Istana Fengyi Permaisuri Lao Yin FangPutra mahkota duduk dengan malas di hadapan Permaisuri Lao Yin Fang. Hal paling menyebalkan bagi Huantian adalah melihat kebahagiaan Xuan Yuan.Sejak kecil, dia selalu merasa cemburu pada adik ketiganya yang mempunyai kecerdasan dan kemampuan di atasnya.Hari ini, di ruang sidang Istana, dia menyaksikan bagaimana Kaisar Murong Tian Yi begitu bermurah hati menganugerahkan bintang jasa dan begitu banyak hadiah untuk Xuan Yuan. Benar-benar membuatnya merasa iri.Tak banyak bicara, Huantian hanya duduk di sana dengan wajah kesal. Permaisuri mengetahui suasana hati putra mahkota yang buruk, dia berkata."Tian'er, Ibunda tahu kamu sekarang sedang merasa kesal. Apa kamu datang hanya untuk memperlihatkan wajah jelekmu itu di hadapan Ibunda?" ucap Permaisuri dengan kesal.Apa tidak bisa sehari saja, putranya itu menyimpan keluhan? Kenapa setiap hari selalu mengeluh di hadapannya? Sungguh tidak berguna!Sebagai putra mahkota bukannya tidak mempunyai reputa
Sesampai di Istana Xi Wei, tempat pertama yang dia kunjungi adalah Paviliun Lien Hua. Fu Jing menyambutnya di depan Aula utama."Harap Putra Mahkota menunggu sebentar." Fu Jing pergi melapor pada Selir Hui setelah Huantian mengangguk.Tak butuh waktu lama, pelayan pribadi Selir Hui Yuan Shi itu sudah kembali dan mempersilakan Huantian memasuki aula."Putra Mahkota, silakan masuk!" kata Fu Jing sambil memberi hormat.Selir Hui menyambutnya dengan wajah hangat. Di hadapannya, Huantian memberi hormat pada selir ayahandanya."Hormat pada Ibunda Selir Hui." "Bangunlah!" "Bunda Selir, Ananda tidak berbakti. Baru punya waktu untuk mengunjungi Ibunda Selir. Hanya ingin mengantar gingseng berumur seribu tahun, berharap Bunda Selir panjang umur." Huantian juga bukan orang yang tidak mengerti basa-basi. Sudah sejak kecil tinggal di Istana, mana mungkin dia tidak tahu."Putra Mahkota sungguh berbakti, mengirimkan hadiah untukku. Apakah Permaisuri Lao sehat?" sahut Selir Hui tersenyum lembut."I
Xuan Yuan menatap dingin ke arah kepergian Huantian. Sejak kecil mereka memang sering bertengkar. Hubungan yang tidak terlalu harmonis. Namun, mengingat bahwa keduanya adalah saudara, Xuan Yuan tidak menganggap hal ini serius.Kali ini Xuan Yuan tidak bisa menolerir sikap Huantian yang mendominasi. Bagaimana bisa dia menghina calon permaisurinya dengan sebutan mesum?Pangeran Ketiga Da Liang itu hanya mendengus menahan kesal. Untung saja Huantian segera pergi, jika tidak mungkin dia sudah tidak bisa menahan diri untuk memukuli sang Kakak Pertama. Hanya tersisa pasangan anak muda di Aula. Xin Qian hanya duduk membisu tak bersuara, sedangkan Xuan Yuan berdiri sambil melipat tangan di pelakang punggungnya dengan ekspresi kesal."A Yuan, kalian berdua sepertinya tidak akur," ujar Xin Qian memecah hening."Benar, tapi kami adalah kakak adik, di dalam hatinya, dia menyayangiku." Xuan Yuan berkata ironi. Jujur, dia juga tidak yakin dengan ucapannya sendiri.Xin Qian tertawa kecil. Bagaimana
"A Yuan, Selir Hui belum membuat keputusan. Mereka masih disimpan di sana, untuk diambil sewaktu-waktu sebagai selirmu." Situasinya tidak akan sesederhana apa yang dipikirkan Xuan Yuan.Sudah sampai di titik ini, mana mungkin Lin Wei dan Wang Yue mau mundur ke belakang. Mereka pasti akan melakukan sesuatu. Xuan Yuan mendengus.Selama ini pihak istana masih memberi toleransi padanya karena mengingat jasa dan kontribusinya yang besar bagi Da Liang. Namun, dia masih harus ingat dengan keberadaan Ibu Suri di Istana. Dia pemilik kekuasaan tertinggi di Harem, selain permaisuri. Wanita itu bisa membuat dekrit pernikahan pada Pangeran dengan siapapun yang dikehendakinya. "Aku akan menentang keinginan orang lain yang akan mengatur urusanku." Xuan Yuan meraung marah. Menikah atau tidak, itu harus sesuai dengan keinginannya. Bukan atas dasar dekrit yang dibuat oleh wanita yang tinggal di Harem atau Kaisar sekalipun.Xin Qian tidak ingin memperpanjang pembahasan. Meski dia sendiri juga merasa
