Skandal Cinta Hot Duda

Skandal Cinta Hot Duda

Oleh:  Blueberry Marble  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
14Bab
942Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Peter, duda beranak satu baru saja pindah ke sebelah rumah Tricia, di sebuah pedesaan yang cukup jauh dari tengah kota. Meninggalkan bisnis keluarganya. Peter harus menjauh untuk menjaga putri kecilnya dari Livy, wanita yang pernah mengkhianatinya. Ia pun berjanji tidak akan jatuh cinta lagi. Namun, semua berubah ketika ia mengenal Tricia. Peter tidak menyangka jika Tricia mampu membangkitkan kembali geloranya sebagai laki laki. Di saat itu, Livy kembali memaksa hadir dalam kehidupan Peter. Dengan latar belakang percintaan yang sama sama pernah merasa dikhianati, Peter memberanikan diri untuk mendekati dan membuka dirinya kembali untuk memberikan ibu kepada putrinya.

Lihat lebih banyak
Skandal Cinta Hot Duda Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
14 Bab
Gara-Gara Hujan
Peluh keluar dari pori pori kulit dua orang berlawanan jenis yang sedang sibuk di atas ranjang. Mereka tidak peduli dengan apa pun saat ini. Mereka membiarkan tubuh mereka bergerak mengikuti naluri, mencapai kepuasan yang mungkin saja tidak akan bisa terulang kembali esok hari.Tricia berusaha mengimbangi permainan Peter. Ia mengatur napas dengan susah payah. Ia sama sekali tidak berniat untuk menyerah, walau untuk sekali saja dalam permainan mereka ini.Waktu terus merangkak, menuju dini hari dan hujan belum berhenti. Siapa yang tahu jika malam ini, Tricia akan terjebak bersama Peter di dalam kamar? Tricia sama sekali tidak mengerti, apakah tindakannya saat ini akan ia sesali atau malah ia inginkan kembali.Panas.Itulah kesan yang Peter hadirkan di mata semua perempuan. Begitu pula di mata Tricia. Itulah yang membuat Tricia tidak mampu melangkah pergi ketika ia mendapati dirinya hanya berdua saja di dalam sebuah kamar, di rumah Peter.‘Astaga. Bahkan ini di rumahnya. Entah apa yang
Baca selengkapnya
Ke Mana Dia?
“Ke mana dia?” tanya Tricia sambil menatap ranjang, bagian yang ditempati Peter telah kosong.Matahari mulai menyapa Tricia dengan sinarnya yang menembus kaca jendela. Ia merapatkan selimut hingga kebagian dada. Matanya menyapu seluruh kamar yang menjadi saksi kegiatannya semalam.“Jam berapa sekarang?” Tricia tersadar. Ia berusaha mencari ponselnya. Tidak ada jam dinding di kamar ini. Tricia terdiam sejenak. Ia ingat jika tas miliknya masih berada di dalam mobil.Desa Baxter yang terletak di Kota Fort Mill, Carolina Selatan kini mulai terang. Jalan jalan masih basah karena guyuran hujan semalam. Para penduduk mulai keluar dari rumah untuk beraktivitas. Mereka berusaha menikmati cuaca musim dingin yang berlangsung selama tiga bulan ini. Berbeda jauh dari musim panas yang lebih panjang.Tricia menoleh ke arah jendela kaca yang tak jauh dari ranjang. Ia bisa mendengar suara obrolan beberapa orang dari sana.“Astaga. Kenapa banyak sekali orang di sana?”Tricia merunduk, ia tidak ingin ke
Baca selengkapnya
Siapa Wanita Itu?
