Satu bulan telah berlalu dari malam menyakitkan yang Rowena lalui. Telinganya masih saja terngiang-ngiang mengenai Elvis yang mengigau nama Rebecca. Hati yang tersayat sakit begitu sulit menghilangkan tingkah laku kejam Elvis setiap kali dia menyetubuhi Rowena dalam keadaan mabuk. Rowena pun tidak bertindak tegas. Dia mengenyampingkan harga diri karena telah dibutakan cinta terhadap Elvis. Seluruh jiwa dan raganya telah disserahkan seutuhnya pada Elvis meski dia tahu di dalam hati suaminya itu masih terdapat sosok saudara tirinya itu. Bagi Rowena semua itu bukan salah Elvis. Melainkan Rebecca yang merebut Elvis dari dirinya. Sehingga lewat usahanya untuk menjadi istri sempuruna, Rowena berusaha untuk menyingkirkan sosok saudari tiri yang paling dibenci itu. Sayangnya, usahanya masih belum membuahkan hasil. Elvis masih saja bersikap dingin dalam pernikahan yang berlandas formalitas itu. Sikapnya selalu saja sama setiap kali terbangun sehabis menjamah tubuh Rowena. Elvis selalu mengh
“Kecelakaan?” ucap Glenn tersontak kaget mengulangi kabar buruk dari Eric yang menghubungi via telepon.Wajah tampannya yang menegang menyita perhatian ayahnya yang duduk di hadapannya saat melakukan makan siang bersama di sebuah restoran. Dibandingkan menunjukkan kepeduliannya pada Eric yang selalu loyalitas melayani dirinya, saat itu Glenn lebih menunjukkan kekesalan atas kabar buruk yang diterima.Batinnya telah merutuki diri yang menyesal tidak membawa serta Eric dalam schedule makan siang bersama ayahnya yang menjabat sebagai presiden direktur di Medico Hospital.“Cepat selesaikan masalah kecelakaan itu. Setengah jam lagi aku ada rapat dengan klien penting. Kita langsung bertemu di tempat meeting saja dan kau tidak usah menjemputku,” titah Glenn tak terbantahkan yang langsung memutuskan sambungan telepon secara sepihak.Handphone yang tidak sampai dua menit menempel di sisi kiri telah diletakkan kasar ke atas meja. Makanan yang sudah setengah dinikmati pun tidak lagi menarik nafs
Rebecca mempercepat langkah kaki ketika keluar dari mobilnya. Dia begitu tergesa-gesa menghampiri Jolie, takut Jolie akan marah dikarenakan sudah cukup lama menunggu kedatangannya di restoran itu.Rebecca pun tidak mengabari Jolie mengenai kecelakaan kecil yang menghambat kedatangannya itu. Dia merasa tidak enak hati pada Jolie yang selalu dibuat cemas olehnya.Selain tidak enak hati, Rebecca mengenal sifat Jolie yang mudah sekali panik. Jika sudah panik, pasti Jolie akan berujung pada sifat-sifatnya yang berlebihan. Dan Rebecca tidak mau sampai Jolie terkena serangan panik, hanya karena dirinya.Situasi tak terduga didapati Rebecca setibanya di dalam restoran. Di tengah langkah yang melambat dan napas agak terengah-engah, Rebecca memicing tajam pada Jolie yang tersenyum ramah sembari melambaikan tangan ke arahnya. Lebih tepatnya Rebecca memicing tajam pada beberapa piring yang diangkut oleh seorang pelayan.Hah! Sungguh menyesal Rebecca terburu-buru untuk tiba di sana. Sementara Joli
Matahari yang sudah meninggi menjadi alasan terbesar Rebecca terburu-buru berbenah diri. Dia bangun kesiangan akibat bisikan yang merasukinya untuk berlama-lama di ranjang tidur.Kenyamanan ranjang tidurnya benar-benar menenangkan tubuhnya yang lemas tak bertenaga. Selain itu rasa pusing yang kembali menyerang kepala ikut membuai Rebecca. Alhasil, wajah pucatnya ditutupi oleh make up tipis seadanya dan melewatkan sarapan paginya.Beruntungnya kesialan di pagi yang kesiangan itu tidak bertubi-tubi menghampiri Rebecca. Dia cukup mudah menemukan taksi dikarenakan mobilnya masih dalam perbaikan. Tetapi Rebecca tidak bisa menghindari situasi lalu lintas cukup merayap pada jam orang-orang keluar beraktifitas.“Jangan sampai aku terlambat lagi,” gumamnya bernada kesal ketika keluar dari taksi yang dinaiki. Perhatian Rebecca teralihkan oleh notifikasi telepon masuk dari nomor yang tidak terdaftar maupun dikenali. Wanita cantik berpenampilan modis itu mengabaikan telepon masuk itu. Dia memili
