Home / Horor / Suara Ketukan Di Tengah Malam / Suara Ketukan Di Pintu

Share

Suara Ketukan Di Pintu

Author: Norain Norsa
last update Last Updated: 2023-02-10 09:01:54

Karenina melangkah dengan cepat. Dia ingin segera meninggalkan rumah makan. Segera, dia menuju mobil yang terparkir di halaman rumah makan.

Ayah dan ibunya saling pandang kebingungan. Melihat Karenina yang terlihat begitu tergesa-gesa. Namun, mereka lebih memilih diam dan mengikuti langkah Karenina.

Mobil melaju pelan di jalan yang masih berbatu. Suara hening menyelimuti sepanjang perjalanan pulang. Sampai akhirnya, Pak Jeremy memulai pembicaraan.

"Karen, kenapa kamu pengen cepat-cepat pulang?" tanya ayah Karenina.

"Aku takut, Pa," sahut Karenina.

"Takut apa?" tanya ayahnya penasaran.

"Kalian bilang di rumah makan banyak orangnya. Tetapi, aku cuma liat 3 orang pengunjung. Belum lagi, ada orang berwajah pucat dari arah dapur," jelas Karenina.

Pak Jeremy dan Ibu Renata bingung dengan jawaban Karenina. Jelas mereka melihat, bahwa rumah makan memang sedang ramai.

Tiba-tiba dari arah berlawanan, sebuah kendaraan melaju kencang ke arah mereka. Seketika itu juga, tabrakan tak bisa terelakkan. Beruntung, Pak Jeremy sempat membanting setir, mengurangi efek kecelakaan.

"Uh, sa ... sakit," keluh Karenina.

"Ayo, kita keluar pelan-pelan," kata Pak Jeremy seraya mendorong pintu mobil.

Orang-orang berlarian menghampiri ke arah mereka. Beberapa orang, sibuk mengabadikan kecelakaan tersebut dengan kamera ponsel.

"Sialan, bukannya bantuin malah bikin video. Engga di kota, engga di desa, sama aja!" gerutu Karenina sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing.

Karenina bersandar ke sebuah kursi, dibantu oleh orang-orang sekitar. Darah segar mengalir dari pelipisnya. Ayahnyanya terlihat terluka di tangan. Sedangkan Ibunya, direbahkan ke teras rumah warga karena pingsan.

"Kegelapan tengah menyambutmu. Tuntaskan masa lalu agar mereka melepaskanmu," ujar seorang lelaki tua pada Karenina.

"Ma ... Maksudnya apa?" tanya Karenina heran.

"Ini hanyalah awal. Akan datang lebih banyak teror. Segera ungkap masa lalu yang mengikatmu." Lelaki tua berpakaian ala jagoan bahari itu merapal sesuatu. Lalu, dia meniupkan napas ke arah Karenina.

"Apaan, sih?! Ga jelas banget!" sahut Karenina ketus.

Lelaki tua itu pun, meninggalkan Karenina yang masih kebingungan. Karenina tak bisa menangkap maksud ucapan bapak tua tersebut. Namun, tak lama kemudian, sosok tersebut sudah tak terlihat lagi.

*****

Karenina segera merebahkan badannya ke kasur. Seluruh badannya terasa sakit akibat tabrakan sore tadi. Beruntung, warga sekitar sigap menolong. Sehingga dia bisa langsung mendapatkan tindakan pertama. Jika tidak, tentu cedera yang semula ringan bisa menjadi fatal.

Pikiran gadis manis ini kembali terusik. Ucapan si bapak tua begitu membekas di ingatannya. Saat itu, dia masih terkejut akibat kecelakaan. Lalu, tiba-tiba didatangi oleh lelaki tua berpakaian aneh.

Ditambah, tak ada seorang pun yang melihat lelaki tua tersebut. Kata orang-orang, Karenina berbicara sendiri. Warga sekitar pun mengira, Karenina meracau akibat shock karena kecelakaan. Sungguh di luar nalar, pikir Karenina.