Nyonya Ann hanya tersenyum mendengar pertanyaan Emily. Ia sama sekali tidak berniat untuk ikut campur dalam urusan Peter kali ini.“Kau membuat Nona Tricia tidak nyaman dengan pertanyaanmu itu, Em,” tegur Nyonya Ann.Gadis kecil itu menoleh ke arah Tricia dengan cepat.“Apakah aku begitu, Nona Tricia?”Napas Tricia seakan terhenti. Ia merasa tatapan Emily menusuk tepat ke dadanya.“Kalau begitu, aku minta maaf, Nona Tricia. Aku tidak bermaksud—”“Oh, tidak, Em. Santai saja. Maksudku—”Tricia benar benar merasa serba salah. Ia tidak biasa berada dalam keadaan seperti ini.“Biarkan dia meminta maaf,” ujar Peter, membuat Tricia menatap ke arahnya.“Kau tidak boleh bertanya hal pribadi yang melewati batas, Green,” tambah Peter. Ia meletakkan sepotong pie ke atas piring Emily.Peter mengambil satu potongan lagi dan langsung memasukkannya ke mulut. Ia terlihat sangat menikmati.“Kau mau memaafkan aku kan, Nona Tricia?” tanya Emily dengan wajah memohon.“Hm, ya. Tentu saja. Itu bukan masalah
Baca selengkapnya
Tamu Yang Tidak Diharapkan
‘Red? Apakah wanita ini yang selalu disebut oleh Peter semalam?’Batin Tricia tak berhenti bertanya tanya.Livy menoleh dan menatap tajam ke arah Tricia.“Jadi, kau sudah bisa mengisi hatimu kembali setelah selama ini berpisah denganku?” tanya Livy, ia menatap Tricia dari kepala hingga ujung kaki.“Bukan urusanmu!” sahut Peter.Livy tersenyum sinis kepada Tricia kemudian kembali menatap ke Peter.“Apakah aku harus mengucapkan selamat kepada dirimu?” tanya Livy lagi, tetap dengan nada penuh ejekan.“Aku hanya ingin kau pergi!” tegas Peter. “Karena aku tidak bermain-main dengan ancamanku tadi.”“Baik. Sekarang aku akan pergi, tetapi aku pasti akan kembali lagi ke sini.”Livy menyempatkan diri untuk menatap ke arah Tricia kemudian ia melangkah meninggalkan teras rumah Peter.Tricia menghela napas panjang ketika melihat Livy mengendarai mobil dan meninggalkan rumah Peter. Peter pun melakukan hal yang sama.“Seharusnya kau tidak terlibat dalam urusan ini,” ujar Peter sambil menatap Tricia.
Baca selengkapnya
Jangan Sentuh Dia
Mata Tricia memicing, menatap penuh kebencian kepada seorang laki laki yang berdiri di depannya.“Kenapa kau mengabaikan pesan dan juga teleponku, Tricia?” tanya Sean dengan wajah yang tak kalah kesal.‘Sial! Seharusnya aku tidak membuka pintu,’ batin Tricia.Tricia mencibir, hendak menutup kembali pintu rumahnya. Namun, Sean segera menahannya.“Jangan diam saja. Jawab aku, Tricia! Apa kau tahu jika sikapmu itu membuatku marah?” bentak Sean, sambil menahan daun pintu dengan tangan kirinya.“Pergilah, Sean,” pinta Tricia dengan tatapan tajam.“Kau pikir, kau itu siapa, Tricia? Seenaknya saja mencampakkan diriku?”Tricia mengatupkan kedua rahangnya dan tetap menahan daun pintu dengan penuh tenaga. Ia tidak mau Sean masuk ke rumahnya.“Aku mencampakkanmu, Sean? Apa kau mabuk?” tanya Tricia, ia menambah tenaga untuk mendorong pintunya.“Hentikan sikapmu yang kekanak-kanakan ini, Tricia. Jika ada masalah, seharusnya kau bicarakan dengan langsung, bukan menghindar terus seperti ini.”“Aku b
Baca selengkapnya
Perasaan Aneh
Peter menunduk, menatap Tricia. Ia dapat merasakan tubuh wanita itu sedang gemetar.“Aku baik baik saja, Peter. Terima kasih,” jawab Tricia. Ia menyambut kehangatan pelukan Peter yang mampu memberinya rasa tenang.Peter mengusap kepala Tricia dan membiarkan posisi mereka seperti itu selama beberapa saat.“Duduklah, Tricia. Aku akan mengambilkan air minum untukmu,” ujar Peter.Tricia mengangguk, ia merapikan baju yang sempat berantakan dengan kedua tangannya.Peter terlihat amarah. Ia benar benar tidak terima melihat Tricia diperlakukan seperti itu. Namun, Peter sadar jika saat ini hal penting yang harus dilakukan adalah, ia harus menenangkan keadaan Tricia.Peter segera melangkah ke dapur dan mengambil segelas air putih lalu kembali ke kamar.“Minumlah, Tricia,” ujar Peter. Ia duduk di samping Tricia.Tricia menurut, ia menghabiskan segelas air putih pemberian Peter.“Sekali lagi terima kasih, Peter. Jika kau tidak datang—”Tricia tidak meneruskan kata katanya. Ia benar benar merasa m
Baca selengkapnya
Laki Laki Yang Mengkhawatirkan
