Tap Tap Tap...
Fara mengayunkan langkahnya tergesa-gesa setengah berlari. Bahkan saat menuruni tangga, kecepatannya tak ia kurangi.
"Nak, mengapa kamu berlari seperti itu di dalam rumah." tegur Farzan saat mereka berpapasan dengan Farzan yang baru saja memasuki rumah.
Fara acuh dan melewati sang ayah begitu saja hingga membuat kedua alis pria paruh baya itu saling bertaut erat.
Setibanya di luar rumah, Fara mendapati mobil yang ditumpangi Kenan baru saja akan keluar dari gerbang pekarangan. "KAK KENAN, TUNGGU!!!" teriaknya sekencang mungkin berharap yang diteriaki mendengarkan. Namun sayang itu hanya harapan semu, mobil yang ditumpangi Kenan terus saja berlalu hingga hilang dari pandangannya di ambang gerbang.
Fara tak menyerah, kecepatan langkahnya ia tingkatkan. Hingga tiba di ambang gerbang, gadis itu tertunduk lemas dengan nafas terengah-engah sambil celingak celinguk mencari ke arah mana targetnya berlalu. Namun sayang, di sejauh jarak pandangnya, ia tak menemukan jejak sang target sekalipun. Iapun terduduk lunglai tak mampu lagi berpijak.
Sang satpam yang bertugas menjaga gerbang menghampirinya "Ada apa Nona Fara?" tanyanya bingung bercampur sedikit khawatir.
Fara tak bergeming, gadis itu menunduk dengan pandangan kosong bagaikan raga tanpa jiwa.
Mendapati itu, sang satpam semakin khawatir. Ingin rasanya ia membantu nona nya untuk berdiri, namun segan. Takutnya tindakannya dinilai tak sopan.
Belum juga kebingungan sang satpam terjawab, ia dibuat semakin kebingungan dengan ketibaan Farzan beberapa saat kemudian yang juga dengan nafas terengah-engah. Ternyata sejak tadi pria paruh baya itu ikut berlari mengejar sang Putri. Namun dikarenakan faktur U, kecepatannya jelas kalah dengan kecepatan Fara yang sejatinya lebih muda dan bugar dibandingkan dengannya.
'Apakah Tuan dan Nona sedang bermain kejar-kejaran?' sang satpam meringis dengan pemikiran absurdnya.
Tanpa menghiraukan keberadaan sang satpam, Farzan segera menghampiri sang putri dan menepuk pundak gadis itu "Ada apa nak?" tanyanya mengulang pertanyaan yang juga ditanyakan oleh sang satpam tadi pada Fara.
Namun kali ini Fara bergeming. Gadis itu tersentak sesaat, lalu mendongak dan bertemu tatap dengan sang ayah. "Ayah, hiks..." gadis itu tak sanggup melanjutkan ucapannya dan mulai terisak.
Grep...
Dalam kebingungannya terhadap reaksi sang putri, Farzan langsung merengkuh gadis itu "Ayah di sini nak, ada apa?" tanyanya lagi.
"Hiks... Kak Kenan, Yah... Kak Kenan ninggalin Fara lagi." adu Fara disela isak nya.
"Lagi?" gumam Farzan begitu lirih hingga tak terdengar oleh Fara yang ada di dalam rengkuhannya. Ia benar-benar tidak mengerti maksud ucapan Fara yang menyebutkan kata 'lagi'. Bukankah ini kali pertama Kenan meninggalkan Fara? Lagi pun ini juga kali pertama pertemuan dan perpisahan mereka. Pikir Farzan kebingungan sembari mengingat-ingat. Namun tak urung ia mencoba menenangkan sang putri "Tenang nak, Kenan tidak meninggalkanmu. Dia akan kembali." ucapnya.
Dan membuahkan hasil. Fara mendongak dan sekali lagi bertemu tatap dengan Farzan "Benarkah Yah?" tanyanya memastikan.
"Iya nak. Justru dia pergi untuk mengurus pemindahan tugasnya secara permanen ke Indonesia agar bisa menetap di sini bersama kita. Apa Kenan tidak memberitahumu?" terang Farzan dan Fara hanya menggeleng sebagai jawaban 'tidak' "Hm... Mungkin dia lupa."
