Share

Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal
Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal
Author: Valencia

Bab 1

Author: Valencia
"Ini peringatan terakhir, setelah keluar nanti jaga mulutmu baik-baik. Semua yang terjadi selama tiga tahun terakhir, kubur dalam-dalam! Mengerti? Jangan pikir karena kamu putri kandung dari Kediaman Adipati Agung, akan ada yang membelamu!"

"Dulu tidak ada, ke depannya juga tidak akan ada."

Wajah Nayara tampak kosong. Dia hanya mengangguk patuh, tak berani membantah sepatah kata pun ucapan pengurus.

Bersandar pada dinding, dia perlahan melangkah keluar dari barak militer.

Dulu dia penari lincah yang terkenal karena tarian Burung Aruna miliknya, yang membuat seluruh Kota Jayagiri terpukau. Sekarang lututnya nyaris hancur karena terlalu sering dipaksa berlutut.

Tanpa ramuan, sekalipun menguasai pengobatan, dia tetap tak berdaya.

Nayara tiba di luar tenda.

Dia mendengar seseorang memanggil namanya. Nayara mengangkat kepala dengan takut-takut.

Yang pertama Nayara lihat adalah seekor kuda perang pemberian istana, dan di atasnya duduk seorang pemuda bangsawan, Rayendra Senandika, Sri Adipati Cakra muda.

Dia juga dikenal sebagai Senopati Dewa Perang yang termasyhur.

Tubuhnya tegap, bahunya lebar, punggungnya ramping, wajahnya rupawan, dan pembawaannya tetap semulia dulu.

"Kamu akhirnya datang," ucap Nayara dengan suara bergetar, matanya memerah.

Dialah tunangannya yang telah dia cintai selama tiga tahun. Orang yang secara pribadi mengirimnya ke barak militer sebagai pekerja kasar.

Yang menyuruh orang-orang untuk mengajarinya cara menjadi patuh.

Begitu menatap mata dingin dan tak berperasaannya, tubuh Nayara gemetar tanpa bisa dikendalikan.

"Aku bisa membawamu pulang... tapi sekarang, apa kamu sudah sadar akan kesalahanmu?" Rayendra menatapnya dari atas kuda, matanya tajam dan penuh tekanan. Seolah sedang menilai seorang tahanan.

"Kalau saja dulu kamu tidak meracuni Kirana lewat kue itu, dia tidak akan mengidap penyakit keras. Sekarang dia harus minum ramuan setiap hari. Kamu cuma menderita tiga tahun sebagai hukuman, tapi tubuh Kirana tak akan pernah sembuh lagi. Seumur hidupmu, kamu berutang padanya!"

Nayara diam, Rayendra langsung membentak, "Jawab! Kamu sudah sadar atau belum?"

Nada suaranya begitu tajam, membuat jantung Nayara bergetar hebat.

Dia buru-buru berlutut. "Aku sadar... Aku tidak akan berani lagi."

Kesalahannya adalah mencintai mereka, memberikan hatinya sepenuhnya kepada orang yang tak layak.

Saat pertama kali dikirim ke barak militer, dia masih sempat berharap.

Tunangannya tidak mungkin sekejam itu. Sejak bertunangan, Rayendra selalu melindunginya, bahkan rela mengorbankan nyawa demi keselamatannya.

Dia juga percaya orang tuanya di Kediaman Adipati Agung pasti akan menjemputnya.

Karena dia tidak bersalah.

Namun, waktu terus berlalu. Yang datang bukan pertolongan, melainkan penyiksaan yang brutal dari para prajurit.

Dia seorang bangsawan, bukan wanita penghibur.

Mereka tidak berani menyentuhnya, tetapi justru berusaha menyiksanya dengan berbagai cara.

Kadang, dia dipukuli sampai berdarah dengan cambuk khusus untuk mendidik wanita.

Kadang, dia dilucuti pakaiannya dan dilempar ke lumpur.

Mereka semua menunggu dia menyerah.

Menunggu dia membuka mulut, menukar tubuhnya demi sesuap makanan dan sedikit kedamaian.