“Sial! Munafik! Apa apaan Tricia itu? Berlagak sok suci tapi dia pun bermain api. Wanita penipu!” omel Sean sambil memukul kemudi.Sean tidak dapat menahan emosinya. Namun, ia juga tidak berani kembali mendatangi rumah Tricia. Tubuh dan wajahnya saat ini masih terasa panas dan nyeri karena pukulan Peter tadi.Saat ia berlari dari perkelahian dengan Peter tadi, ia menghela napas lega karena Peter tidak mengejarnya. Sean berdiam diri di dalam mobil, menatap dan mengawasi rumah Tricia.Ia terus mengawasi dengan penuh rasa curiga, siapa sebenarnya Peter. Lalu, ia semakin marah saat melihat mereka berciuman di balik jendela kamar Tricia.“Kau pikir, kau akan lolos begitu saja dariku, Tricia? Jangan bermimpi. Kita lihat saja apa yang bisa dilakukan oleh warga yang baru pindah itu saat aku menggunakan kekuasaan keluargaku padanya.”Sean menyalakan mesin mobilnya lalu melaju menuju kantornya.Sebuah kantor pemerintahan daerah yang sudah sejak lama menjadi rumah kedua bagi Sean. Sudah turun te
Baca selengkapnya
Tompkins
“Nona Mandy,” panggil Roger untuk ke sekian kalinya.Mandy mengerjapkan mata beberapa kali dan menatap ke arah Roger.“Astaga. Maafkan saya, Tuan Roger,” ujar Mandy sambil tersipu.“Sepertinya Anda benar benar terpesona dengan laki laki tadi, Nona.”Ucapan Roger disambut tawa mereka berdua.“Siapa laki laki itu, Tuan?”“Roger. Panggil saja Roger.”“Kalau begitu, kita akan lebih santai dalam pertemuan ini?” tanya Mandy. Roger pun mengangguk. “Jadi, berhentilah memanggil saya dengan sebutan Nona,” lanjut Mandy.“Baiklah, Mandy. Kalau begitu, apakah kali ini kau datang sendirian lagi?”Mandy mengerutkan bibir kemudian mengangguk, sedangkan Roger hanya bisa mengangkat kedua bahunya.“Kalau begitu, kau mau menemaniku menikmati hidangan dan minuman di restoran ini?”“Tentu saja, Roger. Memang untuk itulah aku mengajakmu ke sini.”Mandy mengajak Roger ke dalam restoran. Ia telah memesan tempat untuk mereka sebelumnya.“Jadi, siapa laki laki tadi?” tanya Mandy saat ia duduk berhadapan dengan
Baca selengkapnya
Kehidupan Yang Layak
Peter telah menyelesaikan semua pekerjaannya. Ia merapikan semua peralatan yang biasa dibawa pulang ke dalam mobil. Ia sama sekali tidak peduli saat mendapati Mandy yang mengekori dirinya dengan tatapan mata.“Laki laki itu semakin membuatku penasaran,” ujar Mandy saat melihat mobil Peter meninggalkan halaman restoran itu.Peter terus membawa mobilnya menuju rumah. Ia menoleh sesaat ke arah rumah Tricia ketika selesai memasukkan mobil ke dalam carport rumahnya.“Apa yang sedang Tricia lakukan saat ini?” tanya Peter, ia berdiri sebentar di depan pintu mobilnya.“Sial. Kenapa aku merindukannya? Apa aku ke rumahnya sekarang atau meneleponnya?”Peter memukul pelan badan mobilnya kemudian melangkah, hendak menuju ke rumah Tricia.“Daad ...”Langkah Peter terhenti saat melihat malaikat kecilnya muncul dari balik pintu dan berlari ke arahnya.“Green,” panggil Peter kemudian membungkuk dan merentangkan kedua tangan menyambut pelukan Emily.“Dad, aku mendapatkan bintang banyak sekali di sekola
Baca selengkapnya
Tekad Mandy
“Sial!”Sean memaki sambil melempar ponselnya ke atas meja. Ia kesal karena Tricia masih saja menolak panggilan telepon darinya, bahkan tidak ada satu pesan pun yang dibaca oleh wanita itu.“Dia benar benar membuatku gila,” omel Sean lagi.Mandy membuka pintu ruangan Sean. Ia membawa segelas kopi pagi hari ini.“Masih terlalu pagi untuk marah marah, Sean,” ujar Mandy sambil meletakkan kopi di meja atasannya itu.“Tricia. Wanita itu benar benar menyebalkan.”“Beri waktu saja kepadanya. Mungkin saat ini dia masih marah kepadamu.”“Ini semua karena dirimu!” bentak Sean.“Astaga, Sean. Dewasalah. Kau yang merengek kepadaku dengan alasan dingin karena hujan. Kau benar benar tidak tahu diri, Sean,” balas Mandy, kini ia tak peduli jika Sean adalah atasannya.“Seharusnya kau tahu jika Tricia datang.”“Bagaimana caranya aku bisa mengetahui kekasihmu itu datang sementara kau sibuk di atas tubuhku? Kau pikir aku ini keturunan shaman?”Sean mencibir mendengar jawaban Mandy.“Sikapmu malah membuat
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status