Share

Kesaksian Bayu

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2025-05-30 23:27:31

Senja panik. Dia bingung dan tak tahu harus bagaimana menghadapi masalah suaminya. Dia ingin lapor polisi, tapi takut jika itu justru membuat suaminya terancam.

Hilangnya Langit membuat wanita berlesung pipit itu tak bisa tidur semalaman. Paginya, dia gegas ke rumah sakit untuk menjenguk Bagas dan Bayu, sekalian cari informasi tentang suaminya.

"Maafkan kami, Mbak. Kami tak bisa menjaga Mas Langit dengan baik. Kami benar-benar nggak menyangka jika dua mobil itu bersekongkol. Pantas saja mengikuti kami sejak dari depan gang." Bayu yang masih terbaring lemah di ranjang dengan selang infusnya pun berkomentar. Komentar yang nyaris sama dengan Bagas.

"Mobil di depan kami sengaja tak jalan cepat, saat saya mau menyalip, tiba-tiba mobil belakang menabrak bumper mobil bagian belakang sampai patah. Tak ingin digencet dari depan dan belakang, saya coba membanting stir ke kiri. Tapi naas malah menabrak pembatas jalan sampai kami berdua pingsan. Hanya saja, kami sempat dengar suara beberapa or
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Rencana Pertama

    "Cari siapa, Mbak?" tanya seorang ibu muda yang sedang menyapu halaman rumahnya. Senja sengaja seperti orang kebingungan yang sedang mencari alamat seseorang. Dia menoleh ke kanan kiri sesekali melihat ke layar handphonenya. "Maaf kalau mengganggu ya, Mbak. Hmm ... apa di sini ada yang namanya Ririn? Ririn Kusuma. Dulu sekolah di SMA depan gang sana," ujar Senja mulai dramanya. Padahal jelas Ririn sekolah di tempat yang sama dengannya, di tengah hiruk pikuknya ibukota. "Ini fotonya, Mbak. Foto kami saat SMA dulu. Kebetulan kami bersahabat dekat, cuma saya harus pindah ke Jakarta." Senja kembali meyakinkan dengan memperlihatkan foto lawasnya dengan Ririn. Wanita muda itu sempat berpikir sejenak lalu menggeleng pelan. "Kurang tahu sih, Mbak. Soalnya saya juga pendatang. Baru pindah ke sini ikut suami setahun lalu. Coba tanya ke bibi itu. Mungkin tahu soal sahabat Mbak." Senja mengikuti wanita itu untuk bertanya pada tetangga depan rumahnya. "Bi, apa di sini ada yang namanya Ririn

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Senja Turun Tangan

    "Aku sudah bilang sama Langit sebelum kejadian itu terjadi. Lepaskan saja proyek yang mangkrak itu. Jual tanahnya karena di sana memang cukup rawan, tapi Langit menolak." Ucapan Erwin kembali menyesaki benak Senja. "Apa yang sebenarnya terjadi?" lirih Senja lagi. Tak membuang waktu, dia segera mengirimkan pesan pada Bayu. Senja menanyakan alamat lengkap proyek yang mangkrak itu. Mau tak mau, Senja ingin menyelidikinya sendiri diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun. [Buat apa Mbak Senja menanyakan alamat proyek itu?] Bayu sepertinya curiga, tapi Senja punya alasan yang cukup pas. [Nggak apa-apa, Mas. Kebetulan aku punya teman di daerah sana, barangkali dia nggak sengaja ketemu Mas Langit di sana kan? Siapa tahu gitu. Namanya juga usaha, Mas. Nggak ada salahnya kan? InsyaAllah teman-teman saya bisa dipercaya, nggak akan menyebarluaskan berita kehilangan itu ke media sosial atau ke polisi demi keselamatan Mas Langit seperti yang Mas katakan itu. Bisa jadi Mas Langit dibawa ke daerah