Namun, dia tidak mau.

Akibatnya, penyiksaan mereka makin menjadi-jadi.

Dia akhirnya belajar patuh.

Dan kehilangan seluruh keberanian untuk melawan.

"Nayara, kamu sedang bermain sandiwara apa sekarang?" Rayendra mengernyit.

Baru tiga tahun dihukum, bisa jadi selemah ini?

Wajah yang dulu bersinar kini pucat pasi, tubuhnya kurus kering.

Pinggangnya begitu kecil, seolah bisa patah hanya dengan satu sentuhan.

Ingin pura-pura dikasihani?

Dia tak akan percaya!

Sejak tiga tahun lalu, dia sudah memerintahkan bawahannya untuk memperhatikan Nayara secara khusus.

Mana mungkin dia sampai menderita?

Rayendra memalingkan pandangan, turun dari kuda, lalu mengulurkan tangan untuk membantunya. "Naik ke kereta."

Namun, Nayara malah ketakutan. Dia memeluk kepalanya, pandangan matanya kosong, terus mengiba. "Jangan... jangan sentuh aku..."

"Cukup! Masih saja berpura-pura menyedihkan?"

Rayendra menatap dingin. "Kamu sedang mencoba membuatku merasa bersalah, ya?"

Nayara akhirnya sadar. Dia terkekeh dengan suara parau, menertawakan dirinya sendiri.

Di hadapan Rayendra, bahkan di hadapan orang tuanya, dia tidak pernah punya hak untuk merasa terluka.

Kalau mereka benar-benar merasa bersalah, tidak mungkin menunggunya sampai hari ini untuk menjemputnya pulang.

Tiga belas tahun lalu, saat orang tuanya menemukannya dan membawanya kembali ke Kediaman Adipati Agung, dia baru tahu dirinya adalah putri kaya yang tertukar.

Selama lima tahun sebelumnya, dia hidup dalam penderitaan, dibesarkan oleh orang tua angkat berhati busuk.

Dia pikir, setelah kembali ke keluarga sebenarnya, dia akan mendapatkan cinta dan kasih sayang.

Akan tetapi ternyata, ayah, ibu, dan saudara-saudaranya malah acuh tak acuh.

Setiap kali Kirana merasa sedih atau kecewa, mereka berlomba-lomba menenangkan dan memanjakannya.

Seolah Kirana adalah putri kandung mereka.

Perlahan-lahan, Nayara dijauhkan.

Dia terus-menerus diperingatkan bahwa sebagai kakak tertua, harus lebih dewasa dan mengalah pada adiknya.

Jangan rebutan. Jangan iri. Jangan menuntut perhatian.

Demi bisa menjadi bagian dari keluarga yang telah lama dia rindukan, Nayara menuruti semuanya, mengalah dalam segala hal demi Kirana.

Tiga tahun lalu, dia bahkan membuat sendiri kue untuk menyenangkan Kirana.

Namun, Kirana malah muntah darah dan disebut terkena racun.

Orang tuanya murka. Mereka percaya Nayara yang pernah hidup di luar selama lima tahun, sudah rusak dari akarnya.

Nayara tidak layak menjadi anak mereka.

Dengan hasutan Kirana, mereka memutuskan untuk mengusir Nayara, dan tidak pernah mengizinkannya kembali ke Kota Jayagiri.

Saudara-saudara yang dulu sangat menyayanginya berkata, "Kirana memang menikmati kemewahanmu selama lebih dari sepuluh tahun, tapi dia tidak bersalah. Bagaimana bisa kamu bersaing dengan cara sekejam itu?"

"Kami tidak punya adik sejahat kamu!"

Tak peduli Nayara bagaimana pun membela diri, tidak ada satu pun yang percaya.

Bahkan sekali pun.

Selama Kirana menangis, semua kesalahan pasti ditimpakan padanya.

Pada akhirnya, orang yang berdiri menghalangi Nayara untuk diusir keluar Kota Jayagiri adalah Rayendra.