"Tok Tok Tok"

Terdengar suara ketukan dari pintu. Segera, Karenina melangkah ke arah pintu kamarnya. Saat dibuka, tak ada seorang di sana.

"Mungkin aku salah dengar," kata Karenina, lalu berjalan ke arah ranjang, setelah dia menutup pintu kamar.

Karenina mengganti bajunya dengan piyama tidur. Dia harus segera tidur, agar besok tidak bangun kesiangan. Besok adalah hari pertamanya bersekolah di desa Sinsani.

Tak lama kemudian, Karenina sudah mulai mengantuk. Samar-samar, terdengar bunyi ketukan dari arah lemari. Namun, Karenina tak memperdulikannya. Rasa kantuk begitu membelenggu. Setelahnya, dia sudah tertidur dengan lelap.

"Tok Tok Tok"

Suara ketukan kembali terdengar saat tengah malam. Karenina di antara rasa kantuknya, melangkah ke arah pintu. Saat membuka pintu, lagi-lagi tak ada orang didapatinya.

Keesokan harinya, Karenina telah siap dengan seragam barunya. Dia mengikat rambut dengan gaya ponytail. Sedikit mengoleskan liptint pada bibir, membuat penampilannya terlihat segar.

"Pagi, Pa, Ma," sapa Karenina.

"Pagi. Kamu yakin untuk tetap sekolah hari ini?" tanya Pak Jeremy.

"Iya. Setelah istirahat semalam, badanku sudah kembali segar," jawab Karenina.

Karenina beserta orang tuanya lalu sarapan bersama. Sepiring nasi goreng disuguhkan di hadapan masing-masing. Selesai makan, Karenina segera memakai sepatu miliknya. Dia akan diantar oleh Pak Jeremy ke sekolah.

"Ma, aku berangkat, ya," kata Karenina seraya mencium tangan ibunya.

"Hati-hati," sahut Renata—ibunya Karenina.

"Tenang, engga akan kecelakaan kaya kemarin," sahut Jeremy, seraya mengacungkan dua jempol.

Pak Jeremy mengambil kunci mobil di meja. Untungnya, dia memiliki dua mobil. Sehingga tak perlu menunggu perbaikan mobil yang satunya. Sebagai orang kaya, dia memang biasa membeli banyak mobil. Namun, yang dibawa ke desa hanya dua buah.

*****

"Jadi, kamu tinggal di mana?" tanya perempuan berambut sepinggang pada Karenina.

"Di jalan Germai, rumah kayu lantai dua, yang di depannya ada pohon mangga," jawab Karenina.

"Hah? Jalan Germai? Rumah kayu lantai dua? Bu ... bukannya itu rumah angker, ya?" kata Tania—perempuan berambut sepinggang— ketakutan.

"Angker? Engga, ah. Aku enak-enak aja tinggal di situ," sahut Karenina.

"Udah. Jangan ganggu anak baru. Bentar lagi masuk pelajaran kedua," tegur Adrian. Sepintas Adrian menatap Karenina, lalu kembali ke tempat duduknya.

Saat istirahat, ramai anak sekelas berusaha berkenalan dengan Karenina. Karenina menanggapi semua dengan ramah. Namun, mereka ketakutan saat tahu di mana dia tinggal.

Karenina kebingungan dengan sikap teman sekelasnya. Mereka ketakutan, tapi tak memberi tahu apa alasannya.

"Kata orang-orang, dulunya di rumahmu itu pernah terjadi praktek ilmu hitam. Tumbal anak," kata Celline—teman sebangku Karenina.

"Anaknya diapain?" tanya Karenina.

"Entah. Engga ada yang tahu pasti. Tapi, katanya, ada satu anak yang berhasil selamat. Sayangnya, engga ada yang mau cerita sampai akhir," lanjut Celline menjelaskan.

"Aaaaaa."

Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari arah luar kelas. Segera, Karenina dan Celline mendatangi arah suara. Terlihat beberapa anak perempuan tengah kesurupan.

