Karena kecelakaan itu, membuat kehidupan Barbara berubah. Gadis dengan predikat gadis tercantik ini telah berubah menjadi gadis cacat dan menyedihkan. Tak ada yang tak mengenal sosok gadis idol kampus yang bernama Barbara ini. Gadis yang sering dipanggil Barbie karena mirip dengan karakter boneka Barbie. Akan tetapi selain cantik dan bertalenta, ia juga terkenal sangat angkuh dan sombong. Sangat banyak yang berharap Barbara mendapatkan karma dari kesombongannya. Tiba-tiba saja segalanya menjadi mimpi buruk. Leo mencampakkannya dan memilih Selen, sahabat karibnya. Hampir saja Barbara kehilangan kendali, sampai pada hari ia bertemu Ovan. Saat itulah ia menemukan harapan, tapi tak sepenuhnya kenyataan itu adalah titik akhir sebuah penderitaan. Nyatanya, Ovan adalah pria bayaran mamanya di Belanda, sebagai sarana untuk menguasai harta ayahnya. "Kau brengsek Ovan!" "Tanyakan pada mamamu, kenapa dia begitu serakah? Jika aku mau, aku akan mengambil segalanya. Hanya saja, kau terlalu baik untuk kumanfaatkan."
View More"Ternyata karma sudah sangat nyata diperlihatkan," celetuk seorang gadis yang dilalui Barbara dengan tatapan sinis kepadanya. "Lihat saja, dulu dia berjalan begitu sombongnya. Seakan akan dia paling cantik di dunia ini."
"Hmm, betul. Dulu aku pernah menyapa, tapi caranya bicara seolah kita ini ga ada harga diri, dianggap kotoran burung," sahut temannya."Aku dengar, Leo malah pacaran sama Selen loh...tau kan, sahabatnya itu makin lengket sama Leo," bisik-bisik yang cukup jelas berdengung di telinganya."Tau rasa, makanya jangan sombong kalau jadi orang. Toh kalau sudah cacat begitu, ga bakalan Leo melirik dia."Telinga Barbara memerah. Beberapa anak duduk bergerombol di tepian jalan yang dilewatinya itu, menatap Barbara dengan tatapan sinis dan mencibir.Ucapan itu sangat menyakiti perasaannya. Akan tetapi, mau bagaimana lagi, ucapan mereka tak sepenuhnya salah. Ia dulu merasa terlalu sibuk jika untuk bersikap akrab dengan teman-teman kampusnya. Ia lebih memilih bersikap cuek, acuh tak acuh, dan tidak banyak bergaul.
Ia terbiasa bersikap seperti itu di mana pun, di kampus, bahkan di rumahnya. Hal itu ia baru saja menyadarinya sebagai sikap yang ternyata dianggap kesombongan.
Adapun Leo, adalah yang terburuk. Kekasihnya yang selama ini dipercaya sepenuh hati malah menjalin hubungan di belakangnya, dengan sahabat karibnya sendiri. Saar dia membutuhkan seseorang yang bisa membuatnya tegar, Leo justru menambah luka semakin jadi.Barbara yang tadinya menunggu supir pribadinya di atas kursi roda miliknya, akhirnya memutuskan untuk memberhentikan taksi. Supir pribadinya tak juga ada jawaban padahal cuaca panas dan terik di halaman parkir ini.
Kalau saja bukan karena ia bertekad harus menyelesaikan dengan segera pasca sarjana ini, ia memilih untuk duduk di rumah dan cuti dua atau tiga tahun lamanya hingga kakinya pulih. Akan tetapi, ia tak ingin membuang waktu dan harus segera menyelesaikan kuliahnya demi pergi ke Belanda, ia sudah sangat merindukan mamanya.
*****Selama menunggu taksi, Barbara teringat kejadian yang menimpanya saat itu. Ya, dia memang bodoh. Begitu percaya pada sahabat dan pacarnya. Ah, tunggu! Mantan sahabat dan mantan pacarnya.
Tepat sehari setelah hari ulang tahun Barbara yang ke-20, Barbara menerima panggilan dari Selen untuk perayaan spesial di sebuah kafe. Katanya, itu adalah hadiah spesial dari Selen untuknya. Barbara juga menyetir sendiri karena keduanya berjanji akan ke pantai setelah bertemu di kafe. Baru saja keluar dari komplek di persimpangan perumahan, tiba-tiba sebuah truk menghantam dari sisi kanan mobilnya. Untungnya, hanya kakinya yang terjepit dasboard, sehingga bagian tubuhnya yang lain baik-baik saja, meski hanya luka ringan.
Kejadian itu masih menyisakan trauma sehingga Barbara belum punya mental untuk menyetir sendiri saat ini. Satu tahun lamanya pemulihan yang sangat menyakitkan, Leo bahkan mulai sangat jarang menghubungi dirinya meskipun sekedar menghiburnya.