Namun yang dia lakukan bukan menyelamatkan, melainkan diam-diam mengirim Nayara ke barak militer sebagai pekerja kasar. Dia yakin, setelah cukup menderita, Nayara akan berubah menjadi patuh.

Angin berdebu meniup rambut panjang Nayara yang berantakan, membuka wajahnya yang kini kurus hingga tak bisa dikenali.

Rayendra mengernyit, tak suka melihatnya. "Bangun. Kita pulang ke kediaman dulu."

Nayara menurut, tetapi baru setengah berdiri, kakinya lemas dan tubuhnya terjatuh lagi ke tanah.

Rayendra menoleh cepat, sorot matanya tajam.

"Kalau tidak mau pulang, kembali saja ke barak militer!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 100

    Dia sama sekali tidak memberi muka pada Arsaka, membuat pria itu merasa sangat dipermalukan.Dulu, Nayara selalu menuruti semua ucapannya.Namun kini, di depan orang lain, dia berani membalas dengan kata-kata tajam. Wajah Arsaka pun menggelap beberapa derajat.Karena ada Sagara, dia enggan membuat keributan dengan Nayara.Akhirnya, dengan gaya sok berwibawa sebagai kakak, dia berkata pada Nayara, "Nayara, Kakak hanya bertanya biasa saja, kenapa kamu harus menjawab dengan nada seperti itu? Makin dewasa justru makin tidak tahu sopan santun."Dia sedang menyalahkan Nayara karena tidak menghargainya.Nayara mendengus pelan dan sinis. "Tuan Muda Arsaka begitu lapang dada rupanya. Tapi apakah Tuan Muda Rayendra tahu bahwa Anda memperalat dia?"Yang dimaksud Nayara adalah soal Arsaka yang diam-diam membunuh para prajurit itu. Insiden yang membuat dia dan Rayendra harus berlutut di depan istana dan menerima teguran keras dari Kaisar.Wajah Arsaka berubah. Sorot matanya dipenuhi amarah. "Nayara

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 99

    Yang diteriakkan Sagara bukan Tuan Muda Rayendra, melainkan langsung nama Rayendra. Jelas bahwa dia benar-benar marah.Para pengawal tadi tidak bisa mendekat karena kerumunan, tetapi setelah Sagara turun dari jembatan, mereka segera menyusul ke sana.Mendengar nada marah dalam suara Sagara, para pengawal pun langsung mengepung Rayendra.Rayendra menyapu mereka dengan pandangan datar, lalu mengejek dengan tawa dingin, "Cuma beberapa anak buah rendahan, tak sepadan untuk kupedulikan."Sikap merendahkannya yang terang-terangan itu membuat wajah Sagara berubah. "Hebat atau tidak, kita buktikan saja."Siapa pun yang bisa menjadi pengawal pribadi Sagara tentu bukan orang sembarangan.Meski Rayendra dikenal tangguh, melawan lima orang sekaligus pun dia tetap akan kerepotan.Hari ini, Sagara ingin menunjukkan apa akibatnya bila berani mencari gara-gara dengannya.Melihat bara di antara keduanya hampir meledak, Nayara jadi panik dan bingung harus berbuat apa.Bukan Rayendra yang dia khawatirkan

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 98

    Mungkin karena keraguan di mata Nayara terlalu jelas, tatapan Sagara padanya menjadi makin dingin.Namun, kali ini, dia tidak melontarkan sindiran seperti biasanya. Dia hanya memalingkan wajah dengan raut yang sedikit muram, tak lagi menatapnya.Namun, kedua tangannya mengepal erat.Sagara benar-benar marah, matanya menatap tajam ke satu titik tanpa berkata sepatah kata pun.Nayara justru bertanya mengapa dia menyelamatkannya?Apakah dia benar-benar lupa, atau hanya pura-pura tidak ingat?Saat usia sepuluh tahun, Sagara jatuh ke sungai karena kelalaiannya sendiri, dan Nayara yang menariknya keluar.Mata gadis kecil itu bersinar cerah, tatapannya penuh tawa saat memandangnya.Dia berkata, "Bagaimana bisa kamu berjalan lalu jatuh ke air? Kalau bukan aku yang menarikmu, kamu pasti sudah tenggelam."Waktu itu, wajah Nayara selalu dihiasi senyum lembut, matanya memantulkan cahaya seperti langit malam penuh bintang.Dia menatap Sagara yang terlihat masih terpaku ketakutan. Lalu menyelipkan s