Karenina yang baru pertama kali menemui hal itu langsung panik. Dia ketakutan, saat melihat siswi di sekolah barunya menjerit tanpa henti.

Seorang siswi yang tengah kesurupan berlari ke arah Karenina. Dia menerjang tubuh Karenina dengan tatapan penuh kebencian. Karenina lantas berteriak meminta tolong.

Adrian segera mendorong siswi yang kesurupan. Diletakkannya tangannya ke dahi siswi tersebut. Dia merapalkan sesuatu, hingga akhirnya siswi itu terjatuh tak sadarkan diri.

Beberapa siswi lain ditangani oleh para guru. Mereka melakukan hal yang sama, persis yang dilakukan Adrian. Setelah itu, para siswi dibawa ke mushola sekolah.

Pihak sekolah langsung memulangkan semua murid. Rupanya kejadian serupa sering terjadi. Namun, telah jauh berkurang setelah beberapa waktu lalu.

"Bangsat, ini semua gara-gara kamu!" teriak Selena—teman sekelas Karenina—pada Karenina.

Selena menarik kerah baju Karenina. Luapan kemarahan terpancar dari sorot matanya. Adrian segera menepis tangan Selena dari Karenina.

"Dia engga tau apa-apa, Len," kata Adrian.

"Persetan. Dia tinggal di rumah terkutuk itu, pasti dia penyebab kejadian hari ini!" geram Selena.

Celline segera menarik Karenina menjauh dari Selena. Selena yang melihat itu, berusaha menarik rambut Karenina. Namun, usahanya berhasil ditahan oleh Adrian.

"Lepasin! Dia harus bertanggung jawab buat kejadian hari ini!" jerit Selena.

"Heh, Karenina, pasti kamu udah ngerasain hal aneh saat pindah ke rumah itu, 'kan? Itu karena keluarga kalian udah nempatin rumah terkutuk. Rumah penyihir biadab," teriak Selena.

Adrian segera menarik Selena, untuk menenangkannya. Karenina menatap kepergian mereka. Dia tak menyangka akan disalahkan untuk hal yang tak dipahaminya.

"Celline, apa benar ini salahku?" Karenina menangis seraya menyandar ke tembok kelas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suara Ketukan Di Tengah Malam   tap 2

    Aden dan Serlan berpamitan untuk pulang. Ardan dan Delima pun mengantarkan sampai ke teras rumah. Setelah mobil telah menjauh, barulah Ardan dan Delima masuk ke dalam rumah."Temen Kak Ardan pada lucu, ya. Suka ngelawak," ujar Delima sambil duduk ke sofa."Gitulah. Kadang eror otak mereka tu," sahut Ardan.Delima tersenyum mendengar jawaban Ardan. Tampak Ardan jadi lebih ceria setelah bertemu teman-teman kantornya."Kak, tadi mama nelpon aku. Katanya, boleh engga kalo mama minggu depan main ke sini," kata Delima melaporkan tentang pembicaraannya dengan sang ibunda."Boleh. Kapan aja mau ke sini juga boleh," balas Ardan."Misal mama mau nginep, gimana?""Boleh aja. Tapi, harus kasih tau dulu. Soalnya mau engga mau, kamar yang kamu pakai akan dikasih buat mama tidur pas nginap," sahut Ardan."Kok gitu?" Delima tampak bingung."Kalo ketahuan kita tidurnya beda kamar. Pasti mama engga bakal suka. Kita cuma beruntung, engga ketahuan beda kamar pas di rumah kamu. Lagian, ada alasan kalo kam