"Leo, apakah kau sibuk hari ini? Maafkan aku karena sekarang aku menjadi seperti ini, Leo. Aku terlalu merepotkan bukan? Akan tetapi dokter mengatakan bahwa kakiku akan baik baik saja."
"Barbara, aku sedang mengerjakan tugas sekarang ini. Kau tahu kan, aku cukup payah menyelesaikan tugas akutansi."
"Hmm, siapa yang membantumu sekarang ini?" tanya Barbara hati-hati.
"Selen. Aku mau minta tolong Selen saja. Setelah itu aku akan menemuimu, gimana?"
Barbara tak pernah merasa curiga meskipun kejadian semisal itu sering kali berulang. Mereka bahkan datang bersama saat menemuinya. Barbara sama sekali tak merasa curiga hingga sebuah kejadian menyadarkan dirinya.
Saat itu, Leo seakan bergantung pada Selen, hingga Barbara tidak punya ruang sama sekali di antara mereka berdua. Namun, Barbara membiarkannya karena tahu kehadiran Selen membantu Leo. Hingga suatu saat, Barbara melihat dengan kedua matanya sendiri bagaimana Leo dan Selen bermesraan di rumah Selen. Dengan ciuman panas tak melihat situasi, Barbara terkejut setengah mati.
"Selen...Leo... apakah ini yang kalian lakukan di belakangku?" ujarnya sangat lirih, namun cukup mengejutkan kedua insan itu. Mereka sepertinya tak menyadari kehadiran Barbara yang melihat perbuatan mereka.
"Barbara...aku...." Leo bangkit dari duduknya menghampiri Barbara. Bisa ia rasakan kekecewaan Barbara yang sangat mendalam.
"Leo, aku sungguh terkejut. Dan kau, Selen, aku membawakan kue kesukaanmu," kata Barbara sembari meletakkan dua kotak kue lalu membalikkan tubuhnya menghindari Leo yang mendekatinya. Ia tak mau Leo semakin memangkas jarak kecanggungan yang tercipta.
"Barbara..."
Barbara hanya bisa menangis menyesali apa yang telah dilihatnya malam itu. Air mata tak berhenti mengalir meskipun ia berusaha tegar. Hatinya sungguh terluka. Kenapa harus Selen? Kenapa ia selalu mengira semua ini tak mungkin terjadi? Luka itu sangat mendalam, sehingga Barbara hampir mati rasa.
"Hi, kau mau naik taksi? Ayo, aku bantu." Sebuah suara mengejutkan Barbara dan mengembalikan dirinya pada kenyataan bahwa tak ada satu pun taksi berhenti untuknya.
"Apakah kisah kita juga termasuk yang unik?" kali ini Risa berkata sambil senyum-senyum."Kita? Apa kau sungguh mencintaiku?""Jawab saja pertanyaanku!"Drett dreett dreett!Ponsel Dave berdering dan pria itu lalu mengambil ponsel di sakunya.["Halo, ada apa?"]["Kenapa galak begitu? Aku mengganggumu?"]["Tidak, tapi kau merusak aktifitasku."]["Oh sayangku, tapi hari ini kau harus segera datang karena ini sangat penting, Dave."]["Barbara, kau selalu saja menganggap penting masalahmu. Kau bisa bilang dari sekarang, ada apa dan kenapa kami harus datang?"]["Terserah, kau harus datang! Titik!"]Klep!"Siapa?" Risa bertanya."Siapa lagi kalau bukan saudara perempuanku yang bawel itu, heh?" kata Dave, tapi dia malah tersenyum. "Bersiaplah, kita harus datang ke rumah mereka."Tak ada jawaban, Risa hanya bergegas sesuai kata Dave. Di rumah Anton Bagaskara, mereka berkumpul dengan aneka macam hidangan. Mereka dengan sengaja mengundang Dave dan Risa dan juga Veina.Anton Bagaskara terlihat
Pagi mulai merayap memancarkan sinarnya. Dari setiap asa yang terbersit, selalu ada cara untuk menempuh harapan yang ingin ia wujudkan.Harapan terbesar yang hampir ingin dicapai manusia adalah mereka ingin menikmati bahagia di hari ini.Doa dilantunkan, dipanjatkan demi mengharapkan takdir yang baik untuk dirinya dan orang yang dicintainya.Siapa yang tak ingin bahagia?Mustahil bagi manusia untuk berharap tidak bahagia.Akan tetapi pada sebagian hidup yang ia jalani, ia harus menempuh ujian sampai ia akan tahu di akhir ujian itulah kebahagiaan yang sebenarnya.Bahagia itu relatif, demikian kata sebagian orang.Seorang yang membutuhkan uang, ia akan bahagia saat mendapatkan uang yang ia inginkan.Seorang yang membutuhkan kasih sayang, maka ia akan mengharapkan kasih sayang dan cinta dan ia akan bahagia karenanya.Sebagian orang memilih untuk tidak perduli dengan pencapaian orang lain, ia merasa cukup dengan apa yang ada pada dirinya, bersyukur dengan apa yang ia miliki.Ia menutup ma