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 97

    Nayara sama sekali tidak menyangka, hanya karena ingin melihat lampion, dia bisa terdorong jatuh ke sungai.Meski namanya sudah tercemar, dia tidak ingin menambah noda lagi dalam reputasinya yang sudah buruk.Terlebih, di hadapan begitu banyak orang, di tengah sorotan semua mata.Kalau dia sampai jatuh ke sungai, sudah pasti dia akan kembali jadi bahan omongan orang-orang.Dalam kepanikan, dia mengulurkan tangan, berusaha meraih apa pun untuk menghentikan tubuhnya agar tidak terjatuh.Tiba-tiba, tubuhnya yang sedang melayang ke bawah, berhenti.Pergelangan tangannya dicekal erat oleh seseorang. Saat menoleh ke atas, dia melihat Sagara sedang menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Pegang tanganku."Nayara tak menyangka, Sagara muncul di saat paling genting dan menyelamatkan nyawanya.Wajahnya pucat pasi, dan mata yang menatap Nayara tampak tegang.Karena terlalu keras mencengkeram, urat di keningnya menonjol dan matanya memerah.Dia berusaha menarik Nayara naik, tapi sudah bebe

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 96

    Kirana ketakutan hingga meneteskan air mata, sementara Nyonya Nadindra memeluknya erat, menenangkan dengan suara lembut, memanggilnya anak manis berulang kali.Melihat Nayara masih bersikeras, Nyonya Nadindra pun memasang wajah dingin dan menegurnya, "Itu hanya sebuah lampion, kenapa harus membuat adikmu menangis?"Ketiga kakak laki-laki mereka pun berpihak pada Kirana, dan mencela Nayara karena dianggap tidak tahu sopan santun.Akhirnya, Nayara dihukum menghadap tembok untuk merenung, sementara Kirana yang sedang sakit malah dikelilingi dan dimanja oleh semua orang.Semua perhatian tertuju pada Kirana, tak seorang pun peduli pada Nayara kecil yang hanya bisa memeluk lampion kelinci rusaknya dan menangis semalaman.Peristiwa itu mungkin hanyalah kisah lucu di mata Arsaka, tetapi bagi Nayara, itu adalah kenangan yang menyakitkan.Butuh waktu sangat lama baginya untuk benar-benar melupakan kejadian itu.Tak disangka, luka lama yang telah sembuh itu kini kembali dikoyak oleh Arsaka tanpa

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 95

    Andai Nayara tahu kalau sekadar jalan-jalan bisa membawa begitu banyak masalah, dia pasti tidak akan datang.Karena satu kalimat dari Rayendra, dia kembali merasa seperti dibakar di atas api.Tiga pasang mata tertuju padanya.Terutama tatapan Kirana yang penuh kesal dan keluhan, membuat Nayara merasa sangat tidak nyaman.Alih-alih menyalahkan biang keladinya, Kirana malah datang menemuinya.Bahkan sorot mata Arsaka pun menjadi dingin. Padahal sejak tadi dia berusaha keras menenangkan suasana di antara mereka.Namun, hanya dengan satu kalimat Rayendra, hubungan yang sempat mencair itu kembali membeku.Arsaka menarik napas dalam dan tersenyum tipis. "Rayendra, kamu salah ingat. Bukan Nayara yang suka lampion kelinci, tapi Kirana."Kirana mengangguk pelan, seolah memberi dukungan. Dengan suara lembut, dia berkata, "Kak Rayendra, aku yang suka lampion kelinci… Jangan buat Kak Nayara malu, ya."Namun, Rayendra seolah tidak mendengar. Tatapannya tetap keras mengarah pada Nayara. "Nayara, kat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status