Share

Bab XV

Author: Sann dyy
last update Last Updated: 2025-11-12 19:30:51

Kiki berjalan mondar-mandir di kamarnya, langkahnya tak berirama—seperti pikirannya yang berantakan. Ia menggigit kuku hingga terasa perih di ujung jarinya. Rasa gelisah itu makin menyesakkan dada. Bagaimana bisa ia kecolongan seperti ini? Dan sejak kapan Dania bersekongkol dengan Tara tanpa sepengetahuannya?

Kring!

Suara ponsel di sakunya memecahkan lamunan. Kiki buru-buru mengeluarkannya dan menatap layar.

Tante Ratih.

Nama itu saja sudah cukup membuat napasnya terasa berat. Ia tak perlu menebak, sudah tahu arah pembicaraan yang akan terjadi. Dengan kesal, ia melempar ponsel itu ke sofa. Layar ponsel terus menyala, bergetar di atas kain, sebelum akhirnya panggilan itu mati begitu saja—meninggalkan hening yang justru semakin menekan batinnya.

Kiki melangkah keluar kamar dengan langkah gontai, berniat membuat minuman hangat untuk menenangkan pikirannya yang kusut. Rumah tampak remang, sebagian be

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sisi Gelap Sang Penguasa   Bab XLVIII

    Suara sendok dan garpu mulai terdengar beradu, mengiringi aroma sedap seafood bakar yang memenuhi ruangan. Di meja tersaji ikan bakar, udang jumbo, kepiting alaska, dan capcai hangat.Ryan tanpa banyak bicara langsung bergerak memotong ikan, memisahkan durinya dengan teliti, lalu menaruh daging putihnya ke piring Dania. Setelah itu, ia mengupaskan udang besar satu per satu dan menambahkannya ke piring sang istri.Gerakan itu tidak luput dari perhatian Wulan. Ia menyenggol kaki Nathan di bawah meja, memberi kode untuk melihat sikap Ryan.Nathan menoleh… dan tertegun sejenak.Ia sangat ingat—bahkan terlalu ingat—bahwa Ryan dulu tidak pernah melakukan ini untuk Anna. Pernah sekali Anna meminta Ryan mengupaskan udang saat liburan di Bali, dan Ryan menolak mentah-mentah. “Aku nggak pandai,” katanya waktu itu.Tapi lihatlah sekarang. Dania bahkan tidak meminta. Dan Ryan melakukannya tanpa ragu.“Ryan, cukup,&rd

  • Sisi Gelap Sang Penguasa   Bab XLVII

    Tok tokKetukan itu membuat Dania refleks membuka mata. Tubuhnya berat, ototnya seperti masih tersisa getaran dari badai yang ia dan Ryan ciptakan berjam-jam sebelumnya. Ia ingin bangkit, tapi terhenti saat merasakan lengan Ryan melingkari pinggangnya, mengikatnya erat—seolah menolak kenyataan bahwa waktu tidak berhenti hanya untuk mereka.Perlahan ia menurunkan tangan Ryan dari pinggangnya. Begitu tubuhnya terlepas, hawa dingin kamar seakan menggigit kulitnya.“Ah, shit…” gumamnya ketika baru sadar tidak ada apa pun yang menempel di tubuh. Hanya sisa-sisa kemesraan yang masih berjejak di kulitnya.Ia buru-buru mengambil pakaian yang berserakan di lantai: blus yang terbalik, rok yang kusut, dan cardigan yang entah bagaimana bisa berada di ujung ranjang. Ia memakainya asal—pokoknya tertutup dulu.Tok tok.Ketukan kedua membuatnya mempercepat langkah menuju pintu.Asisten rumah tangga itu menunduk

