Share

Bab 7. Kemelut Hati Nilna

Teriakan dari luar kamar kos-kosan diabaikan Nilna. Ia bersimpuh di lantai sambil menutup kedua telinga dengan ponsel masih di genggaman tangan kanan. Air mata wanita berwajah pucat itu terus berderai. Hingga akhirnya, suara di luar yang merupakan suara pemilik kos-kosan menghilang.

Perlahan, ia merebahkan dirinya di lantai. “Apa ini yang dimaksud Bang Satria sanksi sosial? Tega sekali dia, Ya Allah.”

Nilna terus terisak sambil mendekap dada dengan kedua tangan.

“Aku lelah, ingin menyerah.”

**

Video dengan Nilna tokoh utamanya terus menyebar ke orang-orang terdekat Nilna. Mereka semua menggunjing dan mencemooh wanita itu seenaknya.

Nilna pun terpaksa bercerita kepada Anggi tentang tragedi yang dulu pernah menimpa dan kenapa bisa ada video itu. Ia tidak ingin sang sahabat ikut menyalahkan dan mengucilkannya.

“Aku ngerasa bo*doh dan kotor dalam satu waktu, Nggi. Sementara pelakunya bebas berkeliaran di luar sana,” ujar Nilna.

“Usut ke hotelnya. Di sana ada CCTV.”

“Udah dan aku nggak diizinin lihat. Sekarang, tolong bantu aku up video klarifikasiku meski itu artinya aku membuka luka lama.”

Anggi mengangguk.

Melalui semua sosial media milik Anggi, akhirnya video klarifikasi Nilna diunggah sebagai senjata untuk meredam. Berbagai pro dan kontra terus bermunculan. Ternyata, banyak yang tidak tahu video apa yang dimaksud Nilna karena yang tahu video tersebut hanya orang terdekat.

Sang penyebar video sengaja melakukan itu sebab hanya ingin memancing Nilna agar membongkar aib sendiri. Sementara Nilna dan Anggi mengira video benar-benar tersebar luas.

Beruntung Anggi juga berhasil membujuk dan meyakinkan pemilik kos yang hendak mengusir Nilna. Pemilik kos akhirnya percaya kalau Nilna korban.

“Gi*la itu orang yang sudah memfitnahmu. Kita terlalu gegabah, Na. Ternyata tidak banyak yang tahu video itu. Dan kemunculan videomu hanya membuat nitizen penasaran. Mereka jadi ingin tahu video apa yang kamu lakukan,” ujar Anggi.

“Apa? Astagfirullah. Lalu kita harus gimana?” Nilna kian kalut.

“Aku udah hapus semua video klarifikasinya. Semoga nggak ada yang nyimpen dan nggak ada yang nyebarin video panasmu itu lagi. Tapi kalau video panasmu malah tersebar, kamu harus buat video klarifikasi lagi. Ah, rumit sekali masalahmu, Na.”

“Aku takut, Nggi. Aku takut.”

“Husst. Kamu nggak sendiri. Ada aku.” Anggi merengkuh kepala Nilna yang tengah terisak-isak.

Anggi geram luar biasa kepada orang yang sudah menyebarkan video Nilna.

Karena kejadian itu, Nilna terbaring sakit hampir sebulan karena memikirkan masalah yang dialami. Kondisinya kian melemah. Fisik dan psikisnya lelah. Mentalnya benar-benar tumbang. Wanita itu berada di titik terendah dalam hidup. Ketakutan, rasa malu, dan rasa bersalah selalu menghantui.

Setiap hari, Nilna hanya menangis dan kadang menyakiti diri sendiri. Beruntung Anggi benar-benar sahabat sejati yang tidak pergi saat ia dirundung masalah seperti ini.

Nilna sudah tidak mau tahu dan tidak mau mendengar berita tentang dirinya lagi di luaran sana. Wanita itu juga tidak pernah keluar kamar. Menurutnya, mengurung diri adalah cara tepat. Semua akses ke media sosial juga ditutup rapat. Ponselnya tidak pernah dinyalakan.

“Kita ke rumah sakit, ya,” ajak Anggi yang sudah tidak tega melihat sang sahabat terbaring tidak berdaya.

“Nggak usah. Lebih baik aku ma*ti perlahan dengan cara seperti ini.”

“Ish. Kamu ini ngomong apa, hah? Menyerah sama saja mengaku kalah sama penja*hat itu. Dan aku yakin ini ulah Satria!” Anggi benar-benar marah.

“Jangan sebut nama dia lagi, Nggi. Aku nggak sanggup.”

Anggi hanya bisa mengembuskan napas panjang.

Dokter akhirnya didatangkan Anggi untuk memeriksa Nilna karena sang sahabat selalu menolak saat diajak ke rumah sakit. Beberapa obat diberikan, tetapi tidak jua membuat kondisi Nilna membaik.

Selama didera sakit, membuat tubuh Nilna kian kurus. Uang pesangon dan tabungan setidaknya masih cukup untuk menghidupi dirinya dan membayarkan uang kos-kosan Anggi. Ia tidak mau hanya menumpang hidup. Anggi tidak mengizinkan saat Nilna ingin mencari kos-kosan sendiri.

Anggi juga harus kuat mental saat menjadi tabrakan banyak orang yang bertanya tentang Nilna kepadanya; tentang video apa dan kenapa ada video klarifikasi. Ia terus menjawab sekenanya.

“Jangan terlalu peduli sama aku, Nggi. Biar aku ma*ti aja. Aku nggak kuat ngadepi semua ini. Biarin aku ma*ti,” ujar Nilna, saat Anggi merawatnya sepenuh hati. Selalu seperti itu.

“Jangan ngomong gitu. Di luar sana, kasus ini sudah agak reda. Aku mau membantumu mengusut siapa orang ja*hat itu.”

“Dulu aku memang ingin mengusut, tapi tidak. Bang Satria pasti tidak tinggal diam karena mungkin benar katamu kalau dia yang nyebarin. Aku punya kuasa apa lawan dia, Nggi? Lebih baik aku mengalah. Allah tidak tidur. Diam tidak berarti kalah. Tapi agar semua ini tidak melebar ke mana-mana. Aku capek.”

“Iya, tapi kapan pun kamu mau, semua ini bisa diusut ke pihak berwajib. Masalah itu untuk dihadapi, bukan dihindari. Berusaha dulu mendapatkan keadilan. Pasti nanti ada jalan. Semua orang juga tahu kalau kamu korban.”

“Enggak, Nggi. Itu sama saja aku makin membuka aib, mengorek luka lama.”

“Ya tapi biar pelakunya ketangkep.”

Semua usul Anggi hanya ditanggapi Nilna dengan menggeleng. Nilna benar-benar lelah. Setidaknya, sebulan hidup tanpa tahu dunia luar sudah sedikit membuatnya tenang.

**

Pada suatu malam, kondisi Nilna benar-benar drop. Beberapa hari ini, ia sering pusing dan mual. Obat pereda asam lambung sudah dikonsumsi, tetapi tidak berpengaruh apa-apa.

Keesokan harinya, Nilna terpaksa keluar kos-kosan untuk membeli testpack setelah Anggi berangkat kerja. Ia mengenakan masker agar tidak terlalu dikenali orang. Begitu dicek, hasilnya ....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sendyol Sendyol
bagus terbaik good novel
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status