Fara tidak langsung percaya. Tatapannya di perdalam ke dalam netra Farzan mencoba mencari kesungguhan di sana. Dan hasilnya, meskipun tidak begitu yakin dengan sorot kesungguhan yang ia temukan, paling tidak Fara tidak menemukan adanya sorot kedustaan. Iapun memutuskan untuk percaya. "Hm.... Mungkin." jawabnya kemudian.
Akhirnya Farzan bisa bernafas lega, telah berhasil menenangkan sang putri. "Ya sudah. Kalau begitu, ayo Ayah bantu berdiri. Kita masuk ke dalam ya!" ajaknya.
"Hm." sahut Fara dan membiarkan sang ayah membantunya berdiri. Lantas mereka pun berlalu dengan Farzan memapah Fara berjalan menuju ke rumah, meninggalkan sang satpam yang hanya bisa melongo setelah menyaksikan drama live 'ku menangis' sepasang ayah dan anak itu.
Setibanya di dalam rumah, mereka singgah di ruang tamu dan Farzan mendudukkan Fara di sofa yang tersedia di sana. Lalu Farzan ikut duduk di samping sang putri. "Mau minum? Biar Ayah ambilkan." tawarnya kemudian.
Dengan cepat Fara menggeleng. Meskipun ia memang haus, ia tidak mau lagi merepotkan sang ayah. Sudah cukup ia membuat Farzan kerepotan, mulai dari mengejarnya hingga membantu memapahnya ke sini. "Tidak Yah, Fara tidak haus." bohongnya.
"Hm... Ya sudah." tanggap Farzan sekenanya, kemudian terdiam seolah tengah memikirkan sesuatu.
"Apa ada yang ingin Ayah tanyain ke Fara?" tanya Fara menebak apa yang sedang dipikirkan pria paruh baya itu.
Farzan bergeming dan menatap lurus pada sang putri "Tadi, kalau tidak salah kamu menyatakan bahwa Kenan meninggalkanmu LAGI. Apa maksudnya? Bukankah ini kali pertama pertemuan dan perpisahan kalian?" akhirnya pertanyaan yang sejak tadi mengusik rasa penasarannya terlontar juga dengan menekankan kata 'LAGI'.
"Ugh..." Fara tertegun, sepertinya tanpa sadar ia kelepasan tadi. Sebenarnya ia ingin mengelak, namun ia tak tega membohongi sang ayah. "Emmm...?" gadis itu tampak berpikir bagaimana cara menjelaskannya "Apa Ayah ingat seminggu paska kematian Ibu?" tanyanya ragu-ragu kemudian.
Sejenak Farzan terdiam menerawang ke masa itu. Kemudian dengan pasti ia mengangguk "Lumayan." jawabnya.
"Kalau begitu, Ayah pasti ingat kan sama anak didik Ayah yang sering menemani Ayah saat menjenguk Fara?"
Lagi, sejenak Farzan terdiam menerawang. Sesaat kemudian ia sedikit tersentak seolah baru saja menyadari sesuatu. "Oooh, jadi begitu. Ayah mengerti sekarang." ujarnya sambil manggut-manggut.
"Hm." sahut Fara seadanya.
Namun sepertinya Farzan tidak puas atas jawaban yang ia dapati, atau masih ada yang ingin ia tanyakan. Benar saja, setelah kembali terdiam selama beberapa saat, Farzan kembali bertanya "Lalu mengapa kamu sesedih itu ditinggalkan oleh Kenan. Perasaan, sejauh pengetahuan Ayah, semua pertemuan kalian tidak terlalu berkesan. Bahkan, kamu terkesan tidak peduli dengan keberadaannya?"
Sumpah demi apapun, kalau bisa, Fara benar-benar tidak ingin menjawab pertanyaan ini. Pertanyaan yang sejak tadi ia wanti-wanti, berharap Farzan tidak menanyakannya. Tiba-tiba saja lidahnya terasa keluh untuk sekedar berucap.
