Rasa cemburu Morgan semakin menyala. Morgan ikut turun berenang. Romi sempat tidak menyangka abangnya mau ikut bergabung dengan mereka karena yang ia tau abangnya tidak suka berenang dengan siapa pun.
Zimba sudah menduga kalua Morgan akan datang. Zimba pura-pura biasa saja melanjutkan latihan berenangnya bersama Bob. Jiwa perempuan Irwan muncul saat melihat tubuh Morgan yang kekar dan seksi. Irwan menggoda Morgan yang pikiranya sedang dilanda cemburu. Bob kewalahan saat menyokong Zimba berenang membuat Zimba hampir tenggelam. Morgan yang secepat kilat langsung menolong Zimba sebenarnya tidak begitu parah hanya Morgan yang terlalu panik saja. Mereka bertiga sampai heran melihat aksi dari Morgan. Zimba melepaskan tangan Morgan melanjutkan renangnya. Zimba yang salah tingkah tidak sadarkan diri berenang ke area kolam yang dalam membuatnya tenggelam lagi. Lagi-lagi semua temanya terkejut untung saja Morgan selalu ada menolongnya. Morgan menyuruh mereka untuk tidak berenang lagi. Semua kembali ke dalam rumah karena belum masih ngantuk mereka berempat lanjut nonton film di ruang tengah. Pikiran Romi terlintas mengajak mereka jalan-jalan besok ke vila milik abangnya. Irwan dan Bob sangat senang sekali hanya Zimba yang tidak ikut senang dengan ide Romi. “Besok kuliah… kuliahhh… pikiran kalian hanya jalan-jalan saja. Kita berangkat lain hari saja asal jangan besok!” Ucap Zimba mememarahi mereka bertiga. Romi membujuk Zimba untuk sekali saja tidak masuk kuliah karena besoknya libur dua hari karena hari merah. Zimba memikir-mikir panjang teringat besok hanya mata kuliah Pak Xasel saja yang masuk akhirnya Zimba pun setuju. Romi meminta izin ke Morgan supaya diperbolehkan meminjamkan vilanya. Morgan menolak karena setiap mereka buat acara tidak pernah mengundangnya ikut. Morgan sangat kesal. Romi sudah capek membujuk abangnya. Zimba memberikan ide mengajak abangnya ikut bersama. Romi tidak yakin. Morgan di mata Romi sosok pria yang kurang pergaulan tidak suka dengan hal-hal yang ramai dan ribut tetapi Romi mencoba ide itu ternyata berhasil. Morgan menyuruh mereka berempat pergi belanja kebutuhan mulai dari pakaian, makanan dan minuman untuk dibawa ke vila. Berhubung Zimba, Bob, dan Irwan tidak membawa pakaian lebih juga. Walaupun sedang sakit Romi juga ikut belanja kali ini Bob yang menyetir mobil. Tak disangka mereka menghabiskan uang Morgan dua puluh juta hanya untuk berbelanja. Mereka sampai kewalahan membawa pulang belanjaannya. Sesampai di rumah mereka langsung istrahat supaya tidak terlambat bangun karena pukul 01.00 WIB sudah berangkat. Morgan sengaja mempercepat keberangkatan mereka supaya menyempatkan waktu untuk melihat sunrise. Sudah diduga mereka berempat masih tidur sebagai orang yang paling tua mengurus empat bocil. Morgan membangunkan mereka karena waktu sudah tidak banyak lagi. Mereka tidak mandi bahkan ganti baju. Mereka sudah menyusun barang-barang yang ingin dibawa ke dalam mobil sebelumnya jadi tinggal berangkat. Morgan menyuruh Zimba untuk duduk di depan saja. Mereka bertiga duduk di belakang yang masih saling pelukan tertidur pulas. Zimba tidak bisa tidur lagi karena harus menemani Morgan menyetir. Morgan sudah beberapa kali menyuruh Zimba