Share

3. Hampir Terenggut

"Hah, maksud Bapak apa?" tanya Joya kaget, pelayanan yang seperti apa yang diharapkan oleh Hasan. Joya yakin pelayanan ini pasti ada hubungannya dengan kegiatan esek-esek.

"Kamu jangan pura-pura polos lah." Hasan mendekati badan Joya dan mengelus paha Joya.

Seperti tersengat listrik, Joya langsung mendorong tangan Hasan dari pahanya. Rasa jijik langsung Joya rasakan, "Maksudnya apa, yah?"

"Astaga jangan pura-pura lugu lah, emang kamu nggak pernah apa?"

"Pernah apaan?" tanya Joya berang.

"Zaman kaya gini, nggak mungkin kamu masih perawan," ucap Hasan sambil mendekatkan bibirnya ke bibir Joya.

Joya yang kaget sontak mendorong badan Hasan dengan keras, "Saya masih perawan, Pak."

"Oh, yah. Coba sini saya cicip," ucap Hasan sambil menyentuh bagian dalam paha Joya.

Jari jemari Hasan yang kasar langsung membuat Joya meremang, "Saya bilang lepas."

Hasan langsung merasa tertantang dengan penolakan Joya, dengan kasar dicengkeramnya tangan Joya. Badan Joya yang mungil langsung terdorong ke belakang dan menabrak pintu mobil, wajah Hasan sudah berada di ceruk leher Joya, dengan liar Hasan mengecupi dan menggigit leher Joya dengan kasar.

"Lepas?!" bentak Joya sambil terus mendorong badan Hasan yang dua kali lipat dari badannya.

"Nggak usah nolak, Joya. Kamu mau hutang kamu lunas atau nggak?" tanya Hasan sambil menarik kemeja Joya dengan paksa.

Seketika itu juga Joya menjerit, teriakkannya terdengar memekikkan telinganya, "Lepas?!" bentak Joya keras.

Joya berteriak makin keras saat Hasan menarik celana dalamnya dengan paksa, tangan Joya otomatis menahan celana dalamnya yang sudah hampir setengah pahanya. "Jangan, Pak. Saya masih perawan."

Hasan yang mendengar perkataan Joya makin memaksa Joya untuk melayaninya. Sudah lama dia tidak mencicipi gadis perawan. Apalagi perawannya seperti Joya, siapa yang tidak mau. Gadis di hadapannya ini cantik luar biasa, kulitnya mulus dan putih. Payudara yang menakjubkan tertutup di balik kemeja milik Joya.

"Kamu mau bayar hutang nggak?" bentak Hasan sambil menekan kepala Joya ke arah pintu mobil.

"Aw...." Joya menjerit keras saat merasakan tekanan tangan Hasan, sakitnya bukan main. Air mata Joya meledak, saat merasakan tangan Hasan yang lainnya saat ini sedang mengelus payudaranya dengan kasar.

"Nggak mau, tolong," teriak Joya keras sambil menggebrak kaca di bagian belakang pintunya. Joya menggerakkan setiap inci badannya, membuat mobil tersebut bergoyang karena gerekkan Joya.

"Diam, dua kali kamu layani saya. Hutang kamu lunas Joya Dimitra," teriak Hasan sambil menggigit bibir bagian bawah Joya dengan paksa.

Joya menendang Hasan dengan sekuat tenaga, mengerahkan semua tenaga miliknya. Joya benar-benar muak dengan Hasan. Lelaki yang memiliki bobot tubuh dua kali tubuhnya dan umur yang sama seperti mendiang ayahnya. Ditambah bau badannya yang membuat Joya hampir memuntahkan semua isi perutnya.

Hasan makin seperti kesetanan saat menarik baju Joya, saking kerasnya Hasan menarik baju Joya, dua kancing baju milik Joya terlempar dengan keras. Mata Hasan langsung membulat sempurna saat melihat belahan dada Joya yang sangat-sangat menggairahkan.

"Payudara kamu sempurna, Joy." Hasan menggigit dada Joya dengan keras.

"Sakit, brengsek." Joya mendorong badan Hasan dengan sekuat tenaganya, digerakkan semua tubuhnya. Joya menggerakkan semua badannya membuat mobil Hasan bergoyang tak tentu arah.

Joya yang bergerak dengan beringas, membuat Hasan sedikit kewalahan. Namun, Hasan tersenyum saat mendapati paha Joya yang makin terbuka lebar membuat Hasan  dengan mudahnya menarik kedua kaki Joya dengan keras. Joya kaget saat menyadari posisi Hasan yang sudah ada di antara pahanya. seringai Hasan membuat Joya bergidik.

