Share

112 | Kode Keras

Penulis: MAMAZAN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-05 20:12:21

Cahaya lampu kamar VIP terasa hangat, menyinari ruangan yang dipenuhi aroma bunga segar. Begitu banyak hal terjadi hari ini, tawa berganti tangis bahagia, suasana kekeluargaan terasa begitu kental. Mereka menghabiskan waktu bersama, menemani Luca dan Livia yang menjadi bintang utama.

Dokter Morretti sampai lelah menegur mereka yang terkadang tertawa lepas dengan tingkah konyol Tyler dan Damien.

Begitu malam tiba, Bianca dan Livia pamit kembali ke kamar mereka untuk beristirahat, mengucapkan terima kasih kepada semuanya dengan senyuman lembut dan mata berkaca-kaca, ia tak pernah menyangka akan bertemu dengan orang-orang baik yang begitu menyayangi putrinya.

Suasana penuh haru kembali tercipta, Chiara, Dona, Tessa dan Nathalie secara bergantian menenangkan Bianca yang kembali menitikkan air mata. Di momen itu, Tyler dan Damien tidak ikut terlibat langsung dan hanya mengamati.

Senyum tipis tergambar di wajah kedua pria itu, hingga akhirnya ungkapan tulus keluar dari mulut Tyler yang berk
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Skandal Panas Presdir Tampan   115 | Apa Yang Terjadi?

    “Ibu! Aku ke kamar Livia ya!” seru Luca bersemangat, berdiri di depan Chiara yang duduk di sofa. Mata bocah itu berbinar penuh kegembiraan, ia terlihat tampan mengenakan kaos biru lembut dipadukan dengan jeans gelap.Chiara tersenyum lembut, merapikan rambut putranya yang sedikit berantakan. “Iya, jangan nakal di sana ya,” ucapnya.Tak lama kemudian, Luca beralih ke Damien, yang baru selesai merapikan setelan jas mewahnya. Bocah itu mengangkat wajah, menatap ayahnya sambil bertanya, “Ayah, aku pergi dulu, ya? Nanti kita jadi pergi ke hotel ayah, kan?”Damien berjongkok hingga setara dengan Luca, lalu mendaratkan kecupan di kening putranya. “Iya, setelah bekerja Ayah akan menjemputmu,” jawabnya sambil mengelus lembut kepala Luca.Dengan langkah riang, Luca meninggalkan ruangan, berlari kecil ke arah pintu. Begitu bayangannya menghilang, Damien berdiri tegak dan menghela napas panjang. Raut wajahnya menampakkan keraguan yang berat.“Apa perlu aku pergi ke pertemuan itu? Aku bisa mengatu

  • Skandal Panas Presdir Tampan   114 | Mengawali Hari Baru

    Chiara terbaring di atas tempat tidur, membelakangi Damien yang memeluknya erat dari belakang. Isak tangis wanita itu pecah, dan ia berusaha menahan suara tangisnya agar tidak terdengar oleh Luca, putra mereka yang tengah tertidur lelap.Di belakangnya, Damien dalam hati menyesali dan mengutuk kebodohannya waktu itu, yang telah menyakiti wanita yang paling dia cintai. Dengan lembut, ia mengarahkan tubuh Chiara hingga mereka saling berhadapan. Menatap wajah Chiara yang basah oleh air mata, memegang pipi wanita yang tengah menangis itu dengan lembut.“Sayangku... maafkan aku,” ucap Damien, suaranya bergetar penuh penyesalan. Namun, Chiara hanya bisa terisak, sesenggukan saat menumpahkan semua emosi yang selama ini ia pendam.Di dalam kepalanya, kilas balik kehidupannya yang penuh luka itu kembali muncul begitu jelas. Ingatannya membawa kembali pada hari-hari kelam ketika Damien mengkhianatinya, saat ia harus menjalani kehidupan mengandung Luca seorang diri, serta kepergian orang tua yan

