Share

Bab 13

"Iya, Mas, makanya dia mau tinggal di sini bareng kita," sahut Mbak Iren.

"Kurang ajar sekali si Romi ini, seenaknya saja ia menduakan adikku satu-satunya. Dulu saja dia begitu memperjuangkan Amira, tetapi setelah didapatkan. Adikku malah disia-siakan," sungut Mas Raka.

Ia benar-benar Marah, saat mendengar aku disia-siakan Mas Romi. Siapa juga orangnya yang tidak akan geram, jika mendengar salah satu keluarganya disakiti. Baik itu disakiti secara lahir, maupun batin.

"Ya sudah, lebih baik sekarang kita makan dulu! Nanti kita lanjutkan lagi, membicarakan hal ini, setelah kita makan." Bapak memberi saran, supaya tidak membicarakan hal yang membuat emosi, saat akan makan.

"Benar, Nak, kita makan dulu saja ya," timpal Ibu.

Kami pun akhirnya makan dengan tenang, tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami. Padahal pikiranku saat ini sedang traveling ke mana-mana.

Seusai makan, aku dan Mbak Iren membereskan piring kotor, kemudian mencucinya bersama perabot kotor lainnya.

"Amira, k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status