Share

9. Cinta Pertama Fara

Tap Tap Tap...

Fara mengayunkan langkahnya tergesa-gesa setengah berlari. Bahkan saat menuruni tangga, kecepatannya tak ia kurangi.

"Nak, mengapa kamu berlari seperti itu di dalam rumah." tegur Farzan saat mereka berpapasan dengan Farzan yang baru saja memasuki rumah.

Fara acuh dan melewati sang ayah begitu saja hingga membuat kedua alis pria paruh baya itu saling bertaut erat.

Setibanya di luar rumah, Fara mendapati mobil yang ditumpangi Kenan baru saja akan keluar dari gerbang pekarangan. "KAK KENAN, TUNGGU!!!" teriaknya sekencang mungkin berharap yang diteriaki mendengarkan. Namun sayang itu hanya harapan semu, mobil yang ditumpangi Kenan terus saja berlalu hingga hilang dari pandangannya di ambang gerbang.

Fara tak menyerah, kecepatan langkahnya ia tingkatkan. Hingga tiba di ambang gerbang, gadis itu tertunduk lemas dengan nafas terengah-engah sambil celingak celinguk mencari ke arah mana targetnya berlalu. Namun sayang, di sejauh jarak pandangnya, ia tak menemukan jejak sang target sekalipun. Iapun terduduk lunglai tak mampu lagi berpijak.

Sang satpam yang bertugas menjaga gerbang menghampirinya "Ada apa Nona Fara?" tanyanya bingung bercampur sedikit khawatir.

Fara tak bergeming, gadis itu menunduk dengan pandangan kosong bagaikan raga tanpa jiwa.

Mendapati itu, sang satpam semakin khawatir. Ingin rasanya ia membantu nona nya untuk berdiri, namun segan. Takutnya tindakannya dinilai tak sopan.

Belum juga kebingungan sang satpam terjawab, ia dibuat semakin kebingungan dengan ketibaan Farzan beberapa saat kemudian yang juga dengan nafas terengah-engah. Ternyata sejak tadi pria paruh baya itu ikut berlari mengejar sang Putri. Namun dikarenakan faktur U, kecepatannya jelas kalah dengan kecepatan Fara yang sejatinya lebih muda dan bugar dibandingkan dengannya.

'Apakah Tuan dan Nona sedang bermain kejar-kejaran?' sang satpam meringis dengan pemikiran absurdnya.

Tanpa menghiraukan keberadaan sang satpam, Farzan segera menghampiri sang putri dan menepuk pundak gadis itu "Ada apa nak?" tanyanya mengulang pertanyaan yang juga ditanyakan oleh sang satpam tadi pada Fara.

Namun kali ini Fara bergeming. Gadis itu tersentak sesaat, lalu mendongak dan bertemu tatap dengan sang ayah. "Ayah, hiks..." gadis itu tak sanggup melanjutkan ucapannya dan mulai terisak.

Grep...

Dalam kebingungannya terhadap reaksi sang putri, Farzan langsung merengkuh gadis itu "Ayah di sini nak, ada apa?" tanyanya lagi.

"Hiks... Kak Kenan, Yah... Kak Kenan ninggalin Fara lagi." adu Fara disela isak nya.

"Lagi?" gumam Farzan begitu lirih hingga tak terdengar oleh Fara yang ada di dalam rengkuhannya. Ia benar-benar tidak mengerti maksud ucapan Fara yang menyebutkan kata 'lagi'. Bukankah ini kali pertama Kenan meninggalkan Fara? Lagi pun ini juga kali pertama pertemuan dan perpisahan mereka. Pikir Farzan kebingungan sembari mengingat-ingat. Namun tak urung ia mencoba menenangkan sang putri "Tenang nak, Kenan tidak meninggalkanmu. Dia akan kembali." ucapnya.

Dan membuahkan hasil. Fara mendongak dan sekali lagi bertemu tatap dengan Farzan "Benarkah Yah?" tanyanya memastikan.

"Iya nak. Justru dia pergi untuk mengurus pemindahan tugasnya secara permanen ke Indonesia agar bisa menetap di sini bersama kita. Apa Kenan tidak memberitahumu?" terang Farzan dan Fara hanya menggeleng sebagai jawaban 'tidak' "Hm... Mungkin dia lupa."

Fara tidak langsung percaya. Tatapannya di perdalam ke dalam netra Farzan mencoba mencari kesungguhan di sana. Dan hasilnya, meskipun tidak begitu yakin dengan sorot kesungguhan yang ia temukan, paling tidak Fara tidak menemukan adanya sorot kedustaan. Iapun memutuskan untuk percaya. "Hm.... Mungkin." jawabnya kemudian.

Akhirnya Farzan bisa bernafas lega, telah berhasil menenangkan sang putri. "Ya sudah. Kalau begitu, ayo Ayah bantu berdiri. Kita masuk ke dalam ya!" ajaknya.

"Hm." sahut Fara dan membiarkan sang ayah membantunya berdiri. Lantas mereka pun berlalu dengan Farzan memapah Fara berjalan menuju ke rumah, meninggalkan sang satpam yang hanya bisa melongo setelah menyaksikan drama live 'ku menangis' sepasang ayah dan anak itu.

Setibanya di dalam rumah, mereka singgah di ruang tamu dan Farzan mendudukkan Fara di sofa yang tersedia di sana. Lalu Farzan ikut duduk di samping sang putri. "Mau minum? Biar Ayah ambilkan." tawarnya kemudian.

Dengan cepat Fara menggeleng. Meskipun ia memang haus, ia tidak mau lagi merepotkan sang ayah. Sudah cukup ia membuat Farzan kerepotan, mulai dari mengejarnya hingga membantu memapahnya ke sini. "Tidak Yah, Fara tidak haus." bohongnya.

