Share

Titik Terang

Author: NawankWulan
last update Huling Na-update: 2025-06-02 22:10:40

"Penginapan yang mangkrak itu progresnya gimana, Ron?" tanya Awan tiba-tiba. Dia memang jarang di rumah, bahkan baru dua minggu belakangan ada tugas ke luar kota. Jadi, tak terlalu tahu soal kabar di kampungnya.

"Kapan hari pemuda dari kota datang, Mas. Dia menawarkan banyak hal pada kami agar menyetujui pembangunan penginapan itu kembali, tapi kami menolak. Mas Awan tahu sendirilah bagaimana orang-orang kota dan berduit itu menipu kita di masa lalu. Mereka memanfaatkan kepolosan warga untuk meraih keuntungan besar-besaran dalam bisnisnya. Kita nggak akan tertipu lagi, Mas. Pokoknya kita sepakat untuk menghentikan proyek nggak jelas itu. Kalau perlu memaksa orang kota itu untuk menjual tanahnya kembali dengan harga lebih." Roni, kepala pemuda itu menjelaskan.

Senja nyaris tersedak mendengar cerita itu. Dia mengendap-endap sampai di bawah kaca jendela untuk mendengarkan obrolan mereka. Senja yakin jika pemuda yang mereka ceritakan saat ini adalah Langit, suaminya.

"Dua kali desa kit
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Jujur

    "Astaghfirullah." Senja beristighfar lirih sembari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Kedua matanya berkaca tiap kali mengingat Langit, tapi dia berusaha menahan kesedihan itu. Dia tak ingin memperlihatkan air matanya di depan orang lain, apalagi di hadapan Ratri dan Awan yang kini juga menjadi korban. "Itu rumah sakitnya, Neng," tunjuk Ratri. Senja mengangguk lalu meminta Bagas segera menyeberang. Setelah sampai di rumah sakit Bakti Husada, Senja gegas keluar dari mobil dan meminta perawat untuk membawakan brangkar. Dua perawat datang lalu membantu Awan berbaring di atas ranjang. "Mas, tolong ikut perawat ke UGD ya, biar saya bantu Bi Ratri urus administrasinya ke resepsionis." Bagas mengangguk. Tanpa protes dia segera mengikuti perawat yang membawa Awan dengan tergesa itu. Senja dan Ratri mengurus pendaftaran dan kebutuhan pasien lainnya, setelah semua beres mereka ikut menunggu Bagas di depan UGD. "Tenang, Neng. Sepertinya tak ada luka serius di badan Awan. Nggak ap

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Ke Rumah Sakit

    "Om, titip Mas Langit ya. Saya mau antar Mas Awan ke rumah sakit sebentar, nanti langsung balik ke sini." Senja membuyarkan lamunan Erwin. Laki-laki itu agak gugup lalu mempersilakan Senja masuk ke mobil suaminya. Senja memilih duduk di jok depan samping Bagas, sementara Awan rebahan di kursi belakang. "Berhenti di warung itu dulu, Mas. Aku panggilkan ibunya Mas Awan." Bagas hanya mengangguk meski dalam benaknya masih disesaki puluhan tanya. Mengapa istri bosnya itu bisa sampai di kampung itu bahkan terlibat perkelahian segala. Setelah keluar dari mobil beberapa menit, terlihat dua wanita beda usia muncul dari dalam warung sembako itu dengan tergesa. Ratri masih memperbaiki hijabnya sembari setengah berlari menuju mobil merah metalik itu. "Ya Allah, Awan! Apa yang sebenarnya terjadi? Tega-teganya Ibram melakukan ini semua sama kamu. Anak itu memang berandalan. Selalu dimanja papa dan mamanya jadi ngelunjak begini," ucap Ratri begitu geram saat melihat anaknya tiduran di jok mobil

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Habisi Saja Dia!

