Share

Pt. 03 - Lost Memories

Seminggu yang lalu.

Undangan dengan kertas emas tersebar. Tapi tak seperti hujan yang menyinggahi hati setiap orang. Undangan mewah itu hanya mendarat ke setiap rumah dengan status tertentu.

"Nyonya, ada undangan dari istana kekaisaran, apa saya perlu membawakannya ke sini?"

Seorang wanita yang sedang merias dirinya itu terlihat berjingkat senang. Dia menatap pelayannya dengan wajah sumringah. "Apa itu dari Putra Mahkota?"

"Bukan, Nyonya. Tapi Permaisuri, beliau mengadakan ulang tahun untuk Tuan Putri Cessa dan mengundang Duke Xavier untuk hadir."

"Baiklah. Bawakan ke sini dan bacakan."

Undangan dengan wangi bunga mawar itu datang dan langsung membuat Catalina heboh sendiri memilih gaun. Xavier yang menjadi suaminya sedang tidak ada di tempat, jadi sebagai istri yang baik dia harus mendatangi undangan dari kekaisaran itu untuk mewakilinya, bukan?

Istri yang sangat berbakti sekali.

Berias dari siang, malam harinya Catalina datang dengan gaun terbaiknya. Dia bertingkah layaknya wanita bangsawan. Walaupun tak ada yang memperlakukannya dengan baik, tapi dia tetap menikmati pestanya seolah dia adalah pemeran utamanya.

Pada dasarnya, Catalina memang tidak peduli dengan perkataan orang lain.

Sampai seseorang naik ke atas mimbar. Memberikan ucapan dan harapan serta ungkapan cintanya pada sang adik. Dia adalah Jayden George Sebastian.

Putra Mahkota kekaisaran Victoria yang dihormati. Mempunyai rambut emas yang berkilau dan mata biru yang menenggelamkan, membuatnya bersinar diatas podium.

Semua orang bertepuk tangan, tidak terkecuali Catalina yang sudah terpesona.

Catalina sudah menargetkan Jayden dari awal lelaki itu memasuki aula pesta. Dia tak bisa memalingkan matanya dari sosok bermata biru itu.

Beberapa jam berlalu, Catalina hanya sibuk memandangi Jayden dan segala aktivitasnya di pesta. Sampai pada saat lonceng di bunyikan tanda tengah malam. Nolan yang saat itu bertugas mendampingi Catalina, gelagapan mencari Nyonya rumahnya itu.

Catalina hilang.

Sampai detik berikutnya, suara dentuman keras mengagetkan semua orang. Nolan dengan instingnya berlari ke arah beranda yang menjadi sumber keributan itu.

Dia akhirnya melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Catalina jatuh dari atas beranda dan tenggelam ke kolam yang ada di bawahnya.

Dengan tubuh ksatrianya, Nolan berlari menyelamatkan Catalina. Wanita itu dibawa pulang. Nyawanya selamat, tapi Dokter mengatakan kalau dia pingsan karena terlalu banyak menelan air dan kakinya patah akibat jatuh membentur dinding kolam.

Dan begitulah, sampai pada akhirnya seminggu kemudian wanita itu bangun dengan linglung dan kembali mengejutkan semua orang atas diagnosis kesehatannya.

"Hilang ingatan. Aku bisa memastikannya Xavier. Dia hilang ingatan. Dia bahkan tak ingat namanya sendiri." Veronica yang masih membawa peralatan kesehatannya mencoba meyakinkan Xavier yang masih asik berlatih dengan pedang kesayangannya.

Di barak ksatria, lelaki bermata biru itu masih tak mengindahkan keberadaan Veronica apalagi perkataannya.

"Kau dibodohi." Komentar lelaki itu singkat.

Veronica yang masih kesal karena lelaki itu tak mau mendengarkannya akhirnya menyimpan koper kecilnya dan berteriak tepat di depan Xavier. "BUNUH AKU JIKA CATALINA BERBOHONG! KALI INI DIA SERIUS, XAVIER!"

Veronica terlihat emosi. Ksatria dan pengawal yang tadinya menjauh dan membiarkan mereka berbicara berdua bahkan menoleh di kejauhan karena teriakkan Veronica.

Sadar kalau percakapan Tuannya di perhatikan, Nolan yang ada di sana langsung menyuruh pada ksatria itu untuk kembali fokus pada kegiatan mereka masing-masing. Karena Xavier sendiri terlihat terganggu jika percakapan pribadinya terdengar.

Xavier yang tadinya sibuk berlatih dengan pedangnya itu akhirnya berhenti. Dia menyimpan senjatanya dan mulai menatap Veronica. "Aku sudah pernah dibodohinya Veronica. Jangan gila. Dia pasti berpura-pura," jawab lelaki itu santai.