  • Skandal Panas Presdir Tampan   113 | Berikan Aku Kesempatan

    “Eh? Cuma dipakaikan selimut?” gumam Chiara pelan, hatinya berdesir antara kecewa dan tersipu, tak menduga bahwa Damien tidak mengerti kode yang ia berikan.“Hah... si bodoh itu!” pekik Chiara dalam hati.Chiara kembali memberanikan diri menoleh ke arah Damien, mengintip dari ujung matanya. Namun, apa yang dilihatnya malah membuat hatinya semakin kesal—Damien kembali berbaring di sofa, tenang seperti tak ada yang terjadi, menatap lurus ke langit-langit ruangan."Argg! Sudahlah! Terserah dia saja!" gumam Chiara, melampiaskan rasa frustasinya dalam desahan pelan. Ia membalikkan tubuhnya dengan kasar, menarik selimut dan menutup matanya rapat-rapat, mencoba mengabaikan pikiran tentang Damien. Lebih baik tidur saja, pikirnya.Suasana kamar pun kembali hening. Detik jam terdengar begitu jelas, menit demi menit pun berlalu. Namun, semakin Chiara berusaha tidur, semakin pikirannya tak bisa berhenti memikirkan Damien.Akhirnya, ia membuka matanya lagi, dengan dengan wajah terlihat kesal. “Arg

  • Skandal Panas Presdir Tampan   112 | Kode Keras

    Cahaya lampu kamar VIP terasa hangat, menyinari ruangan yang dipenuhi aroma bunga segar. Begitu banyak hal terjadi hari ini, tawa berganti tangis bahagia, suasana kekeluargaan terasa begitu kental. Mereka menghabiskan waktu bersama, menemani Luca dan Livia yang menjadi bintang utama.Dokter Morretti sampai lelah menegur mereka yang terkadang tertawa lepas dengan tingkah konyol Tyler dan Damien.Begitu malam tiba, Bianca dan Livia pamit kembali ke kamar mereka untuk beristirahat, mengucapkan terima kasih kepada semuanya dengan senyuman lembut dan mata berkaca-kaca, ia tak pernah menyangka akan bertemu dengan orang-orang baik yang begitu menyayangi putrinya.Suasana penuh haru kembali tercipta, Chiara, Dona, Tessa dan Nathalie secara bergantian menenangkan Bianca yang kembali menitikkan air mata. Di momen itu, Tyler dan Damien tidak ikut terlibat langsung dan hanya mengamati.Senyum tipis tergambar di wajah kedua pria itu, hingga akhirnya ungkapan tulus keluar dari mulut Tyler yang berk

  • Skandal Panas Presdir Tampan   111 | Tawa dan Haru

    Kamar VIP itu terasa seperti gelembung penuh dengan tawa, suara Dona dan Tessa menggema di dinding-dinding ruangan. Chiara, wajahnya memerah, berusaha keras untuk mempertahankan ketenangan, namun usahanya sia-sia. Ia seperti anak kecil yang sedang ditertawakan oleh teman-teman sekelasnya.Bianca, dengan tatapan penuh makna, menahan tawanya dengan susah payah. Sesekali ia membuang muka saat tawanya hendak lepas. Ia yang sudah tahu gambaran singkat hubungan rumit Chiara dan Damien, mau tidak mau ikut terbawa suasana, merasa lucu dan gemas dengan tingkah Chiara saat ini."Ah... kalian berhenti tertawa," Chiara merengek manja, suaranya sedikit tercekat karena malu. Namun Dona dan Tessa seakan tuli terhadap rayuan Chiara. Mereka terus menertawakan gadis itu hingga mata mereka mulai menggenang, basah karena terus tertawa.Di pojok sofa, Damien duduk diam seperti anak kecil yang sedang bersikap sopan. Kaki-kakinya rapat menyatu, tangannya terlipat rapi di atas pahanya. Tatapannya kosong ke a

  • Skandal Panas Presdir Tampan   110 | Malu Tapi Mau

    Di dalam kamar VIP tempat Luca dirawat, Tessa, Bianca, dan Damien duduk bersama di sofa. Hanya suara Luca dan Livia yang sedang berbicara mendominasi ruangan, hingga suara langkah tenang terdengar dari luar pintu.Dokter Morretti masuk, menyapu pandangan sekilas ke arah mereka, hanya dalam sekejap dia langsung tahu mengapa Damien dan Bianca hanya duduk diam di tempat mereka."Aku akan mengajak Luca dan Livia, mengunjungi kamar yang akan Livia tempati. Sepertinya itu akan lebih nyaman bagi mereka."Tessa dan Damien kompak mengangguk setuju, sementara Bianca hanya menatap sekilas, tersenyum penuh hormat ke Dokter Morretti, lalu kembali menundukkan pandangannya.Dokter Morretti menunggu di dekat pintu masuk sejenak hingga Luca dan Livia tiba di hadapannya.“Luca, bagaimana kalau kita melihat kamar Livia?” tanya Dokter Morretti.“Iya Dokter, ayo kita lihat kamar Livia,” jawab Luca bersemangat.Dokter Morretti memegang tangan Luca dan Livia, lalu berjalan pergi meninggalkan ruangan.Begitu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status