Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 24 : Ke mana?"Mas, ayo sarapan dulu, Endang udah bikin nasi goreng seafood kesukaan Mas." Aku menghampiri Mas Bilal yang sudah rapi dengan setelan jas berwarna hitamnya.Dia tak menjawab, malah melewatiku lalu meraih tas kerjanya dan kemudian keluar dari kamar. Aku mengekor di belakangnya, tapi pria brewokan itu malah melangkah menuju garasi dan membuka pintunya."Mas, ayo sarapan dulu!" Aku menarik tangannya yang hendak masuk ke dalam mobil.Dia menatapku tajam, lalu melepaskan cengkraman tanganku pada lengannya."Mas!" panggilku saat dia masuk ke dalam mobilnya.Mas Bilal tak menghiraukan panggilanku apalagi ajakanku untuk sarapan. Ini kali pertama dia pergi ke kantor tanpa sarapan begitu, apa dia sangat marah karena ulahku tadi malam? Mata ini jadi memanas, buliran bening mulai berjatuhan.Dengan menghembuskan napas panjang, kusapu dengan cepat air mata ini lalu menutup pintu garasi dan melangkah menuju ruang makan. Aku duduk seorang diri dengan
Siapa yang Menghamili MuridkuBab 25 : Ulah Juragan YahyaDia menghapus air matanya, lalu menggantikanku untuk menggendong sang bayi. Wajah letihnya terlihat menyedihkan, dia masih muda sebenarnya tapi terlihat lebih tua karena segala permasalahan pahit ini, ditambah lagi permasalahan ekonomi."Ya Allah, udah hampir mau maghrib begini, tapi belum Diyya kembali juga," rutuk Suryati dengan tampang makin gusar.Aku iba sekali melihat Sang bayi yang terus menangis dan menolak susu formula yang kami berikan. Aduh, gimana ini? Aku sudah habis akal.Ketika jam sudah menunjukkan pukul 19.45, terdengar suara mobil dari depan rumah dan Suryati langsung berlari ke arah pintu. Sedangkan aku masih menggendong bayinya yang tertidur karena keletihan menangis.Sandiyya muncul dari depan pintu dengan melangkah terseok-seok. Ia berjalan sambil memegangi bagian bawah perutnya. Suryati langsung memapah ibu muda itu ke kamar, sedangkan aku baru saja duduk dengan memangku si bayi yang sedang tertidur di ku
Siapa yang Menghamili MuridkuBab 26 : Hasil Test DNAMata tak bisa terpejam malam ini, dengan pikiran yang berkecamuk dan bimbang, tentu saja aku tak bisa tertidur. Aku terus memikirkan Mas Bilal, takut terjadi hal buruk kepadanya, apalagi nomor ponselnya tak aktif.Mas brewok, maafin kalau aku salah dan tindakanku telah melukai hatimu. Aku hanya istri yang tak sempurna, yang belum bisa memberimu keturunan sehingga pikiran buruk tak dapat kukendalikan dari kepala ini.Air mata terus saja berjatuhan tanpa henti, hingga azan subuh berkumandang. Bergegas aku bangkit lalu mencuci wajah dan berwudhu. Kutumpahkan segala keluh dan kesah kepada Ilahi serta berdoa agar tak terjadi hal buruk apa pun kepada suamiku.Saat pagi tiba, aku bergegas berkemas. Sebelum menyusul Mas Bilal ke Mesnya, aku harus melaporkan kasus Sandiyya ke KPAI. Semoga saja semuanya lancar, juragan gila istri itu bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya. Kasihan kalo Diyya terus tersiksa oleh pria busuk yang di otaknya
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 27 : MaafMalam ini, aku menunggu kepulangan Mas Bilal dengan tak sabar. Aku harus kembali meminta maaf kepadanya karena sudah menuduhnya yang macam-macam."Mas, maafkan Endang, ya." Aku langsung menggandeng tangannya masuk saat membukakannya pintu.Dia mengerutkan dahi menatapku."Kenapa kamu, Dek?" Dia mengerutkan dahi saat duduk di sofa ruang tamu dan membuka sepatunya."Maafkan Endang, Mas." Aku menggigit bibir, air mata tak dapat kutahan untuk tak berjatuhan."Kenapa kamu? Lagi kumat?!" Dia menautkan alis tebalnya dengan tatapan yang semakin seram.Aku menahan senyum, hingga akhirnya tersenyum sambil menangis."Kenapa sih kamu, Dek?" Mas Bilal terlihat bingung.Aku langsung menyerahkan hasil test DNA itu ke tangannya dan ia segera membukanya kemudian membacanya."Ohhh .... " Dia hanya tersenyum sinis."Maafkan Endang sudah su'udzon selama ini, Endang sudah berdosa sama Mas." Aku menggenggam tangan kekar itu."Hmmm .... " Dia hanya berdehem lalu
