PART 8
Selamat membaca, Zheyeenkk☺❤
___________
"Kenapa, Nin?" tanya Dinda khawatir, ketika melihat aku mulai meringis menahan sakit, sembari mengelus-elus bagian bawah perut.
Belum sempat aku menjawab, aku merasa seperti ada yang pecah dan air mengalir dari sela kedua paha.
"Air apa itu?" Dinda menatap bingung melihat air yang keluar dari selangkanganku. "Lo ngompol, Nin?"
"Enggak kok. Gue juga gak tau itu air apa, Din."
________
Selamat membaca 🤗PART 9Pria tiga puluh satu tahun itu hanya tersenyum kecut tanpa menjawab. Aku sangat mengenali seperti apa dirinya. Dia tak akan pernah berani berkutik sama sekali, jika aku sudah merengek dan merayu pada Papi. Karena tentu saja dia tidak memiliki daya sama sekali."Ya sudah, nanti biar Papi bicarakan masalah ini ke Rahmat ya. Yang penting kamu banyak istirahat, makan makanan yang bergizi, supaya kamu segera pulih."Kutarik bibir ke samping. Yes! Dengan begitu akan lebih mudah mengawasi seperti apa kelakuan suami dan sahabatku.Dengan ekor mata, bisa kulihat Mas Thoriq kembali menatapku._________Selama masa pemulihan setelah melahirkan di rumah sakit, aku sudah diperbolehkan untuk pulang. Hanya saja Alissha, belum diizink
Part 10 Mobil bergerak mundur, lalu melesat pergi. Segera kuraih gawaiku. Lalu menghubungi seseorang yang bernama Farid. "Kamu di mana posisi, Rid?" "Saya sedang mengikuti mobil Alphard hitam milik Pak Thoriq. Sesuai yang Ibu perintahkan, saya sudah stand by di depan rumah Ibu sejak pukul setengah tujuh tadi," sahut orang bayaranku itu. "Bagus! Ikuti terus!" ________ "Siap, Bu. Posisi saya tidak jauh dari mobil Bapak." "Hati-hati kamu. Jangan sampai terlalu dekat. Takutnya nanti dia curiga."
Kuscroll lagi ke bawah. Aku penasaran dengan wajah laki-laki yang selalu saja diambil dari belakang. Kemudian sampai pada beberapa slide foto di bawah. Dan refleks kututup mulut ketika melihat slide akhir beberapa foto dari akun bernama Spongebob89 itu. Tanganku gemetar dan nyaris ponsel bergambar apel separuh itu terjatuh ke lantai. Foto Dinda dengan menggunakan bikini seksi, tengah bertemu bibir dengan seorang pria yang sangat aku kenal. Astagfirullah, Mas Thoriq! __________ Ingin rasanya aku menangis dan menjerit sekuatnya, tapi rasanya malu. Mami juga past
Part 12 "Mas sangat mencintai kamu dan gak mungkin menduakan kamu, Sayang," ujarnya lalu hendak mendekapku erat. Tak sengaja mataku menangkap banyak tanda merah di leher Mas Thoriq. "Tunggu, Mas!" Aku menahan tubuhnya. "Kenapa, Sayang?" "Kok di leher kamu banyak tanda merah," tanyaku tajam penuh selidik. Lelaki itu langsung bergegas menuju cermin. "Eng, ini … ini …." _________
PART 13 Mas Kevin melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sehingga membuatku berpegangan pada handle di atas kepalaku karena ketakutan. "Mas, hati-hati, aku takut," mohonku pada Mas Kevin yang menatap fokus ke depan. Sesekali matanya menatap ke spion dalam dan kiri, tanpa menjawab sepatah kata pun. Aku menatap wajah tampan yang terlihat memerah itu. Sepertinya ia sangat memendam amarah yang cukup hebat. Mungkin selama ini ia begitu percaya pada Dinda. Ternyata, Dinda tega mengkhianati. Mas Kevin pun tak kalah tampan. Wajah blasteran Indo-Inggris dan terlihat sangat dewasa. Berbeda den
PART 14 POV DINDA Ini adalah hari penerbangan kami yang pertama. Aku, Karenina, dan Hesti adalah sahabat seangkatan saat sama-sama menempuh pendidikan di Pendidikan Staf Penerbangan dan Pramugari. Berhubung kami masih pramugari junior, kami hanya memperhatikan cara kerja para senior kami. Ketika hendak masuk ke toilet, tak sengaja aku menabrak seorang pria. "Sorry, sorry, Mbak. Saya gak sengaja," ujarnya meminta maaf. "Lho, kamu temennya Nina kan?" "Iya, Cap. Gak papa. Saya juga tadi gak liat-liat. Asal masuk aja," tukasku pada pria muda dan tampan yang sudah menjadi Captain Pilot. Aku mengetahuinya dari empat garis emas
. . . "Dik, maafin, Mas," mohonnya merintih sambil bersujud memegang kakiku. "Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu!" Kuhempaskan tangannya dari kakiku. "Dek! Tolong, maafin Mas. Mas beneran khilaf. Mas janji gak akan mengulanginya lagi. Mas akan tinggalin dia." "Mas Thoriq!" pekik Dinda. "Diam! Ini semua gara-gara kamu. Coba aja kamu gak menggodaku. Mungkin saja ini semua gak akan terjadi," bentak Mas Thoriq kuat. "Apa kau bilang?" Mas Kevin bangkit dari duduknya, lalu melayangkan bogem mentah berkali-kali ke w
PART 16 POV JAYADININGRAT "Selamat siang, Pak Jaya," sapa Manto, seorang juru parkir yang bekerja di rumah makan seberang minimarketku. Saat itu aku hendak berangkat meeting dengan salah satu relasi yang ingin franschaise minimarketku. "Siang juga, Pak Manto. Kelihatannya sedang tidak sehat ya. Kok mukanya pucat sekali?" tanyaku, ketika melihat wajah pria yang mungkin berusia sekitar empat puluh tahunan itu pucat. "Ah, tidak apa, Pak Jaya. Memang beberapa hari ini saya kurang sehat," jawabnya seraya menyeka keringat yang menetes di dahi dengan handuk yang dikalungkan di lehernya.