Makan malam di aula utama Paviliun Xing He terlihat sedikit canggung. Xin Qian menghindari kontak mata dengan Xuan Yuan. Setiap kali dia mengingat kejadian tadi siang, degub jantungnya meledak tak terkendali. Tak jauh berbeda dengan kondisi Xuan Yuan, jika melihat bibir Xin Qian, rasa ingin mengulang ciuman tadi siang berputar dengan liar di benaknya. Pangeran tampan ini merasa sedikit tidak nyaman karena harus menahan diri. Ganjalan hati yang tidak mudah untuk diabaikan begitu saja. Namun, juga tidak bisa dilampiaskan untuk saat ini.Dia adalah seorang pria terhormat, juga harus memberikan kehormatan untuk permaisurinya. Sebelum hari pernikahan tiba, dia harus sekuat tenaga menahan diri.Suasana Aula utama menjadi hening. Shu Ling dan tiga pengawal merasakan situasi kali ini sedikit aneh. Biasanya Xin Qian selalu banyak bicara."He'em." Xuan Yuan mendeham. Diam-diam Xuan Yuan melirik gadis yang makan dengan malas di hadapannya.Xin Qian menoleh sekilas. Lalu, dia kembali menundukkan
Di zaman manapun, ibukota selalu menjadi trendsetter. Tak hanya di zaman modern, di zaman kuno pun juga sama. Tidak disangka, kebiasaan jalan-jalan malam hari sudah terjadi juga di zaman ini. Di setiap sudut, ada banyak orang berlalu lalang menikmati keramaian. Musim semi di kota Hangzhou terlihat begitu semarak. Lampion berwarna merah digantung di selasar kedai-kedai menambah keindahan malam di sepanjang jalan utama ibukota. Di pinggir-pinggir jalan, lapak-lapak para pedagang digelar menjajakan dagangan mereka. Xin Qian tertarik untuk masuk di salah satu kedai teh yang ada di sana. Tadi dia hanya makan sangat sedikit, perutnya masih terasa begitu lapar.Minum teh sambil menikmati kudapan lezat di kedai teh itu, sepertinya bukan hal buruk. "Tamu yang mulia, silakan." Seorang pelayan bergegas datang menyambut Xin Qian. "Apa yang harus kami siapkan untuk Tuan Muda?" tanyanya begitu Xin Qian duduk dengan nyaman.Gadis itu mengambil tempat duduk yang dekat dengan jendela yang mengha
Pertarungan sengit dua lawan satu antara Xin Qian dan dua pria itu sedikit tidak berimbang. Jika satu lawan satu, Xin Qian masih ada kemungkinan untuk menang. Kemampuan mereka bisa dibilang setara. Jadi, ketika harus menghadapi dua orang sekaligus, Xin Qian harus bekerja keras.Apalagi, gadis yang berdandan pria itu menghadapi dengan tangan kosong, membuat pertarungan semakin tidak berimbang. Xin Qian lebih banyak menghindar, hanya sesekali menyerang. Melesat ke sana ke mari menghindari aura membunuh yang begitu besar dari dua pria itu. Sial.Malam ini Xin Qian benar-benar bernasib sial bertemu dengan seniman bela diri seperti mereka di tempat bobrok ini.Keduanya semakin mendesak gadis itu mundur.Tidak bisa menganggap remeh, Xin Qian bahkan mengeluarkan seluruh kemampuannya. Dia mati-matian menyelamatkan nyawa yang hanya satu-satunya itu. Bagaimana mungkin mereka seenaknya akan mencabut nyawanya. Dia tidak akan pernah rela memberikannya."Kalian bahkan tidak malu mengeroyok orang y
"Xin Qian masih ada urusan. Tuan Pendekar bisa melanjutkan perjalanan kembali.""Kamu tega sekali meninggalkan penolongmu di tempat yang sepi ini?" sindir pria bertopeng tersebut membuat Xin Qian linglung."Maksud Anda?" "Apa kamu bisa memberiku tumpangan sampai di Gunung Fenghuang?" Pria bertopeng perak itu melirik Xin Qian sambil tersenyum miring. "Ah, ini ... apa kuda ini bisa dipakai berdua?" Xin Qian bertanya dengan bodoh. Dia baru saja membelinya, bagaimana jika kuda ini mati karena kelebihan beban?"Aku yang menyelamatkan nyawamu, tapi kamu masih begitu perhitungan. Melihat penolongmu kesusahan, kamu masih tidak berbaik hati. Benar-benar tidak tahu balas budi," keluhnya sambil berjalan mendekat.Xin Qian, "..."'Bukankah kamu tadi bisa terbang? Kenapa tidak melakukannya lagi? Sebenarnya kamu ingin menolong apa ingin menindasku?'"Masih berani menolakku? Apa aku harus berjalan kaki sampai di Gunung Fenghuang?" Xin Qian, "..."'Sudah tahu begitu, kenapa sampai tempat ini tidak