"Maafkan Ceila, Bu. Dia sedikit takut," kata Risa dengan memeluknya."Takut? Apa ini? Kenapa dia harus takut denganku?" heran Veina."Mom, kau memang menakutkan, Ceila kan belum mengenalmu, jadi wajar kalau dia takut dengan wajah seram Mommy," kata Dave kemudian, dia berbicara dengan sedikit mengulas senyum."Apa apaan, kau omong kosong ya?"Risa ikut tersenyum karena kelakuan Dave yang menggoda ibunya."Masalah ini sedikit rumit menjelaskannya, Bu. Yang jelas Ceila tahu Ibu baru di penjara seperti ibunya."Veina merenungkannya, Risa mungkin sedang mengatakan kalau Ceila memiliki traumatis bahkan saat bertemu dirinya."Baiklah, aku bisa mengerti. Padahal aku sangat ingin memeluk cucu Perempuanku, eh, kenapa sampai takut begitu...ufh," keluhnya. "Tapi, cepatlah berkumpul bersama Barbara, kita harus punya foto kenangan yang bagus, oke?""Baik, Bu."Risa akhirnya membujuk Ceila untuk berkumpul bersama keluarga dan mengatakan bahwa Selen tidak mungkin ada di tempat pesta tersebut. Ia sung
"Anu...kamu sekarang...""Ya, tentu saja aku harus ada di sini, ini adalah pernikahan putriku. Bagaimana kabar kalian, apakah semua baik?""Iya... tentu saja kami baik. Dan kamu, apakah menetap di sini sekarang? Aku dengar kamu ada di Belanda.""Benar, aku memang di Belanda kemarin, tapi sekarang aku akan menetap di sini.""Di rumah ini?" kata salah seorang menyahut."Tidak. Sekarang aku masih dalam masa tahanan, tapi kalau sudah bebas nanti, aku mungkin akan membeli rumah di sekitar sini.""Apa maksudmu dalam masa tahanan? Apa kau.... melakukan kejahatan?" tanya salah satunya ragu, sementara yang lain saling melihat. Mereka makin memperhatikan penampilan Veina yang sangat mewah dan mencolok, memangnya kejahatan apa yang dia perbuat?Pandangan mata mereka mulai berubah canggung, sepertinya ada sedikit rasa takut pada Veina."Jangan kuatir, aku bukan pembunuh kecuali dengan terpaksa," kata Veina dengan tersenyum yang membuat para wanita itu semakin gugup.Saat itu Lena juga ikut mendek
Warna bahagia meliputi suasana sebuah aula pertemuan milik Anton Bagaskara. Gedung megah itu memiliki kesibukan yang tak biasa pada hari itu.Penjagaan ketat di berbagai tempat samasekali tidak menghilangkan suasana rileks dan bersahabat menyambut siapapun yang hadir dalam undangan pernikahan Ovan dan Barbara.Bahkan saat mereka melihat semakin ke dalam, maka mereka akan menyaksikan lebih banyak keindahan dan suasana bahagia yang semakin kentara."Aku merasa gaun ini menonjolkan bentuk perutku yang semakin besar, suamiku. Apa ini masih enak dilihat? Jangan salah faham, aku bukan malu karena hamil, tapi aku kasihan kalau sampai desainer pakaian ini kecewa saat melihatku dalam bentuk tubuh seperti ini," katanya.Ovan hanya tersenyum geli karena Barbara malah sangat gugup dengan bentuk tubuhnya."Kau memang sangat jelek sekarang ini. Tapi itu sih bukan salahku."Mendengar jawaban Ovan yang tak memiliki beban itu Barbara jadi sangat kesal."Kau bilang tak bersalah? Baiklah, aku akan memba
Persidangan berjalan sangat lancar. Sebab, tidak ada bantahan baik itu Selen atau Leo dalam menanggapi dakwaan hakim. Mereka hanya pasrah dan menunduk dalam atas semua yang mereka dengar.Percuma saja melawan, toh semuanya sudah ketahuan."Dengan ini, maka pengadilan hukum pidana memutuskan untuk Nyonya Selen mendapatkan hukuman pidana selama dua belas tahun karena percobaan pembunuhan terhadap sahabatnya sendiri, dan denda senilai lima ratus juta rupiah atas kerusakan yang telah ditimbulkan."Tok Tok Tok!Suara riuh menggema di dalam ruangan tersebut. Mereka senang dengan keputusan hakim atas Selen."Selain itu, kami juga memutuskan untuk menjatuhkan hukuman kepada Saudara Leo selama sepuluh tahun penjara karena telah menyembunyikan bukti dan percobaan pelecehan kepada saudara Barbara."Tok Tok Tok!Kembali suara riuh ruangan itu menggema atas apa yang mereka dengar dari keputusan hakim.Tidak ada lagi keberatan yang akan mereka, Leo dan Selen sampaikan kecuali pasrah dengan putusan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments