Tiga perempuan beda usia itu kembali ke rumah Eline. Mereka terlebih dahulu singgah di supermarket membeli bahan-bahan yang akan mereka masak. Ketiganya asyik dalam keseruan masak memasak jelang sore itu. Sedang asyik-asyiknya Lisa ditelepon Sri Astuti, mamanya. Lisa pindah ke ruang tengah. Saat Lisa masih sibuk menerima telepon mamanya, Eline tergelitik ingin membahas tentang Jayadi dan Lisa dengan Bu Sudarmaji."Kenapa nggak disegerakan saja Tante?" Eline memancing pembicaraan mereka."Apanya yang disegerakan?" "Ya itu Tante. Perjodohan Jayadi dan Lisa. Tante kan inginkan mereka dijodohkan?""Iya, tapi aku tuh lagi atur siasat.""Siasat gimana maksudnya, Tante?""Pokoknya Jayadi ini bikin aku pusing." "Pusing bagaimana, ah Tante malah aku ikut pusing dengarnya," kata Eline sambil mengiris sayur-sayur yang akan dimasaknya."Sebenarnya kalau Lisa itu sudah mau kok. Setidaknya bertunangan dulu. Nah aku sudah bicarakan hal itu dengan Sri Astuti mamanya Lisa. Kata Sri Astuti, Lisa udah
Setelah ngobrol ngalor-ngidul tentang berbagai hal ketiga perempuan beda usia itu berencana pergi shoping. Mereka ingin menikmati dan memuaskan naluri hedon mereka. "Kita perginya pakai mobil Lisa saja," kata Bu Sudarmaji."Terus Pak Kosim gimana Tante? Di suruh menunggu di sini?""Dia saya suruh pulang dulu. Nanti baru jemput ke sini lagi.""Oke deh."Saat sudah di teras rumah Eline, Bu Sudarmaji memanggil Pak Kosim yang sedang duduk merokok di sebuah bangku taman. "Pak Kosim!" Bu Sudarmaji melambaikan tangannya."Ya, Bu." Pak Kosim bergegas menghampiri Bu Sudarmaji."Sekarang Pak Kosim pulang dulu. Kami mau pergi dengan mobil Lisa saja. Nanti jemput lagi saya di sini. Bisa jadi malam hari. Tunggu kabar dari saya.""Baik, Bu."Saat mereka hendak berangkat, dari arah paviliun yang terletak agak ke belakang muncul Tini dan Suaminya."Mereka tinggal di belakang ya. Ternyata ada paviliun di belakang sebelah kanan ya." Bu Sudarmaji sengaja melihat ke samping kanan rumah."Iya Tante. Mer
"Hai kamu dimana, Eline?""Lagi di rumah, ayo main ke sini, Tante.""Oke, aku ke sana ya satu jam lagi. Kirim mapnya ya. Soalnya aku kan belum pernah ke rumahmu yang sekarang.""Oke, Tante."Selesai mandi, Bu Sudarmaji berdandan dan berpakaian. Ia mengenakan celana dan baju semi kebaya.Pak Sudarmaji jadi bertanya-tanya," Ayo mau ketemu siapa lagi nih?" "Ih, Papa mau tahu saja urusan orang." Bu Sudarmaji terkekeh sambil terus sibuk di depan cermin besar di kamarnya. Pak Sudarmaji lagi sibuk dengan handphone. Sesekali dia tertawa karena ada berita atau tontonan yang lucu."Eh, gimana kabar Lisa?""Oh ya, katanya bulan depan dia ke Amerika menyelesaikan studinya. Lisa ajak aku ke Amerika Pa. Gimana kita pergi yuk, sekalian liburan.""Gimana ya. Coba kita pikirkan dulu." "Kalau Papa nggak ikut, aku saja. Ingin jalan-jalan ke sana lagi.""Ya, boleh-boleh saja."Setelah rampung berdandan dan berpakaian Bu Sudarmaji pamit pada suaminya." Aku mau ke rumah Eline, Pa.""Oh, Eline. Gimana ka