untuk tidur saja tetapi Zimba yang tidak mau takut kalua Morgan ikut ngantuk. Sepanjanga perjalanan mereka berdua bercerita-cerita ditemanin alunan musik ngorok dari Romi, Irwan dan Bob. Tidak terasa waktu berjalan lima jam menempuh jarak ke vila, mereka sudah tiba di sana. Cahaya matahari sudah mulai menyapa dari ufuk timur. Zimba membangunkan mereka supaya turun dari mobil. Zimba tidak sabar pergi ke pantai segera ia mencuci muka dan gosok gigi begitu juga dengan yang lain. Morgan memberikan sepeda untuk dibawa ke pantai karena lumayan jauh jika berjalan kaki. Romi masih keadaan sakit dibonceng oleh Bob sementara mereka mengayuh sepeda masing-masing. Angin sepoi-sepoi yang menusuk kulit, kicauan burung yang berdendang menami perjalanan mereka. Canda dan tawa terlukis di wajah mereka. Deru ombak yang menyapa mereka. Sinarnya memesona membuat Zimba ingin terbang menggapainya. Mereka menyimpan kenangan itu di galerinya. Zimba ingin sekali menyentuh bibir pantai dengan kakinya. Zimba berjalan diikuti Morgan dari belakang. Morgan diam-diam memercikkan air itu ke Zimba. Mereka berdua bermain air-airan di bibir pantai. Romi yang memperhatikan mulai merasakan kejanggalan. Hari semakin cerah. Cacing di dalam perut sudah menangis untuk diberikan asupan. Mereka kembali ke Vila. Morgan membuatkan susu hangat untuk teman sarapan. Irwan dan Bob langsung nyemplung ke kolam melihat suasana vila berenang sambil memandang laut. Zimba dan Romi mandi di dalam tidak ikut berenang. Morgan membawa sarapan untuk Bob dan Irwan. Morgan juga ikut berenang. Romi mengajak Zimba ke lantai 3 rooftop vila. Pemandangan yang sangat indah. Zimba mengeluarkan ponselnya untuk bersua foto. Romi tiba-tiba memegang tangan Zimba dan memeluknya. Entah mengapa Zimba tidak peka menurutnya Romi hanya bercanda karena sudah biasa seperti itu. Zimba kembali dengan dirinya mencari angle foto yang terbaik. Romi tidak tahan lagi. Romi mengambil tindakan untuk mencium bibir Zimba. Zimba memegang bibirnya melototi Romi. Zimba benar-benar panik tidak menyangka Romi sejauh itu menyentuhnya. Zimba meninggalkan tempat itu tetapi tertahan oleh Romi. Romi mengeluarkan sifat dewasanya menarik kembali tangan Zimba lalu menciumnya kembali. Awalnya ciuman itu hanya bibir yang saling bersentuhan malah menjadi ciuman basah. Zimba melihat ke bawah mereka bertiga masih sedang berenang. Zimba dan Romi menyempatkan waktu itu untuk bercumbu di rooftop tidak sampai di situ juga adegan ahahahahha hampir mereka karena praktikkan hanya Romi menunda memasukkan pikirannya langsung melayang ketika Zimba hamil belum siap sebagai ayah. Romi hanya meremas-remas payudara Zimba sesekali mencicipinya juga. Sudah merasa sedikit puas mereka kembali turun ke bawah. Zimba langsung masuk ke dalam kamarnya begitu juga Romi pura-pura nonton agar tidak ketahuan. Zimba ketiduran karena sudah sangat kelelahan selama di perjalanan itu. Mereka juga memutuskan istrahat sebentar sebelum memulai pikniknya. Romi, Bob dan Irwan satu kamar. Zimba sendirian satu kamar. Begitu juga Morgan sendirian satu kamar. Mereka tertidur sampai sore hari karena sangat kelelahan. Bob sudah sangat kelaparan mengeluarkan semua makanan dan minuman dari mobil. Romi