Xavier merasa dia lebih kenal istrinya daripada Veronica atau siapa pun. Catalina adalah wanita yang tak akan pernah bisa dia percayai. Di matanya sekarang, Veronica terlihat sangat bodoh jika jatuh ke dalam perangkap Catalina yang lain.

Dia adalah wanita berhati dingin, manipulatif dan penuh kebohongan. Jika bukan karena sebuah insiden, Xavier juga tak mungkin akan menikah dengannya.

Veronica tersenyum miring. "Terserah kau saja! Intinya aku sudah memberitahumu! Jangan menyesal kalau ingatan Catalina kembali dan dia pergi lagi ke pelukan Jayden! Ingat kata-kataku kalau kau tidak ingin menyesal!" Emosi Veronica dengan menggebu-gebu. Wanita itu berbalik dan kembali mengambil koper kecilnya dan pergi.

Xavier selalu keras kepala. Veronica tahu, sangat tahu. Tapi dia tak habis pikir kalau sifat temannya yang satu itu akan sangat menyebalkan.

Ditinggalkan Veronica sendirian. Xavier langsung memanggil Nolan yang berada di kejauhan. Nolan yang mengerti akan isyarat sang Duke langsung menghampirinya.

"Aku akan menemui Catalina sekarang. Siapkan pakaianku."

Di sisi lain, Sang Putra Mahkota kekaisaran Victoria baru saja selesai melakukan tugas kenegaraannya. Setelah menyambut kepulangan para ksatria yang baru saja menyelesaikan misi kenegaraan mereka.

Jayden sebagai putra mahkota yang dibanggakan Victoria juga disibukkan dengan tugas lain, sepertia administrasi kenegaraan, dan juga tugas pemerintahan formal lainnya.

Lelaki bertubuh tinggi dengan warna rambut keemasan itu terlihat berjalan di lorong istana kekaisaran Victoria yang begitu megah. Dibalut pakaian sutra berharga dua puluh kilo emas, dan pedangnya yang dibuat khusus oleh pengrajin senjata kekaisaran, pesona Jayden begitu memikat semua orang.

Meskipun kini matahari menyorotnya dengan cahaya yang begitu terik. Namun karena hal itu, rambut emasnya malah berkilau terang, seolah menegaskan kepada semua orang kalau dialah cahaya Victoria. Dialah pemeran utamanya.

"Yang Mulia, Anda terlihat lelah. Apakah Anda ingin kembali ke kamar Anda sekarang?" Remir, lelaki muda dengan rambut birunya itu menegur sang calon kaisar. Membuat Jayden yang tadinya berjalan dengan gagah di depan Remir segera menoleh kearah asisten sekaligus pengawal pribadinya itu.

"Apa ada kabar terbaru dari kediaman Duke?" tanya Jayden malah mengacu pada pertanyaan lain. Sepertinya, sedari tadi lelaki itu tidak fokus karena memikirkan sesuatu dalam kepalanya sendiri.

"Apakah maksud Anda Nona Catalina Spencer?" tanya Remir memastikan. Dia menyebutkan nama Catalina berikut nama keluarganya.

Walaupun dia sudah menikah dengan Duke Sanders dan harus mengadopsi nama keluarganya. Tapi Remir tetap memanggil wanita itu dengan nama aslinya.

"Iya, apa ada berita tentang perkembangan kondisinya?" tanya Jayden tak bisa menahan diri. Setelah kejadian di istana kekaisaran seminggu yang lalu. Dia tidak bisa berhenti memikirkan Catalina yang jatuh dari beranda dan tidak sadarkan diri selama satu minggu lamanya.

Tapi karena sekarang Catalina sudah berstatus sebagai istri orang lain. Maka Jayden sebisa mungkin untuk tidak gegabah dalam menemuinya. Apalagi selama seminggu kebelakang, Xavier sedang tidak ada di tempat.

Jadi sebagai Putra Mahkota yang terhormat, tentu saja dia tidak akan lancang mengunjungi istri orang lain tanpa kehadiran suaminya.

"Satu jam yang lalu saya mendapatkan kabar kalau Nona Spencer sudah sadar, Yang Mulia. Hanya saja ... " Remir terlihat ragu. Lelaki itu sengaja menggantung kalimatnya dan membuat Jayden cukup kesal.

"Hanya saja apa?" tanya Jayden enggan diberi rasa penasaran.

"Saya bingung harus mengatakan hal ini dari mana, Yang Mulia. Hanya saja, kabarnya Nona Spencer mengalami amnesia. Beliau dinyatakan hilang ingatan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status