Berisiknya suara pintu ruangannya yang terbuka memantik api kekesalan di jiwa Glenn. Dia yang sedang fokus pada pekerjaannya telah menunjukkan wajah marah begitu mengerikan–siap menghardik si pelaku keributan.Kilatan mata yang memerah marah tiba-tiba meredup saat melihat si pelaku keributan datang menghampiri dia. Glenn terkesiap, sebab si pelaku keributan lebih berkuasa atas dia. Pun merupakan seseorang yang setengah mati Glenn hindari beberapa waktu belakangan itu.“Seperti ini attitude wakil presiden direktur menyambut kedatangan komisaris utama?” sindir Emilia Romanov–neneknya Glenn yang menusukkan tatapan tajam kepada Glenn.Glenn menelan saliva di dalam keheningan mulutnya. Dia memahami tujuan kedatangan Emilia yang sangat bersinggungan atas perbuatannya. Sudah pasti hal itu tidak memiliki keterkaitan dengan pekerjaan. Dugaannya sudah kencang menjurus pada keputusannya yang selalu menghindari Emilia sejak sebulan lebih lamanya.“Ada urusan apa Granny datang ke ruanganku?” tanya
“Siapa dia?” bisik Emilia yang penasaran pada Glenn ketika Rebecca diminta untuk menunggu di ruangan tunggu.Glenn menarik pandangannya dari menatap kepergian Rebecca bersama Eric. Batinnya berdecak kesal mendapati Emilia tersenyum manis menantikan jawabannya.“Hanya tamu biasa,” jelasnya singkat.“Benarkah?” seru singkat Emilia tak mempercayai. “Tadi aku sempat bertanya padanya, dia mengatakan kedatangannya ke sini bukan untuk pekerjaan–”“Dia menabrak mobilku yang dibawa oleh Eric beberapa hari lalu.” Terpaksa Glenn menceritakan sedikit fakta tujuan kedatangan Rebecca.Tetapi pernyataan itu membuat Emilia tertawa dan bersemangat untuk menggoda Glenn. “Kenapa bukan Eric saja yang mengurusnya? Kenapa harus kau yang menghubunginya dan memintanya untuk datang ke sini? Kenapa juga kau menahannya untuk menemuimu? Apa karena aku yang masih ada di ruanganmu dan kau tidak ingin aku bertemu dengan wanitamu?”“Dia bukan wanitaku!” Glenn menggeram kesal mendengar ucapan konyol sang nenek.Dan s
Sore itu Rowena begitu malas untuk pulang ke rumah. Dia muak pada kesunyian yang menyambutnya setiap kali kembali ke rumah Elvis–yang menjadi tempat tinggal baru setelah menikah.Tetapi Rowena tidak bisa menemukan tujuan untuk menenangkan pikirannya setelah seharian bekerja. Dia tidak memiliki sosok sahabat yang bisa menghibur diri. Dia juga malas pulang ke rumah orangtuanya karena akan mendapatkan kebosanan yang menjenuhkan diri.Alhasil Rowena tetap mengendarai mobilnya menuju ke tempat tinggal barunya. Dan setibanya di sana jiwa Rowena dihampiri oleh keterkejutan. Untuk pertama kalinya sejak dia berstatuskan istri Elvis Dalton, Rowena melihat mobil suaminya terparkir rapi di halaman depan rumah mewah itu.Rowena terburu-buru memarkirkan mobilnya, pun bergegas masuk ke dalam rumah untuk memeriksa fakta keberadaan dari pemilik mobil itu.“Kau sudah pulang?”Rowena mematung kaku, sementara matanya sudah berkaca-kaca melihat sosok pria yang menyambutnya dari meja makan–tak jauh dari po
“Dokter Elvis Dalton menunda kedatangannya?” Glenn memastikan lagi ucapan Eric yang baru saja mengisi telinganya. Bahkan tablet PC di genggaman tangan telah Glenn letakkan ke atas meja kerja dikarenakan berita sedikit tidak menyenangkan itu.“Beliau akan tiba besok pagi karena kondisi istrinya yang sedang hamil. Kabar ini saya terima langsung dari presiden direktur,” jelas Eric yang mendatangkan dengkusan kesal dari Glenn.“Lalu karena istrinya sedang hamil jadi dia bisa seenaknya mengundur-undur kedatangannya?” Glenn meninggikan suaranya akibat kesal. Dia paling tidak suka pada setiap orang yang tidak bertanggung jawab pada pekerjaan. “Sangat mengherankan! Kenapa dokter tidak profesional seperti itu malah yang dipilih?!” lanjutnya mencibir kesal.Ingin sekali Glenn menentang keputusan Abraham perihal kerjasama yang sudah dia batalkan. Menurut Glenn alasan Abraham terlalu klise karena di luar sana masih banyak dokter bedah yang lebih unggul dan bisa bertanggung jawab pada pekerjaan.S