan Yuan saat mereka melangkah beriringan menyusuri jalan setapak.Pria ini benar-benar mendominasi. Bahkan dia tidak memberi kesempatan Xin Qian untuk menunjukkan rasa bosan. Sungguh menyebalkan."Jika bosan, tentu saja aku merasa tidak senang. Apa tidak boleh?" sahut Xin Qian cemberut."Kalau begitu, aku akan menghilangkan rasa bosanmu itu." Xuan Yuan berkata lembut.Xin Qian mendengus. Pria ini berkata begitu, seakan-akan sudah sangat memahami Xin Qian. Memangnya Xuan Yuan tahu apa yang disukainya?Dia sama sekali tidak tahu. Huh....Satu-satunya hal menarik hati Xin Qian saat ini adalah kembali ke zaman modern. Kendati demikian, Xin Qian tidak mengungkapkan keluhan. Dia berjalan mengikuti Xuan Yuan dengan patuh.Mereka tiba di sebuah tempat yang pepohonan di tempat itu semakin rapat. Lalu, ada sebuah bangunan yang hampir tertutupi tumbuhan. Sengaja dibiarkan seperti itu. Bangunan i