  • Sisi Gelap Sang Penguasa   Bab XLVI

    Di kantor Walikota.Ryan bersandar dalam-dalam pada sofa panjang di ruang pribadinya. Kepala tertekuk ke belakang, jemarinya menutupi wajah yang sudah sangat letih. Ia baru saja selesai rapat dengan dinas perhubungan kota. Rapat barusan terasa seperti pertarungan tanpa ujung. Semakin dibahas, semakin jelas aroma kecurangan proyek itu—tapi ia tidak bisa gegabah. Semua harus dibongkar dengan bukti.Napasnya berhembus berat.“Tara…” panggilnya pelan, nyaris seperti desahan.Pintu langsung terbuka. Tara muncul dengan bahu tegak, selalu siap kapan pun ia dipanggil. “Iya, Pak,” suaranya rendah namun sigap.Ryan menurunkan tangannya, menatap Tara dengan mata lelah namun tajam. “Apa pendapat kamu soal rapat tadi?”Tara sempat ragu. Ia bukan tipe bawahan yang suka sok tahu apalagi menyampaikan opini tanpa diminta. Tapi tatapan Ryan seolah berkata bicara saja.“Saya rasa proyek pen

  • Sisi Gelap Sang Penguasa   Bab XLV

    Ratih menegakkan punggung, mencoba mempertahankan dominasi. “Kita sedang membahas beberapa keputusan penting dan—”“Oh,” Dania menyela halus, matanya melirik layar presentasi. “Keputusan penting… yang menyangkut kepemilikan klinik ini?”Beberapa staff langsung menunduk menahan senyum.Tasya meneguk ludah, sementara Ratih mengepalkan tangan di bawah meja.Dania melanjutkan, masih tenang — lebih menakutkan daripada teriakan mana pun.“Bagus sekali. Aku suka ketika semua berjalan transparan.” Ia menyandarkan tubuh ke kursi, tangan terlipat anggun. “Jadi aku ingin mendengar semuanya langsung dari kamu, Bu Ratih. Mulai dari awal… sampai bagian ancaman pemecatan.”Ruangan menjadi semakin sunyi. Udara serasa menahan napas.Ratih kehilangan kata.Dan di saat itu pula semua staff menyadari satu hal: Dania bukan perempuan yang diam dan bisa did

  • Sisi Gelap Sang Penguasa   Bab XLIV

    Sinar mentari pagi menyelinap perlahan melalui celah tirai, menari di udara sebelum akhirnya jatuh tepat pada wajah Dania. Kelopak matanya sempat bergetar, namun belaian lembut di wajahnya membuatnya enggan kembali sepenuhnya ke dunia nyata. Sentuhan itu begitu hati-hati… seolah seseorang sedang menikmati keberadaannya.Dania membuka mata pelan—dan langsung menemukan Ryan duduk di sebelahnya, wajahnya dekat sekali, jarinya membingkai bibir Dania seolah itu hal paling berharga yang pernah disentuhnya.“Ryan…” panggil Dania lirih, lebih seperti hembusan napas daripada suara.Ryan tersenyum—senyum hangat yang jarang ia lihat sebelumnya. Ia menunduk, mengecup kening Dania dengan penuh kelembutan. “Pagi, Sayang.”Sapaan itu membuat hati Dania bergetar aneh—bahagia sekaligus takut merasa terlalu nyaman.“Pagi,” balasnya pelan. Ia mencoba bangkit duduk, namun Ryan mendahuluinya, memegang

  • Sisi Gelap Sang Penguasa   Bab XLIII [21+]

    Ryan tiba-tiba menarik pinggang Dania, seperti tak ingin memberi kesempatan bagi keraguan untuk menyelinap lagi di antara mereka. Jarak yang semula aman kini hilang tanpa jejak. Tatapannya penuh kekaguman—penuh rasa yang menumpuk dan tidak pernah ia ucapkan dengan jelas sebelumnya.Ia mendekat… sangat dekat sampai napas mereka saling menyentuh.Setitik ragu muncul di mata Dania, namun tidak ada penolakan. Tidak ada langkah mundur.Ryan menangkap isyarat itu. Dengan perlahan tapi pasti, ia menempelkan bibirnya pada bibir Dania. Sentuhan lembut itu hanya berlangsung sebentar… sebelum akhirnya ia memperdalam ciumannya—mencurahkan seluruh gejolak yang selama ini ia tahan.Bibir Ryan bergerak lebih menuntut. Tangan yang satu tetap di pinggang Dania, sementara yang lain naik ke tengkuknya, menarik sang istri lebih dekat lagi hingga tak ada ruang tersisa.Dania membuka mata sekejap—masih diselimuti amarah yang belum tuntas&

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status