    "Habisi saja dia! Kalau cuma mendekam di penjara, aku tak takut!" perintah Ibram dengan mengepalkan tangan kanannya. "Dia gimana, Bos?" tanya Maxim sembari menunjuk Senja yang duduk di sampingnya. Ibram segera keluar lalu menarik kasar tangan Senja. Setelah semua keluar, Awan mulai mengajak duel lagi. Dia berhasil menangkis tendangan dan pukulan Maxim. Dua, tiga kali pukulan Maxim lolos dan kini Awan menghantam punggung Maxim dengan sikunya. Maxim terjerembab ke tanah. Saat melihat laki-laki itu akan bangkit, Awan kembali menginjak punggungnya sampai tak bergerak. Melihat Awan berhasil melumpuhkan dua lawannya, Senja menghela napas lega. Dia berusaha melepas cengkeraman Ibram, tapi laki-laki itu tiba-tiba mengambil pisau lipat dari kantong jaketnya. Ibram mengarahkan pisau itu ke leher Senja. Dia nyaris membuka hijab lebar yang dikenakan Senja, andai Awan tak mengangkat kedua tangannya. Ada beberapa warga yang melihat perkelahian itu, tapi mereka justru ketakutan dan lari terbirit

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Baku Hantam

    "Ngapain dia?!" sentak lelaki bernama Ibram itu saat menunjuk Awan yang mendekati mobilnya. "Seperti biasa, Bos. Dia pasti mau jadi pahlawan kesiangan lagi. Dasar kurang kerjaan," sahut Max yang duduk di samping Senja. "Berulang kali kucoba lenyapkan, tapi masih saja muncul," desis Ibram. Wajahnya menegang menahan amarah yang nyaris membuncah. Sebenarnya, Ibram dan Awan pernah sekolah di tempat yang sama. Mereka satu angkatan, hanya saja Awan sukses menjadi primadona dan selalu juara, sementara Ibram justru dikeluarkan dari sekolah karena sering tawuran, minum minuman keras dan berjudi. Kehidupan keduanya semakin berbeda saat Awan semakin sukses dan mapan, mampu membeli mobil, tanah dan rumah di kota yang kini dikontrakkannya, sementara Ibram semakin suram karena hanya mampu membuat onar dan was-was warga kampungnya. Awan mengetuk kaca jendela. Dia tahu persis jika Senja berada di mobil itu karena sejak tadi memang membuntutinya. "Ada apa?! Minggirin motor Lo, atau gue tabrak se

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Jatuh Hati

    "Cari sarapan?" Senja menoleh seketika saat mendengar pertanyaan itu dari arah belakang. Awan menatapnya lekat. Senyum tipisnya terukir di kedua sudut bibir. "Iya, Mas. Sekalian mau cari toko pakaian." "Nggak bawa baju ganti?" Senja mengangguk pelan. "Ayo kuantar. Ada toko baju tak terlalu jauh dari sini.""Maaf, Mas. Saya jalan kaki saja sekalian tanya-tanya ke warga barangkali pernah lihat sahabat saya di sekitar sini." "Ada fotonya?" tanya Awan singkat. Sejak pertemuannya dengan Senja semalam, Awan memang sudah jatuh hati. Mungkin itu yang dinamakan cinta pada pandangan pertama. Senja adalah tipe istri idamannya. Cantik, lembut, sederhana dan tahu kodratnya sebagai muslimah yang menutup aurat. "Ada, Mas. Ini fotonya," tunjuk Senja di layar handphonenya. Tak sengaja jemari mereka bersentuhan. Senja segera melepaskan benda pipih itu sampai nyaris terjatuh. Wajahnya memerah seketika. "Ma-- maaf, nggak sengaja," ujar Awan begitu gugup melihat ekspresi Senja yang tak biasa itu.

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Cara menyelesaikan masalah

    "Besok siang antar aku bertemu kepala desa ya, Ron." Awan menatap Roni yang baru saja menyeruput kopinya. "Buat apa, Mas?" "Aku akan bicarakan soal perjanjian nggak masuk akal itu. Kita harus selesaikan semuanya secara kekeluargaan dulu, Ron. Kita panggil saksi, siapa yang cerita pertama kali soal rencana busuk Pak Dimas itu. Apakah benar ada yang mendengar atau cuma isu? Apakah ada bukti atau sekadar katanya katanya saja. Kalaupun memang ada pebisnis lain yang mau beli tanah itu lebih mahal, siapa orangnya. Rencana apa yang akan dia lakukan di daerah kita setelah mendapatkan tanahnya. Semua harus diperjelas, jangan asal tuduh dan sekap. Kalian ini sudah kelewat batas. Mereka orang kaya, kalau keluarganya nggak rela lantas lapor polisi gimana? Kalian yang kena. Kepala desa bisa saja lepas tangan atau tak dapat hukuman karena berduit. Lagi-lagi yang bakal kena imbasnya itu orang kecil. Sudah kubilang dari dulu, jangan mau diperalat dan dimanfaatkan oleh siapapun." Awan kembali menjel

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status