"Ada apa Wika?" Natasya bertanya pada Wika setelah keluar ruangan Jayadi."Bu Lena tadi bilang, kasihan lihat kamu masih bersih-bersih sementara ada orang lain di ruangan itu.""Oo, emang siapa sih tamu Si Bos tadi Wik? Anggun dan cantik sekali orangnya.""Aku belum kenal sih, tapi kata Bu Lena, kolega bisnis Pak Jayadi.""Masih muda ya.""Ya dong, Nat, mana mungkin sudah tua." Wika tertawa."Nanti kata Bu Lena kalau tamunya sudah pergi, kamu boleh masuk lagi.""Iya deh." Wika dan Natasya melangkah masuk lift dan turun ke lantai tiga kembali. Sampai dilantai tiga, Wika masuk ke ruangannya. "Aku mau lanjutin kerjaan ya, uuh pusing banyak yang harus diselesaikan," kata Wika sambil menggeleng-gelengkan kepala berekspresi."Iya deh, Wika." Natasya kembali duduk pada kursi di sebelah gudang. Pekerjaannya hari ini hanya tinggal di ruangan Jayadi. Lantai dua dan tiga telah dibersihkannya tadi pagi. Ia duduk termenung memikirkan gadis cantik tamu Jayadi. Ada rasa cemburu terselip di hati Nat
Jelang siang itu tiba-tiba Marina menelpon Jayadi."Hai Pak Jayadi, bisa kita bertemu siang ini?""Hai Marina, bisa, bisa, kamu lagi dimana?" "Saya lagi habis makan siang.""Oke, saya lagi di kantor. Saya tunggu di kantor ya.""Oke.""Sudah tahu alamat kantor kami kan.""Sudah kok, sudah pernah lihat dan ditunjukkan Papa waktu itu. Udah dekat kok.""Oke, kutunggu ya." Jayadi menutup telepon. Ia kemudian memencet bel ke ruangan Lena. Lena bergegas ke ruangan Jayadi. Ia duduk menunggu di hadapan Jayadi."Bilang Pak Martono atau siapa yang piket di depan, kalau ada perempuan bernama Marina suruh bawa ke sini. Nanti kamu standby menemani Saya bicara dengannya.""Baik, Pak. Emm, kalau boleh tahu, Marina itu siapa, Pak?" Lena penasaran karena baru kali ini ada nama Marina relasi si bos."Dia itu putrinya Om Matias, sahabat seperjuangan papa dulu. Sekarang Om Matias itu nampaknya mulai mempersiapkan Marina sebagai penerusnya.""Oo." Lena manggut-manggut mendengar penjelasan Jayadi."Nah, ke
Kedua orang sahabat lama itu menikmati makan siang penuh semangat dan keceriaan. Jayadi dan Marina ikut merasakan keceriaan mereka. Sesekali Jayadi dan Marina ikut tertawa. "Ada proyek baru yang bisa kita kerjakan bersama.""Bagus dong." Sudarmaji menanggapi Matias. "Ini sekalian pilot projek untuk ibu direktur muda ini." Matias menunjuk Marina. "Dia yang akan coba terjun langsung menangani kerjaan yang satu ini, Bos." "Oo, bagus dong, sekalian latihan." Sudarmaji memandang Marina dan tersenyum."Nah, nanti disain konstruksinya mohon dibantu sama timnya Bos Muda ini," kata Matias sambil menunjuk Jayadi. "Terus sekalian jadi mentor pimpinan proyek tenaga baru amatir ini." Marina hanya tersenyum dibilang amatir sama Matias."Bagus, bagus. Kamu bantu tuh kolega baru kita, Marina Nur Matias yang anggun, cantik jelita," kata Sudarmaji sambil terkekeh. "Siap, Pa. Om. Saya akan bantu." Nampaknya Om Matias memang sedang mempersiapkan putrinya ini jadi penerus bisnisnya, pikir Jayadi."Ma