"Hmm...?" kedua alis Farzan saling bertaut mendapati Fara tak kunjung menjawab selang sekian waktu berlalu "Ada apa nak?"
Fara tidak bergeming. Gadis itu membeku seperti patung hidup, hanya matanya yang terlihat mengerjap sesekali.
Tiba-tiba sebuah gagasan absurd yang entah datang dari mana, terlintas di benak Farzan. Pria paruh baya itu pun memicingkan matanya lurus pada sang putri "Jangan-jangan___"
"A-Ayah jangan berpikir yang tidak-tidak!" selak Fara gelagapan seolah tahu lanjutan ucapan Farzan.
"Berpikir yang tidak-tidak?" Farzan semakin memicingkan matanya "Memangnya kamu tahu apa yang Ayah pikirkan?" pancingnya.
"Ugh..." sekali lagi Fara tertegun.
"Hayo, coba katakan apa yang Ayah pikirkan!" desak Farzan menggoda. Pria paruh baya itu sebisa mungkin menahan senyum, mendapati wajah sang putri mulai memerah. "Hayo, apa?"
Semakin gelagapan lah Fara dibuatnya. Tiba-tiba wajahnya terasa panas. Ia yakin saat ini wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus.
Farzan geleng-geleng kepala sembari tersenyum lucu melihat gelagat sang putri "Jadi, sejak kapan?" lanjutnya bertanya saat Fara masih saja bungkam.
"Se-sejak kapan, apa?" balik tanya Fara pura-pura tak mengerti.
Sshh...
Farzan mendesis gemas. "Sejak kapan kamu JATUH CINTA pada Kenan, SUAMIMU" terangnya pada akhirnya, sengaja menekankan kata-kata 'JATUH CINTA' dan 'SUAMIMU'.
Skakmat gak tuh. Fara benar-benar dibuat tak bisa mengelak. Sekeras apapun ia berusaha, Farzan tidak akan terkecoh. Pasalnya, tanpa bibirnya berucap mengakui, ekspresinya sudah mengungkapkan bahwa tebakan Farzan memang benar adanya bahwa Fara memang mencintai Kenan, suaminya.
"Hmm... Ayo katakan! Tenang saja, Ayah akan merahasiakannya kalau kamu maunya begitu." bujuk Farzan semakin menahan senyum. Mungkin yang ia rasakan sekarang sama dengan yang dirasakan Kenan saat menggoda Fara, pertunjukan yang menghibur.
Fara menggigit bibir bawahnya cukup keras "A-Ayah janji?" tanyanya memastikan pada akhirnya.
"Iya." jawab Farzan singkat nan tegas.
"Mungkin, sejak hari ke lima pada pertemuan pertama kami." cicit Fara menunduk hampir tak terdengar oleh Farzan.
Untungnya Farzan mempunyai indera pendengaran yang masih baik, meski sudah berumur. "Selama itu?" tanyanya sedikit terkejut.
Fara hanya mengangguk sembari terus menunduk, sangat malu untuk sekedar bertemu tatap dengan Farzan.