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 28 : Benih Si Bandot"Assalammualaikum," ucap seseorang dari arah pintu.Sepertinya itu suara Sandiyya. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 13.15, ia pasti sudah pulang dari Sekolah Paket B.Segera kuhampiri gadis berponi yang sudah berstatus Ibu itu."Waalaikumsalam," jawabku berdiri menyambutnya di depan pintu. "Udah pulang?" sambungku lagi."Iya, Bu Endang," jawabnya sambil mencium punggung tanganku. "Oh iya, Dio mana, Bu?""Dio tidur," ucapku sambil membimbingnya masuk ke dalam."Rewel gak, Bu?" tanyanya lagi."Nggak kok, anteng banget kok dia." Aku tersenyum senang."Syukur deh, Diyya udah galau ... takutnya Dio rewel dan ngerepotin Ibu." Diyya duduk di sofa ruang tengah, raut wajahnya terlihat tak enak hati "Nggak kok, Nak. Sering-sering aja nitipin Dio ke sini! Ibu senang bisa main sepuasnya sama dia." Aku melebarkan senyum, aku memang senang bisa bersama bayi mungil itu yang belum bisa kumiliki seperti para ibu lainnya.Sandiyya tersenyum
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 29 : Bertemu EgiSesampainya di rumah, aku masih memikirkan masalah Sandiyya. Disatu sisi aku senang karena akan mempunyai timangan lagi, tapi di satu sisi aku kasihan pada gadis belia yang telah mengandung untuk kedua kalinya.Tak bisa kupungkiri, ada sedikit iri juga pada kuasa Ilahi. Aku yang begitu mendamba dikarunia buah hati, tapi tak kunjung terkabul hingga saat ini. Sedangkan Sandiyya, bocah ingusan korban tipisnya akhlak itu begitu mudah sekali mendapatkan nikmat kesempurnaan wanita. Aku menggigit bibir menahan tangis. Tak semestinya aku iri pada gadis malang itu, bagiku kehamilan itu adalah anugrah. Tapi, bagi Sandiyya itu adalah musibah."Dek .... " Tiba-tiba saja Mas Bilal sudah berada di depan wajahku.Ah, sejak kapan ia ada di sini? Kenapa aku tidak menyadarinya? Kuusap wajah dengan manahan sesak di dada."Kenapa, Dek?" Pria berkumis tebal itu menatapku tajam."Tidak apa-apa, Mas," jawabku sambil beranjak menuju kamar mandi.Keesokan ha
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 30 : Penyelidikan (1)Setelah mengantar Sandiyya pulang, segera kupacu mobil menuju restoran di mana Bang Egi, Abangku satu-satunya telah menunggu. Kami sudah lama tidak bertemu.[Meja nomor 12, buruan!]Itu chat dari Bang Egi, dan aku segera menuju meja yang ia maksud. Aku langsung tersenyum melihat hidangan yang ia pesan, semuanya makanan favoritku karena kami memang menyukai makanan yang sama.Aku langsung duduk dan mulai menikmati hidangan."Lama banget, hampir saja Abang habisin semuanya," ujarnya.Aku hanya terkekeh."Yang tadi itu temanmu? Kok kayaknya masih muda banget," tanyanya."Namanya Sandiyya, Bang. Dia muridku yang dikeluarkan dari sekolah karena hamil. Kasihan dia," ujarku pada Bang Egi saat ia menanyakan tentang gadis yang kuakui sebagai teman itu."Oh .... " Bang Egi terlihat bimbang, raut tenangnya berubah."Dia takut sama pria brewokan," sambungku.Bang Egi langsung memegangi jambang tebalnya dan menyipitkan mata melirikku."Soaln
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 31 : Penyelidikan (2)Hari terus berlalu, pertemuan dengan Febiola kutunda dahulu sebab keadaan Sandiyya akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan. Ia mengalami masa ngidam yang lumayan parah, ditambah juga ia masih menyusui Nandio. Tubuhnya semakin kurus, apalagi ia selalu memuntahkan makanan yang masuk ke perutnya. Aku jadi bingung memikirkan ini semua.Pagi ini, aku langsung tancap gas menuju rumah Sandiyya kala Suryati mengabarkan muridku itu jatuh pingsan di kamarnya. Hati ini jadi bimbang setengah mati.Ternyata sudah dua hari ini Sandiyya tidak mau makan, badannya lemas dan harus diopname. Sementara Suryati mengurusi Diyya di rumah sakit, Nandio kuajak ke rumah.Bayi mungil yang baru belajar merangkak itu seolah mengerti keadaan ibunya, ia tak rewel saat kuajak pulang ke rumah. Tanpa kusadari entah sudah berapa lama aku terlelap di depan televisi, dan Nandio sudah tak ada di sampingku."Nandio! Kamu di mana, Nak?" teriakku bingung sambil melihat