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Gara-gara Proyek

    "Papa dan Om Erwin bekerja sama untuk menemukan Mas Langit? Benar kecurigaan Senja tadi, kalau papa sudah mengingat semuanya kan?" Senja menatap bergantian dua lelaki yang kini wajahnya sedikit memucat itu. "Papa memang bekerja sama dengan Om Erwin untuk menemukan suamimu, tapi papa belum mengingat semuanya. Papa masih berusaha mengingatnya." Dimas mengangguk pelan, mencoba meyakinkan. "Papa bersyukur kamu berusaha membantu papa mengingat masa lalu itu, menceritakan tentang foto-foto papa dengan almarhum mama dan masa kecil Langit, tapi sampai sekarang memang belum sepenuhnya ingat. Tapi kamu tenang saja, papa sekarang sudah tahu jika kamu memang setulus dan sebaik itu. Pantas saja Langit begitu mencintaimu, Senja. Kamu memang pantas diperjuangkan dan mendapatkan cintanya yang begitu besar. Tak peduli darimana kamu berasal, bagaimana keluargamu dan lain sebagainya, papa sudah merestui kalian berdua." Entah bagaimana perasaan Senja kali ini. Dadanya justru kembali terasa sesak mende

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   cctv saat penculikan

    Setelah pamit pulang, Senja gegas ke masjid di rumah sakit itu lalu menjalankan ibadah empat rokaatnya. Seperti biasa selepas shalat fardu dan Sunnah, Senja memanjatkan doa untuk orang-orang yang dicintai dan mencintainya, tak terkecuali Dimas Kuncoro. Senja berharap papa mertuanya lekas sembuh dan bisa kembali mengingat masa lalunya yang suram itu. Selesai beribadah, Senja memperbaiki hijab dan gamis panjangnya. Tak lupa membenarkan kaos kakinya agar aurat tertutup lebih sempurna. "Apa aku tanya Mbak Tuti saja soal papa? Aku benar-benar curiga kalau papa memang sudah sadar dan kini masih bersandiwara pura-pura amnesia." Senja kembali menggumam. Dia masih duduk di masjid sembari berpikir. Senja memang belum tahu betul bagaimana keadaan papa mertuanya, tapi dia cukup paham bagaimana karakter laki-laki itu setelah mendengar cerita suaminya. Papa yang nggak mudah menerima nasehat dan saran orang lain. Dia yang sering kali berusaha berbaik sangka pada mereka yang sudah dzalim dan mengk

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Papa Dimas Ternyata...

    "Senja ... gimana kabarmu?" Pertanyaan Dimas membuat Senja tercekat. Langkahnya terhenti seketika saat menatap senyum tulus di wajah laki-laki itu. "Papa ...." Senja mendekat lalu mencium punggung tangan papa mertuanya itu. Dimas tersenyum lalu berusaha menegakkan punggungnya dan menyandarkannya di tepi ranjang. Senja membantu mertuanya agar bisa duduk lebih nyaman, sementara perawat khusus papanya itu masih menyiapkan air putih hangat. "Gimana keadaan papa hari ini? Sehat, Pa?" tanya Senja sembari menarik kursi lalu mendudukinya di samping pembaringan papa mertuanya. Perlahan Senja memijit lengan laki-laki itu agar lebih rileks. "Alhamdulillah sudah membaik. Kamu gimana kabarnya? Sudah tiga hari kamu nggak datang ke sini kan? Mbak Tuti saja baru lihat kamu sekarang." Senja masih tercekat. Dia mengernyit lalu kembali menatap wajah papanya yangbterlihat lebih cerah dan tenang. "Iya, Pa. Maaf ya, tiga hari belakangan ada sedikit masalah di rumah bapak, jadi nggak jenguk papa ke sin

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Janji Senja

    Cukup lama berdering, akhirnya panggilan itu terjawab juga. Suara lelaki terdengar dari seberang. Sebenarnya Senja tak ingin menghubungi lelaki manapun selain mahramnya, tapi kali ini dia terdesak dan tak tahu harus berbuat apa. Senja berharap laki-laki bernama Erwin itu benar-benar bisa membantunya menemukan Langit."Hallo, maaf ini siapa?" tanya dari seberang. Senja sedikit gugup. Dia mengucap basmallah lagi lalu menghela napas panjang. "Maaf kalau saya mengganggu Pak Erwin. Saya Senja, istrinya Mas Langit, Pak. Dapat nomor bapak dari Mas Bayu, bodyguard Mas Langit," ujar Senja terdengar sangat gugup. "Oh, Senja. Senja Prameswari, istrinya Langit." Erwin cukup kaget kenapa tiba-tiba Senja menghubunginya. "Maaf kalau mengganggu, Pak Erwin," ujar Senja lagi. Senja benar-benar tak nyaman menghubungi seseorang yang tak dikenalnya seperti ini. Tapi demi Langit, dia tetap harus melakukannya. Pasalnya, Senja tak tahu lagi harus minta tolong sama siapa. Dia belum mengenal keluarga dan k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status