"Bergerak terus kamu Joya, semakin banyak kamu bergerak, semakin terbuka paha kamu sayang," desah Hasan sambil mengusap paha bagian dalam Joya.

Joya tersentak saat merasakan tangan kasar itu mengusap bagian dalam pahanya. "Bangsat, bandot tua kurang ajar. Lepas?!"

Hasan terkekeh saat mendengar teriakkan Joya. "Bandot tua kurang ajar ini yang akan mendapatkan semuanya, sayangku."

Hasan mengecup leher Joya dengan beringas, tangan Hasan dengan cekatan mengeluarkan payudara Joya dari wadahnya. Meremasnya dengan ganas.

"Bangsat," teriak Joya sambil mencakar kepala Hasan dengan kukunya yang panjang, Joya berjuang keras untuk mempertahankan harga dirinya. Tangannya mencakar setiap inci tubuh Hasan, bibir Joya dengan cepat menggigit dengan keras kuping bagian kanan Hasan.

"Pelacur laknat," teriak Hasan saat mendapati kupingnya di gigit dengan beringas oleh Joya.

Plak...

Tamparan keras langsung Joya rasakan di pipinya, rasa panas dan perih langsung menjalar di pipi Joya. Sakitnya bukan main. Joya bergerak terus mundur ke belakang, melesak ke arah pintu mobil. Pikirannya saat ini hanya ingin pergi dari sana, melarikan diri sejauh mungkin.  Dia ingin menganggap semua ini, mimpi. Dia ingin semuanya ini berakhir. Joya muak dengan hidupnya.

Tiba-tiba saja Joya merasakan tempat dia bersandar bergerak, sontak itu membuat badannya terjungkal ke belakang. Joya yang kaget sontak membuka matanya dan kaget saat mendapati Szasza yang ada dibelakang-Nya sedang membawa sebuah semprotan.

"Lepasi sahabat gue, bandot?!" teriak Szasza keras sambil memukul Hasan.

Hasan yang kaget dengan suara teriakkan Szasza otomatis mengangkat wajahnya, saat melihat Szasza, Hasan langsung merasakan sesuatu yang panas mengenai matanya. Dengan cepat Hasan menutup kedua matanya dengan kedua tangannya.

Joya yang merasakan kelonggaran langsung mendorong badan Hasan dan keluar dari dalam mobil. Dengan cepat Joya berdiri dan memperbaiki bajunya. Diambilnya celana dalamnya dari bawah jok mobil milik Hasan.

SRET ....

Szasza menyemprotkan semprotan lada bercampur merica ke arah wajah Hasan, "Makan nih."

"Argh ... pedih, sakit," maki Hasan keras sambil menjauhi arah di mana Szasza berdiri. Tangannya mengipas-ngipas wajahnya yang mulai merasakan panas bukan main.

"Mampus, makan tuh cabe sama merica. Dasar bandot tua," maki Szasza sambil menarik Joya untuk meninggalkan tempat tersebut.

Joya dengan patuh, berlari bersama Szasza menjauhi mobil Hasan yang berada di parkiran mini market yang paling sepi. Joya dan Szasza berlari seperti orang dikejar setan, mereka sama sekali tidak menengokkan kepalanya ke belakang sama sekali. 

Sesampainya di depan minimarket tempat Joya bekerja, Szasza langsung memeluk Joya. "Lo nggak papa?"

Joya terdiam saat mendapatkan pelukan dari Szasza, napas yang masih memburu dan rasa takut setelah mengalami peristiwa tersebut membuat Joya langsung menangis histeris. Joya menangis dipelukan sahabatnya itu.

Saking takutnya, kaki Joya sampai tidak mampu lagi menahan tubuhnya. Tubuhnya ambruk, tangannya bergetar sambil memeluk Szasza erat.

"Sza tadi gue hampir di...."

"Lo belom di apa-apain, kan?" Sasa melepaskan pelukannya dan sibuk membolak-balik tubuh Joya.

"Dia megang-megang gue, Sza .... Gue jijik! Gue jijik! Badan gue semuanya dipegang," raung Joya.

*******

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Rina Said
tua, bau lagi uweeekkk
goodnovel comment avatar
Irma Yani
tendang aja bandot tua sialan biar dia kejengkang .........
goodnovel comment avatar
irwin rogate
Kenapa ya putri dari sebuah keluarga Mau korban pelecehan gara-gara hutang bapaknya yang dak tau diri, biarlah Bapaknya yang nanggung sendiri.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status