dan Irwan juga sudah lapar memutuskan untuk masak pop mi saja. Morgan turun dari lantai dua terbangun karena kelaparan juga. Bob menuju ke dapur untuk menyimpan minuman ke kulkas. Terlihat di atas meja tudung saji. Bob membuka sudah ada ikan dan sayur yang sudah dimasak. Bob memanggil mereka semua untuk makan itu saja. Zimba memasak semuanya sewaktu mereka tidur. Melihat surat yang ditempelkan di tudung saji. “Selamat makan. Aku izin pergi ke pasar ikan.” Tulis Zimba dalam suratnya.Zimba termenung seandainya Morgan hadir pasti akan semakin seru lagi. Sampai kapan kerinduannya itu terus tertahan. Zimba tidak sadar sudah meminum beberapa gelas sampai kepalanya sudah mulai pusing. Irwan dan Romi masih asyik berjoget. Ini kesempatan besar untuk pria gatal itu menggodanya. Zimba tidak memberontak tetapi tertelan dengan godaan pria licik itu. "Kamu lagi kesepian yah???" Kata pria itu menyodorkan minuman ke Zimba. "Kamu????? Kamu siapa????" Zimba sudah mabuk. "Aku di sini mau menolong mu." Pria itu mengajak Zimba ke tempat lain. "Kita ke mana?" "Ke tempat paling nyaman." Pria itu membawa ke tempat khusus di mana para laki-laki dan wanita sedang mabuk-mabukan dan juga bermain-main kuda-kudaan. Pintu terbuka. Kumpulan mereka sangat terpana, kali ini mangsanya berbeda sangat mulus, cantik dan montok. Zimba diletakkan di tengah para laki-laki untuk menggodanya diajak minum sampai benar-benar mabuk jika bisa sampai pingsan. Berjalannya acara salah sa
Zimba merasakan belaian itu di seluruh tubuhnya. Nafsu Zimba sangat berapi-api ia juga membalas belaian itu ke Morgan. Mereka beradu cumbu mesra. Saatnya mereka akan beradu adegan. Bunyi-bunyi itu sangat nyaring terdengar. Zimba membuka matanya ternyata semua itu hanya mimpi. Zimba sangat berharap itu semua nyata. Zimba mengelus-elus wajah Morgan lewat ponselnya untuk melepas kerinduan. Untuk memulai aktivitasnya Zimba mandi terlebih dahulu. Kebiasaan di kostnya dulu setiap hari libur selalu merapikan tempat tidurnya. Zimba sudah terbiasa walau tinggal di rumah Morgan tetap jiwa itu melekat. Pagi yang cerah sangat cocok memasak pancake. Zimba mencari semua bahan-bahan yang dibutuhkan di kulkas dan lemari. Zimba mengerjakan semua dari pada mengajak mereka berdua nanti malah menambah pekerjaan lagi. Sedikit melelehkan tetapi Zimba sangat senang dalam hal memasak. Setelah pencakenya matang Zimba melanjutkan membuat susu. Semua sudah kelar Zimba membangunkan Romi dan Irwan. Mer
Ibu Bob sangat berharap Zimba berjodoh dengan anaknya. Sampai sekarang Ibunya masih salah paham terhadap Zimba dan Bob. Ibunya berpikir mereka pacaran. “Kapan kalian berdua minta restu sama Ibu? Selagi Ibu masih hidup.”“Restu apa mama? Tanya Bob.(Ibunya melirik ke Zimba.)“Mama jangan salah paham. Kami hanya sebatas teman saja.”“Ibu sudah ada calon menantu yang lain. He he he he.” Zimba tertawa supaya tidak tegang.“Siapa?”(Bob sudah membuat gerak-gerik untuk tidak diceritakan tentang pacarnya akan tetapi Zimba tetap membahasnya.)“Bob belum mengenalinya sama Ibu?” Lanjut Zimba.“Belum. siapa nak?.”"Ada Bu. Mahasiswa kam..." Bob menyumpal mulut Zimba untuk tidak melanjutkan perkataannya."Yah sudah tidak usah dilanjut." Ibunya menghentikan mereka.Bob masih belum ingin memperkenalkan pacarnya ke orang tuanya. Bob tidak ingin memberikan kekecewaan yang menurut dia itu masih dini untuk diberitahukan. Bob ingin orang tuanya hanya memandang kefokusannya dalam proses kuliah.....Mer