"Hm... Ya sudah." tanggap Farzan sekenanya, kemudian terdiam seolah tengah memikirkan sesuatu.

"Apa ada yang ingin Ayah tanyain ke Fara?" tanya Fara menebak apa yang sedang dipikirkan pria paruh baya itu.

Farzan bergeming dan menatap lurus pada sang putri "Tadi, kalau tidak salah kamu menyatakan bahwa Kenan meninggalkanmu LAGI. Apa maksudnya? Bukankah ini kali pertama pertemuan dan perpisahan kalian?" akhirnya pertanyaan yang sejak tadi mengusik rasa penasarannya terlontar juga dengan menekankan kata 'LAGI'.

"Ugh..." Fara tertegun, sepertinya tanpa sadar ia kelepasan tadi. Sebenarnya ia ingin mengelak, namun ia tak tega membohongi sang ayah. "Emmm...?" gadis itu tampak berpikir bagaimana cara menjelaskannya "Apa Ayah ingat seminggu paska kematian Ibu?" tanyanya ragu-ragu kemudian.

Sejenak Farzan terdiam menerawang ke masa itu. Kemudian dengan pasti ia mengangguk "Lumayan." jawabnya.

"Kalau begitu, Ayah pasti ingat kan sama anak didik Ayah yang sering menemani Ayah saat menjenguk Fara?"

Lagi, sejenak Farzan terdiam menerawang. Sesaat kemudian ia sedikit tersentak seolah baru saja menyadari sesuatu. "Oooh, jadi begitu. Ayah mengerti sekarang." ujarnya sambil manggut-manggut.

"Hm." sahut Fara seadanya.

Namun sepertinya Farzan tidak puas atas jawaban yang ia dapati, atau masih ada yang ingin ia tanyakan. Benar saja, setelah kembali terdiam selama beberapa saat, Farzan kembali bertanya "Lalu mengapa kamu sesedih itu ditinggalkan oleh Kenan. Perasaan, sejauh pengetahuan Ayah, semua pertemuan kalian tidak terlalu berkesan. Bahkan, kamu terkesan tidak peduli dengan keberadaannya?"

Sumpah demi apapun, kalau bisa, Fara benar-benar tidak ingin menjawab pertanyaan ini. Pertanyaan yang sejak tadi ia wanti-wanti, berharap Farzan tidak menanyakannya. Tiba-tiba saja lidahnya terasa keluh untuk sekedar berucap.

"Hmm...?" kedua alis Farzan saling bertaut mendapati Fara tak kunjung menjawab selang sekian waktu berlalu "Ada apa nak?"

Fara tidak bergeming. Gadis itu membeku seperti patung hidup, hanya matanya yang terlihat mengerjap sesekali.

Tiba-tiba sebuah gagasan absurd yang entah datang dari mana, terlintas di benak Farzan. Pria paruh baya itu pun memicingkan matanya lurus pada sang putri "Jangan-jangan___"

"A-Ayah jangan berpikir yang tidak-tidak!" selak Fara gelagapan seolah tahu lanjutan ucapan Farzan.

"Berpikir yang tidak-tidak?" Farzan semakin memicingkan matanya "Memangnya kamu tahu apa yang Ayah pikirkan?" pancingnya.

"Ugh..." sekali lagi Fara tertegun.

"Hayo, coba katakan apa yang Ayah pikirkan!" desak Farzan menggoda. Pria paruh baya itu sebisa mungkin menahan senyum, mendapati wajah sang putri mulai memerah. "Hayo, apa?"

Semakin gelagapan lah Fara dibuatnya. Tiba-tiba wajahnya terasa panas. Ia yakin saat ini wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus.

Farzan geleng-geleng kepala sembari tersenyum lucu melihat gelagat sang putri "Jadi, sejak kapan?" lanjutnya bertanya saat Fara masih saja bungkam.

"Se-sejak kapan, apa?" balik tanya Fara pura-pura tak mengerti.

Sshh...

Farzan mendesis gemas. "Sejak kapan kamu JATUH CINTA pada Kenan, SUAMIMU" terangnya pada akhirnya, sengaja menekankan kata-kata 'JATUH CINTA' dan 'SUAMIMU'.

Skakmat gak tuh. Fara benar-benar dibuat tak bisa mengelak. Sekeras apapun ia berusaha, Farzan tidak akan terkecoh. Pasalnya, tanpa bibirnya berucap mengakui, ekspresinya sudah mengungkapkan bahwa tebakan Farzan memang benar adanya bahwa Fara memang mencintai Kenan, suaminya.

"Hmm... Ayo katakan! Tenang saja, Ayah akan merahasiakannya kalau kamu maunya begitu." bujuk Farzan semakin menahan senyum. Mungkin yang ia rasakan sekarang sama dengan yang dirasakan Kenan saat menggoda Fara, pertunjukan yang menghibur.

Fara menggigit bibir bawahnya cukup keras "A-Ayah janji?" tanyanya memastikan pada akhirnya.

"Iya." jawab Farzan singkat nan tegas.

"Mungkin, sejak hari ke lima pada pertemuan pertama kami." cicit Fara menunduk hampir tak terdengar oleh Farzan.

Untungnya Farzan mempunyai indera pendengaran yang masih baik, meski sudah berumur. "Selama itu?" tanyanya sedikit terkejut.

Fara hanya mengangguk sembari terus menunduk, sangat malu untuk sekedar bertemu tatap dengan Farzan.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Saripah Saripah
seru juga sih tapi kenapa harus pake koin..emang gak bisa apa langsung baca gitu jadi tambah kurang minat pembacanya
goodnovel comment avatar
Fazli Avana
seru bangat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status