Share

Bertemu Kembali

Penulis: Marssky
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-23 19:07:20

“Mba! Mba kenapa?!”

Sarah yang baru keluar dari kamar mandi langsung terpekik kaget. Handuk yang tadi digenggamnya sontak ia lempar begitu saja, lalu ia berlari menghampiri Raisa yang meringis sambil memegangi kepala.

“Kepala saya tiba-tiba sakit, Sar… tolong ambilin obat di laci, ya.”

Sarah segera jongkok di samping Raisa, kedua matanya panik. “Mba, pelan-pelan dulu… duduk yang nyaman, ya.” Ia membantu Raisa bersandar pada bantal sofa sebelum beranjak menuju laci kecil dekat meja.

Sarah membuka laci itu terburu-buru, mencari botol obat sambil sesekali melirik Raisa yang masih mengusap pelipisnya. “Ketemu!” serunya. Ia kembali mendekat, mengeluarkan dua tablet, lalu menyodorkannya bersama segelas air.

“Nih, Mba. Minum dulu… kalau masih pusing nanti kita ke klinik, ya?”

Raisa menggeleng pelan, napasnya pendek-pendek. “Nggak usah ke klinik… cuma tiba-tiba aja nyut-nyutan.”

Ia menelan obat itu, kemudian memejamkan mata, mencoba menstabilkan dirinya.

Sarah duduk di sebelahnya, wajahnya ta
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sentuhan Panas Ayah Tiri   Masa Lalu Kelam

    "Kamu apa-apaan sih, Mas?! Suami? Calon suami? Sejak kapan?!" cecar Raisa dengan suara tertahan namun penuh penekanan. "Kamu sadar nggak sih, kamu baru aja bikin kekacauan di depan pelanggan aku?"Alan bukannya merasa bersalah, ia malah bersedekap dan menyandarkan punggungnya ke meja kerja Raisa dengan santai. "Aku cuma mengatakan yang sebenarnya, Sa. Daripada pria itu terus-terusan mendekatimu tanpa tahu batasan.""Namaku Nesya di sini! Berhenti panggil aku Raisa di depan orang-orang!" bentak Raisa lagi. "Dan soal suami itu... itu bohong besar, kan? Kamu cuma mau bikin skenario supaya orang-orang kasihan sama kamu dan nganggep aku ini istri yang durhaka karena amnesia?"Alan melangkah maju, memangkas jarak di antara mereka hingga Raisa terpaksa mundur sampai punggungnya membentur pintu. Alan menatapnya dalam, suaranya kini merendah, terdengar lebih serius."Aku nggak bohong soal perasaan aku," bisik Alan pelan. "Kalau kamu nggak suka aku bilang begitu ke pria tadi, itu karena aku ngg

  • Sentuhan Panas Ayah Tiri   Calon Suami?

    Sudah tiga hari ini Alan terus-terusan muncul di toko. Dia rajin sekali menceritakan potongan-potongan masa lalu mereka, tapi di kepala Raisa, semuanya masih gelap. Kalaupun ada yang terlintas, rasanya cuma seperti bayangan buram yang lewat sekilas. Raisa sudah berusaha keras untuk mengingat, tapi tetap saja buntu.Malahan, yang menghantuinya justru mimpi buruk yang itu-itu saja. Suara amarah seorang wanita dan caci maki tajam selalu terngiang setiap malam, membuat kepalanya terasa mau pecah setiap kali bangun tidur.Pagi ini, Alan kembali lagi. Bahkan sebelum toko dibuka, pria itu sudah berdiri di depan pintu. Sekarang Alan sedang menunggu di ruangan Raisa, sementara Raisa sendiri masih sibuk melayani pelanggan yang kebetulan cukup ramai hari ini.Saat sedang merapikan beberapa barang, seorang pria masuk dan menyapa.“Hai…”“Eh, hai!” Raisa tampak terkejut, tapi sedetik kemudian senyumnya merekah. “Ke mana aja? Kok baru kelihatan lagi?” tanya Raisa dengan nada yang sangat akrab.“Bar

  • Sentuhan Panas Ayah Tiri   Perlahan Ingat

    Alan langsung menoleh. Wajahnya seketika berubah gelagapan, seperti seseorang yang tertangkap basah melakukan sesuatu. Ia buru-buru memutus panggilan itu, memasukkan ponselnya kembali ke saku, lalu melangkah cepat menghampiri Raisa seolah tak ada yang terjadi.“Nggak ada apa-apa,” ujarnya sambil memasang senyum tipis yang terlalu dipaksakan.Raisa mengerutkan dahinya. Tatapannya penuh curiga. Ia jelas tak percaya begitu saja. Tadi ia mendengar dengan jelas namanya disebut. Pasti ada masalah, dan besar kemungkinan masalah itu ada hubungannya dengan dirinya. Tapi dengan ingatan yang belum pulih sepenuhnya, Raisa memilih menahan diri. Bertanya terlalu jauh justru bisa memperkeruh keadaan.Ia akhirnya hanya mengangguk pelan. “Oh… gitu. Umm… kamu masih mau di sini? Atau mau pulang?”Alan melihat jam di pergelangan tangannya. “Kayaknya aku pulang aja deh. Lagian toko kamu juga sebentar lagi tutup, kan?”Raisa ikut mengangguk. “Iya, bentar lagi tutup.”“Ya udah kalau gitu, aku pulang dulu.”