“Keren bangattttt.” Irwan tidak sabar membuka kotak kadonya. “Tas Hermes???” Irwan shok.“Yang ulang tahun siapa? Yang unboxing siapa?” Ibunya menarik telinga Irwan.“Iya iya Maaf mama.”“Oh iya. Ini anak pertama tante.” Memperkenalkan ke Zimba.Mereka saling salaman. Romi tidak perlu lagi karena sudah saling kenal. Jiwa kegatalan Zimba merana melihat saudara Irwan juga tak kalah dengan kagantengannya. “Kalian pasti sudah lapar kan? Tante tadi ada masak rendang sama ayam gulai.”“Tidak perlu repot-repot Tan. Kami tidak bisa lama-lama mau pergi ke rumah teman lagi. Orang tuanya lagi datang dari kampung jadi mau silaturahmi juga ke sana. Kamu ikut enggak?” Romi mengajak Irwan.“Ikutlah. Aku sekalian ke rumah Romi lagi nginap yah Ma. Tunggu dulu aku ganti baju” Irwan masuk ke dalam kamarnya.“Kalau begitu tante bungkus saja. Biasanya kamu suka rendang masakan tante.” “Iya. Tidak apa-apa Tan.”Ibu Irwan menyiapkan ke dapur. “Bagaimana pekerjaanya bang? Lancar?” Tanya Romi ke Ari abangn
Romi masih tetap membujuk Zimba agar tidak pulang.“Sampai besok saja kamu menemani aku. Nanti sore pekerja pulang karena besok libur.” Romi mengembalikan tas Zimba ke dalam kamar.“Kamu tinggal memerintahkan mereka. Sini tas ku.” Merampas tasnya.“Aku sudah bilang. Tidak perlu merasa bersalah. Pergi bukan jalan satu-satunya melupakan masalah ini. Kamu ngerti enggak??” Romi mengeluarkan sifat dewasanya.“Kamu tidak bisa pergi selama abang ku belum datang.” Tegas Romi lagi.(Zimba menangis.)“Sudah. Kamu tidak usah menangis.” Memeluk Zimba.“Hari ini kita lupakan saja Lebih baik kita memikirkan hari esok saja.” “Tumben kamu dewasa.” Zimba memukul pelan dada Romi.“Kamu istrahat saja. Nanti malam kita pergi ke rumah Irwan sekaligus ke tempat Bob.”“Ngapain ke sana?” “Mau kasih kado buat mama Irwan. Orang tua Bob kan sudah sampai, kita juga harus menyapanya. Aku mau istrahat juga yah.” Romi kembali ke kamarnya.……Sore menjelang malam pun tiba. Romi terbangun karena pembantu menggedor
Hari ini hari yang sangat membosankan. Zimba menyuguhkan susu dan roti untuk sarapan mereka. Romi sedang berenang Zimba pun membawanya ke sana. Cuaca yang gerah Zimba ingin ikut melompat ke kolam namun Zimba sedikit trauma dengan tragedi tenggelam.Romi sudah membujuk agar ikut saja nanti akan dibantu. Zimba masih tetap tidak mau. Semakin mendengar deruan air Zimba semakin ingin beranjak. Zimba pun mengganti pakaiannya ke rumah. Zimba hanya berenang di pingir-pinggir kolam yang terdangkal karena semakin ke tengah kolam akan semakin dalam. Romi memegang tangan Zimba melatihnya berenang. Pelan-pelan Romi membawa ke area terdalam kolam. Jika Zimba yang tenang tidak memikirkan hal negatif yang dapat mencelakainya semua bisa dilalui. Zimba heran kenapa dirinya bisa. Romi membanggakan dirinya semua berkat bantuannya. Zimba lagak berani sendiri berenang ehhhh masih belum jauh dirinya hampir tenggelam. Jika Romi tidak cepat menggapai tangannya bisa saja dia nyungsep.“Jangan berlagak pinta