Kenan tiba di Kanada sekitar pukul 2 dini hari dan langsung menuju mansion nya untuk beristirahat. Rencananya Kenan akan berada di Kana selama 3 hari. Semua itu telah ia estimasikan dengan baik untuk menyelesaikan semua keperluannya.Jika ada yang bertanya, mengapa selama ini Kenan memilih Kanada sebagai tempatnya bertugas? Jawabannya sederhana. Yakni, karena Kanada adalah negara dengan pengetahuan medis terbaik di dunia. Alasan lainnya adalah mentor nya sebagai dokter spesialis penyakit dalam merupakan seorang bertanah kelahiran negara berjulukan 'Pecahan Es' itu. Jadi, itulah intinya alasan Kenan selama ini menapaki karirnya di Kanada.Keesokan harinya, usai sarapan Kenan segera menuju rumah sakit tempatnya bekerja. Rumah sakit milik sang mentor, Logan's Hospital. Nama sang mentor adalah Berhan Logan. Namun tidak seperti Kenan dan Farzan yang hubungan mereka layaknya anak dan ayah, hubungan Kenan dan Berhan murni antara anak didik dan sang
"Mengapa tiba-tiba Ken?" Berhan sangat terkejut setelah membaca surat pemindahan tugas yang diajukan Kenan. Bukan karena apa, kalau itu dokter lain, tanpa banyak bertanya akan langsung disetujuinya pemindahannya. Tapi ini dokter sekaliber Kenan, sangat sulit mendapatkan penggantinya, bahkan mungkin mustahil.Ya, kini Kenan tengah berada di ruang direktur utama sekaligus pemilik Logan's Hospital, tepatnya di ruangan Berhan."Maaf Prof, keadaan yang mengharuskan ku." jawab Kenan ambigu."Keadaan?" kedua alis Berhan saling bertaut "Maksudnya?""Ya, keadaan. Sekarang aku tidak sendiri lagi, aku sudah memiliki keluarga yang menjadi tanggung jawabku." jelas Kenan singkat."Keluarga?" sepertinya Berhan belum sepenuhnya connect "Keluarga panti asuhan tempatmu dibesarkan? Bukankah itu sudah sejak dulu?" tebaknya gagal paham."Bukan Prof." Kenan menarik nafas dalam-dal
3 hari kemudian...Kini Kenan sudah duduk anteng di dalam jet pribadinya yang akan lepas landas beberapa saat lagi mengantar kepulangannya ke Indonesia, tanah air tercinta. Ternyata estimasi waktu yang telah ia perhitungkan untuk menyelesaikan segala keperluannya di Kanada melenceng satu hari lebih lama.Penyebabnya, siapa lagi kalau bukan Gabela. Saat mengetahui Kenan akan pindah tugas secara permanen, terlebih dengan alasan kepindahannya yang tidak lain karena telah menikah, membuat gadis itu benar-benar shock dan memberontak tidak terima.Berbagai upaya Kenan dan Berhan lakukan untuk menenangkan Gabela serta memberinya pengertian agar bisa menerima keadaan. Gabela yang mengerti tidak dapat merubah apapun, akhirnya dengan berat hati mau menerima keadaan. Entah ikhlas atau tidaknya, hanya Gabela yang tahu. Namun ia tidak serta merta menerimanya. Sebagai gantinya ia mengajukan sebuah syarat yang mengharuskan dirinya dan
Hari ini Fara mengawali paginya dengan perasaan berkecamuk. Gugup, senang serta gundah berpadu menjadi satu kesatuan mengobrak abrik hatinya. Ia bingung memikirkan harus bersikap seperti apa nanti di depan suaminya yang ternyata adalah cinta pertamanya.Hal itu Fara pikirkan sejak semalam, tidak, lebih tepatnya kemarin siang sejak Nabila memberitahukan kabar kepulangan Kenan. Ia mungkin tidak akan mengetahui kabar itu jika sang sahabat tidak memberitahukannya secara langsung. Padahal kabar itu menjadi trending utama di forum chat resmi para pegawai NK Hospital, bahkan hampir di seluruh jejaring sosial resmi. Hanya saja sejak pernikahan Bagus dan Sherina dipublikasikan, ia menjauh dari situs sosial, sebab takut mendapati obrolan publik yang berisi gunjingan terhadap dirinya. Jadilah ia kudet, alias kurang update dengan berita terkini.Pertama kali mengetahui kabar itu, jujur terbesit rasa kecewa yang cukup mendalam di hati Fara. Sempat terpik