  • Suara Ketukan Di Tengah Malam   tap

    ySegera Ardan memakan bakso yang tadi dipesannya. Tak lupa, dia juga memesan segelas es jeruk. Dalam sekejap, bakso yang ada di hadapannya pun tandas tak bersisa."Ngomong-ngomong, Dan, boleh engga kami nanti bertamu ke rumah lu? Yah, semacam perkenalan sama istri lu, gitu," ucap Aden."Ya boleh-boleh aja. Asal jangan dadakan aja. Biar istri gue ada persiapan buat nerima tamu," sahut Ardan seraya mengambil es jeruk yang ada di atas meja."Wih, mantep tu. Terus, gimana ceritanya lu bisa ketemu bini lu? Secara kayaknya dia masih muda banget," tanya Serlan penasaran."Ah, kami ketemu pas acara perpisahan sekolah. Aku datang sebagai alumni, sekalian reuni ama temen-temen seangkatan," tutur Ardan.Alena memilih untuk beranjak dari meja kantin. Topik yang sedang teman-temannya bahas, membuatnya tak nyaman. Segera dia berlalu, dan pergi menuju ke kantor tempatnya bekerja."Eh, Len, tungguin napa!" seru Erin bergegas berdiri dan mengejar Alena yang berjalan cepat."Engga apa-apa, tuh?" tanya

  • Suara Ketukan Di Tengah Malam   Anggota Baru

    "Bu, pesan ayam tepung asam manisnya 2, cumi goreng tepung 1, es teh 2, ya," ucap Ardan memesan makanan pada ibu pemilik warung."Wah, mbak cantik ke sini lagi. Gimana, kemarin suka engga sama jamur goreng tepungnya?" tanya ibu pemilik warung."Suka, Bu. Tapi, lebih suka sama ayam tepung asam manis, soalnya ada asem-asem manisnya," sahut Delima seraya tersenyum.Ibu pemilik warung tertawa mendengar jawaban Delima. Segera, dia mengambilkan pesanan Ardan."Nah, ini silakan dimakan. Semoga rasanya pas," kata si ibu."Pasti pas dong, Bu. Makanya, kami balik ke sini lagi. Rasa makanannya bikin nagih," balas Delima."Haduh, haduh, manis sekali mulut bumil yang satu ini. Silakan dimakan kalo gitu, ibu mau bikin makanan buat pelanggan yang lain," kata si ibu, lalu pergi meninggalkan meja Ardan dan Delima.Ardan dan Delima pun memulai acara makna pagi mereka. Ditemani dengan semilir angin, membuat suasana makan mereka jadi begitu menyenangkan."Gimana? Mau nambah?""Engga, Kak. Ini udah cukup.

  • Suara Ketukan Di Tengah Malam   Tentang Celline

    Delima memakai gelang mutiara pemberian Ardan. Terlihat sangat pas di tangannya yang berkulit kuning langsat.Ardan tersenyum saat melihat gelang pemberiannya langsung dipakai. Begitu mudah menyenangkan perempuan yang ada di hadapannya kini."Sekarang udah jam 10, kita istirahat dulu bentaran. Abis itu nanti kita cari oleh-oleh lagi. Pokoknya jam 3, kita udah siap buat pulang," kata Ardan."Oke, Kak."Delima merebahkan diri ke kasur, dia ingin tidur untuk mengembalikan tenaga yang habis karena bermain tadi. Ardan memilih untuk duduk ke sofa dan menonton tv.Ardan mengambil ponselnya yang ada di atas meja. Menghidupkan daya ponsel yang sedari pagi dia matikan.Beberapa pesan dari kawan dan keluarga mulai berdatangan. Segera, Ardan membalas beberapa pesan.[Gimana liburannya? Delima engga bikin repot, kan?]Sebuah pesan yang dikirim oleh Bu Reni tengah dibaca Ardan.[Liburannya menyenangkan, Ma. Delima aman kok, Ma. Cuma ada sedikit mual muntah karena penciumannya jadi sensitif] balas A

