Ujung bibir Glenn menyungging sedikit ke atas melihat Rebecca bersemu merah. Pria itu tampak senang Rebecca tidak melontarkan penolakan, baik itu secara lisan maupun gestur tubuh.Hal itu menarik kesempatan bagi tangan Glenn untuk menyentuh sesuka hati. Satu tangannya merayap turun melintasi bahu–merosot lembut di sepanjang lengan yang membuat bulu-bulu Rebecca bergidik akibat rabaan tangan panas Glenn.Sementara itu di wajah Rebecca, bibir Glenn sudah bergeser dari sudut bibir Rebecca. Dia mengecup-ngecup sisi wajah Rebecca seolah terlebih dahulu menikmati menu pembuka sebelum beralih ke menu utama.Rebecca dibuat bingung oleh Glenn yang mengganggu dengan sengaja. Sejak Glenn meminta izin, Rebecca terkesiap di dalam hati mengenai pria itu. Glenn selalu bertindak sesuka hati terhadap Rebecca. Glenn yang meminta izin dinilai Rebecca sebagai sikap impulsif Glenn yang sangat mustahil ditunjukkan.Rebecca sudah berniat ingin mendorong Glenn, pun pikirannya sudah menemukan alasan terbaik u
Perkataan itu digantung begitu saja oleh Glenn yang memilih keluar dari kamar tidur pengantin di vila itu. Pria itu memutuskan untuk menggunakan kamar lainnya yang tersedia dengan membawa serta koper miliknya yang tadi ditendang oleh Rebecca.Glenn bertelanjang lalu mengguyur sekujur tubuh di bawah kedinginan air dari shower yang menyala, menjernihkan pikirannya yang kusut dari perkataan Rebecca yang memukul keras kesadarannya.Glenn juga merasa bingung. Dia tidak mengerti pada dirinya sendiri yang selalu saja tidak bisa mengontrol perasaan. Ada senyar aneh yang menghasut jiwa setiap kali berhadapan dengan Rebecca, sehingga Glenn sering bertindak impulsif yang menurunkan harga diri.Mungkin memang benar, keberadaan Rebecca mulai mempengaruhi kehidupan Glenn.“Fokuslah pada tujuanmu, Glenn,” gumamnya yang mensugesti diri sendiri.Kegiatan mandi berakhir saat Glenn merengkuh kesegaran baru pada tubuhnya. Dengan dibalut dengan handuk putih Glenn beranjak dari kamar mandi. Kopernya yang m
Mata Glenn memicing tajam pada Rebecca yang bergerak-gerak di balik gorden, rasa penasarannya semakin meningkat pada Rebecca yang tidak bersuara.“Rebecca! Apa yang kau lakukan di sana?” Glenn mengulangi pertanyaan sembari meraih gorden di mana Rebecca bersembunyi.“Berhenti!”Seketika tangan Glenn membeku atas suara Rebecca yang menghardik tegas, padahal kelima jemarinya telah berhasil meremas gorden yang ingin ditarik. Namun, Glenn mengabaikan ucapan Rebecca.Apalagi ketika Rebecca merampas balik bagian gorden yang Glenn remas, pria itu semakin ingin tahu apa yang Rebecca lakukan di sana. Glenn berakhir meraih kembali gorden itu tanpa memedulikan Rebecca.Glenn tercengang, matanya sudah melebar sementara mulutnya yang terbuka kecil tidak bisa berkata-kata atas apa yang dilihat oleh mata. Di hadapannya, Rebecca sedang mendengkus kesal menatapnya sembari menyilangkan kedua tangan–tepat di dadanya.Tetapi bukan itu yang membuat Glenn tidak bisa berkata-kata. Melainkan kemeja putih mil
Sebuah yatch telah berlayar membawa Glenn dan Rebecca hampir ke tengah lautan. Kapten yang mengemudikan akhirnya menurunkan jangkarnya di sana ketika tiba di titik yang telah ditentukan.Kondisi tubuh yang fit membuat Rebecca tidak membuang kesempatan untuk menikmati keindahan bawah laut. Dia segera mengganti pakaian menyelam. Lalu dengan ditemani oleh instruktur, Rebecca terkagum-kagum melihat keindahan laut.Sungguh, itu adalah pertama kali Rebecca bisa menikmati keindahan dan kemewahan sepanjang hidupnya. Wanita itu sudah pernah melakukan diving maupun snorkeling bersama Jolie ketika melakukan liburan singkat. Hanya saja Rebecca belum pernah melakukan hal seintens itu sampai memuaskan hati.Namun, ada sesuatu yang mengganggu pikiran di balik kebahagiaan itu.Setelah mengganti pakaian, Rebecca memilih duduk di deck kapal sembari beristirahat. Matanya tidak terlepas dari Glenn yang masih memacu adrenalin dengan mengendarai jet ski.Sejak kembali dari membeli pakaian, Glenn menunjukka