"DOKTER KENAN!!!" seruan antusias terdengar dari depan gerbang ketika sebuah mobil ceper panjang mewah memasuki halaman rumah sakit diikuti dua mobil sedan mewah lainnya mengekor di belakangnya. Di dalam mobil ceper panjang mewah tersebut, menampakan sosok Kenan yang duduk di deretan kursi penumpang yang kedua pintu, kanan kirinya diturunkan kacanya.Kenan yang mendapatkan sambutan atas kedatangannya, tersenyum dan melambai sebagai balasan. Bukan mencari perhatian, itu hanyalah bentuk penghargaan Kenan atas sambutan mereka.Hingga akhirnya mobil yang ditumpangi Kenan berhenti tepat di tepi panggung penyambutan. Pria tampan nan rupawan itu pun keluar dari mobil setelah sang sopir membukakan pintu untuknya."DOKTER KENAN!!!" sekali lagi terdengar seruan antusias. Kali ini lebih terkesan histeris.Bagaimana tidak? Kenan yang baru keluar dari mobil sudah lengkap dengan setelan jas dokter yang menjadi day
"Far, lo nyembunyiin sesuatu dari gue kan?" untuk kesekian kalinya Nabila mempertanyakan pertanyaan ini pada Fara. Mulai dari usai sesi menyalami Kenan hingga saat ini, dimana acara penyambutan telah usai dan keduanya sudah berada di ruang kerja mereka."Hufh..." Fara m*ndesah jengah, sahabatnya ini benar-benar gigih "Iya deh, gue ngaku, gue emang lagi nyembunyiin sesuatu dari lo. Tapi, maaf Nab, gue belom bisa ngasih tau lo sekarang."Bukannya Fara ingin menyembunyikan perihal hubungannya dengan Kenan dari Nabila. Hanya saja meski itu pada sahabatnya sekalipun, ia takut jika ia mempublikasikan hubungan mereka tanpa izin sang suami, Kenan akan marah padanya. Sebenarnya ia juga sangat ingin mempublikasikan hubungan mereka. Jujur saja ia sudah benar-benar lelah menjadi bahan gunjingan akibat dikira gagal menikah. Padahal kan tidak, hanya berganti mempelai pria saja. Namun begitulah, karena ingin menghormati dan menjaga citra sang suami yang sa
Waktu bergulir, senja kini berganti malam. Penunjuk waktu sudah menunjukan pukul 20.00 waktu setempat. Kenan dan Fara baru saja selesai bersiap-siap untuk pulang ke rumah.Tentu saja Kenan akan pulang bersama Fara ke kediaman Farzan. Sebenarnya Kenan mempunyai apartemen yang selalu ia tempati setiap ia berada di Indonesia, tanah kelahirannya ini. Biasanya juga ia tinggal di panti asuhan tempat ia di asuh dan di besarkan hingga berusia 13 tahun. Dulu panti asuhan itu sangatlah sederhana yang telah jauh berubah dengan sekarang yang sudah seperti istana.Ya, siapa lagi yang merubahnya jika bukan Kenan. Di awal-awal Kenan mulai bekerja, gajinya ia pusatkan untuk merenovasi panti asuhan tersebut. Dan hasilnya tak tanggung-tanggung, bukan hanya bangunan panti asuhannya yang di renovasi bahkan derajat orang-orang di dalamnya juga ditinggikan. Setiap anak terlantar atau yatim piatu yang tinggal di situ, pendidikannya dibiayai penuh oleh Kenan hingga
Kini Farzan, Fara dan Kenan tengah berkumpul di ruang keluarga kediaman Farzan. Ini adalah rutinitas keluarga Farzan setiap hari, famili time dimalam hari. Demi menjaga keharmonisan dalam keluarga, mereka selalu menyempatkan berkumpul bersama sebelum tidur. Berbagi cerita tentang apa yang mereka lakukan siang harinya, bersenda gurau, dan tak jarang mendiskusikan masalah yang penting.Rutinitas ini sudah berjalan sebelum mendiang Maya, ibu Fara sekaligus istri Farzan kembali kepangkuan ibunda pertiwi. Namun sejak 11 tahun silam, hanya Fara dan Farzan yang menekuninya. Terkadang Ami, tante fara sekaligus adik Farzan beserta keluarga kecilnya juga ikut serta jika sedang menginap di kediaman Farzan. Mulai sekarang dan mungkin hingga seterusnya, Kenan juga akan termasuk diantaranya."Jadi, apa yang akan kalian rencanakan dengan rumah tangga kalian kedepannya?" tanya Farzan pada anak dan menantunya itu, memulai pembicaraan ketika mereka tengah ber