  • Sentuhan Panas Ayah Tiri   Berita Buruk

    Saat kesadarannya mulai kembali, Raisa refleks mendorong tubuh Alan agar tidak terlalu dekat. “Menjauh… jangan terlalu dekat,” ujarnya sambil menggeser duduknya menjauh.Wajah Alan seketika tampak kecewa. “Maaf…” ucapnya lirih, disertai senyum miris. “Kalau begitu… mau aku lanjutkan ceritanya atau tidak?” tanyanya, sama sekali tidak memaksa bila Raisa tidak ingin mendengarnya lagi.Mungkin lain kali ia akan mencoba lagi. jika Raisa tak mau mendengarnya lagi. apalagi kondisi Raisa sekarang sepertinya sedang kurang sehat..Raisa hanya terdiam. Tatapannya terarah pada Alan dengan intens, menyimpan rasa penasaran yang tidak bisa ia sembunyikan. Namun ada ketakutan lain yang membayangi—kepalanya sering berdenyut setiap kali ia memaksa diri untuk mengingat sesuatu.Dokter bilang lupa ingatannya tidak permanen. Tapi sampai sekarang, tidak ada satu pun kenangan yang kembali. Ia sudah mengonsumsi obat sesuai anjuran, berharap ingatannya pulih lebih cepat, tapi anehnya, semakin ia berusaha meng

  • Sentuhan Panas Ayah Tiri   Rasa Penasaran yang Kembali Menggebu

    Alan tiba di depan Toko Raisa. Tanpa ragu, ia melangkah masuk. Hal pertama yang menyambutnya adalah Raisa, berdiri di balik meja kasir, melayani pelanggan dengan senyum yang hangat dan menawan.Senyum itu... sudah lama sekali Alan tidak melihatnya. Tanpa sadar, sebuah senyum tipis ikut merekah di bibirnya. Senyum Raisa begitu indah dan murni hingga sekali lagi, Alan merasakan debaran hangat yang tak asing di dadanya.Melihat Raisa tersenyum bahagia sungguh melegakan. Itu adalah bukti bahwa selama masa menghilangnya, wanita itu baik-baik saja. Sebuah rasa syukur yang mendalam menyelimuti hati Alan.Setelah pembeli terakhir keluar, Alan melangkah pelan mendekati Raisa."Hai..." sapa Alan pelan, disertai senyum manis yang tulus.Raisa tersentak kaget. Ekspresi terkejut jelas terpancar di wajahnya melihat Alan kini berdiri tepat di hadapannya."Ke-kenapa kau di sini? Bagaimana kau tahu aku ada di sini?" tanya Raisa bertubi-tubi, nada suaranya sedikit meninggi. "Jangan-jangan... kau mengun

  • Sentuhan Panas Ayah Tiri   Kenyataan yang Sebenarnya

    Sesuai jadwalnya, hari ini Alan sudah ada janji meeting penting dengan para investor. Pagi itu, ia tampak sudah sangat rapi. Kemeja warna biru muda berpadu sempurna dengan jas hitam yang melekat di badan tegapnya, menonjolkan aura kesuksesan. Tak lupa, jam tangan bermerek yang melingkar apik di pergelangan tangannya menambah kesan elegan.Kring. Kring.Tepat sebelum keluar dari kamarnya, tiba-tiba Alan mendengar panggilan masuk di ponselnya. Ia cepat-cepat meraihnya, melihat nama Rain di layar.“Halo, gimana lo udah selesai penyidikan, dapat bukti nggak?” tanya Alan to the point, jantungnya sudah berdebar tak sabar.“Iya, ternyata besok hari setelah kecelakaan itu, ada sepasang suami istri yang datang ke rumah sakit di daerah di mana kecelakaan itu terjadi,” jawab Rain dari ujung telepon. “Mereka membawa seorang wanita yang terlibat kecelakaan. Menurut keterangan dokter yang menanganinya, wanita itu mengalami hilang ingatan karena benturan keras di kepalanya.”Deg!Jantung Alan berdet

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status