Tas yang berada di atas ranjang tidur menjadi fokus utama Rebecca yang agak tertatih keluar dari kamar mandi. Dia segera merogoh ke dalam tas, mengeluarkan handphone yang dicar-cari lalu kemudian Rebecca pergunakan untuk menghubungi dokter kandungan yang waktu itu didatangi.Suara Rebecca sedikit gemetaran ketika mengadukan semua rasa sakit yang masih mendera. Dan di dalam ketegangan itu Rebecca berusaha untuk tidak panik demi tidak salah menyampaikan informasi kondisinya saat itu.Dokter kandungan itu meminta Rebecca untuk segera datang ke rumah sakit. Wanita cantik itu pun menyetujui dan tidak menunda-nunda untuk bergegas pergi.Saat Rebecca keluar kamar, matanya langsung tertuju pada pintu kamar Glenn yang tertutup rapat. Batinnya dirasuki kebingungan yang menahannya sejenak di sana, antara ingin memanggil Glenn untuk meminta bantuan mengantarnya ke rumah sakit atau mengabaikan seperti yang sudah terjadi.Hah, sudahlah! Daripada nanti hatinya tersakiti, lebih baik Rebecca tidak per
Langkah pertama yang Glenn lakukan adalah mengecek rekaman CCTV di sekitaran penthouse. Glenn juga meminta bantuan dari pihak keamanan gedung untuk melakukan hal yang sama.Dari hasil yang terlihat di tablet PC miliknya menyatakan jika Rebecca tidak menggunakan kendaraan yang terparkir di garasi. Pihak keamanan yang melihat kepergian Rebecca telah mengadukan mengenai Rebecca yang pergi menaiki taksi.Ada yang menarik perhatian Glenn ketika melihat rekaman CCTV beserta cerita dari pihak keamanan yang mengadu sebelumnya. Jiwa pria yang memakai kaos putih bercelana joger hitam itu diserang rasa penasaran pada Rebecca yang terlihat kesakitan memegang perutnya.Lamunan Glenn teralihkan oleh kedatangan pelayan yang melaporkan berita mengenai Rebecca sudah ditemukan. Bahwa pihak keamanan yang menelepon melaporkan keberadaan Rebecca baru saja tiba di teras depan gedung dari penthouse itu.Glenn bergegas untuk pergi tanpa peduli pada penampilannya. Laporan yang menyebutkan mengenai Rebecca ber
Dua minggu telah berlalu dari pertengkaran dingin itu. Selama itu juga hubungan Glenn dan Rebecca merenggang. Mereka saling menyibukkan diri masing-masing sesuai isi perjanjian yang telah disepakati, yaitu tidak ikut campur dalam kehidupan pribadi masing-masing.Intensitas pertemuan bisa dihitung jari walau mereka tinggal satu atap. Sebab, mereka saling menghindari satu sama lain. Glenn mempercepat waktu berangkat bekerja dan kembali selarut mungkin, sementara melakukan sebaliknya. Sehingga tidak ada komunikasi terjalin di kediaman mewah itu.Seperti pagi itu, Rebecca menikmati sarapan pagi seorang diri di meja makan. Pasca melewati masa bed rest, Rebecca kembali mengisi hari-harinya sebagai dokter gizi di klinik Gina maupun dokter gizi pribadi Emilia.Perutnya sudah terisi oleh menu sarapan yang memanjakan lidah. Rebecca segera bergegas beranjak dari meja makan itu dengan membawa serta barang-barang miliknya.Tujuannya pagi itu adalah kediaman Emilia. Sepanjang perjalanan yang dikemu
Keraguan begitu hebat menyerang jiwa Rebecca ketika ingin masuk ke dalam apartemen Elvis. Bahkan, Rebecca sigap mencengkram pergelangan tangan Elvis yang sudah memegang handle pintu di depan mata.“Kau takut?” Elvis berbisik penuh perhatian.“Aku ... aku–”Rebecca yang tergagap-gagap terhenti oleh kedua tangan Elvis yang meraup wajahnya. Rebecca terkesiap dengan mata melebar pada Elvis yang mengulas senyuman lembut.“Jangan takut! Aku akan menemanimu,” ucap Elvis menghibur sembari mengelus sayang pipi Rebecca.“Terima kasih, tapi kau tidak perlu sampai seperti ini.” Rebecca langsung memalingkan wajah setelah berhasil menepis kedua tangan Elvis.Dia memang sudah memaafkan Elvis, tapi bukan berarti Elvis bisa bebas menyentuhnya. Bagaimanapun Rebecca merasa perlu memberi batas tegas pada Elvis nantinya.Tangan Elvis yang kembali memegang handle pintu membuat Rebecca waspada. Rebecca cemas hatinya akan terluka jika nantinya bertatap muka dengan Nelson. Dan hal itu benar-benar terjadi keti