  • Suara Ketukan Di Tengah Malam   Ke Rumah Celline

    Karenina melangkah perlahan menyusuri jalan bersama teman-temannya. Ini baru pertama kalinya dia berjalan ke arah pertigaan.Biasanya, dia hanya melihat Celline berjalan ke sana sampai hilang dibelokan pertigaan. Tetapi, hari ini dia juga ikut, bahkan bersama teman-teman yang lain."Kalo dilihat-lihat, area sini agak serem ya. Pohonnya besar-besar," kata Karenina sambil memeluk erat lengan Celline."Engga papa, kok, Karen. Di sini aman, malah orang-orang kayaknya lebih takut ama rumahmu daripada ama pohon di sini," kata Celline mencoba menenangkan Karenina."Bener? Padahal keadaan rumahku engga seserem itu, kok," balas Karenina bingung."Yah, namanya juga rumahmu banyak diceritain kalo udah jadi rumah angker. Mana kisahnya udah hampir semua orang tau, jadi begitulah," sela Adrian.Karenina mengembuskan napas, bahkan dengan pohon yang terlihat lebih seram saja, rumahnya masih lebih ditakuti orang-orang."Aneh-aneh aja emang warga sini," imbuh Selena."Ngatain warga sini aneh. Kamu juga

  • Suara Ketukan Di Tengah Malam   Ke Pertigaan Jalan

    Adrian dan Karenina melangkah cepat masuk ke dalam rumah. Dalam keheningan, mereka terus mempercepat langkah agar lekas sampai ke kamar Karenina yang ada di lantai 2.Segera Adrian membuka pintu kamar, lalu masuk bersama Karenina. Selena dan Celline yang melihat Adrian begitu tergesa-gesa menjadi penasaran."Ada apa, Dri? Kok kaya dikejar gitu?" tanya Selena pada Adrian yang langsung tersandar ke sisi tembok."Iya. Ada apa? Ada sesuatu di lantai bawah?" tanya Celline pula.Adrian pun akhirnya menceritakan apa saja yang terjadi barusan. Ceritanya pun diamini oleh Karenina. Selena dan Celline yang mendengar pun menjadi ikut merasa takut."Berarti Pak Bandi yang kalian temui di dapur itu asli?" tanya Celline memastikan."Harusnya begitu. Karena pas kami nemuin Kak Gio, Pak Bandi keluar dari rumah sambil bawa teko air panas," sahut Karenina."Betul. Tapi, kami beneran lihat bayangan orang yang sedang tiduran di dalam tenda. Bahkan, Kak Gio juga lihat tadi. Makanya pas Pak Bandi keluar dar

  • Suara Ketukan Di Tengah Malam   Suara Dari Lantai Bawah

    "Lebih baik kita mulai penyelidikan lagi. Celline buku yang kamu pinjam dari perpus tadi mana, ya?" tanya Adrian.Segera Celline memberikan buku yang dibaca Adrian tadi. Buku tentang sejarah pulau Rangit. Lembar demi lembar dibaca Adrian dengan perlahan. Sampai dia menemukan halaman yang membahas soal desa rewangi"Desa Rewangi adalah salah satu dari desa yang ada di Pulau Rangit. Tempatnya cukup terpelosok, karena akses jalan yang sulit untuk dicapai. Jalan berbatu, hingga tanah yang berlumpur, menjadi penghalang untuk orang luar masuk ke desa ini." Adrian membacakan isi buku tersebut."Namun, sebuah kejadian tragis sempat terjadi. Karena suatu hal, sebuah kebakaran hebat terjadi di desa Rewangi. Sehingga, membuat desa Rewangi lumpuh sama sekali. Setelah itu, pemerintah mulai menata kembali desa Rewangi. Kini desa Rewangi sudah menjadi desa yang cukup besar, lagi modern." Adrian menutup buku yang ada di tangannya."Sepertinya lukisan rumah terbakar memang berkaitan dengan desa Rewang

  • Suara Ketukan Di Tengah Malam   Suara Ketukan

    Setelah Karenina keluar bersama Celine, Adrian memilih untuk pergi ke kamar mandi. Sedangkan Selena lebih memilih untuk memakan cemilan yang ada di hadapannya.Tak berapa lama Adrian masuk ke dalam kamar mandi. Tiba-tiba, ada suara ketukan dari luar pintu kamar mandi. Adrian segera menyahut bahwa ia akan keluar sebentar lagi.Lalu setelah selesai dari kamar mandi. Segera Adrian mendatangi Selena dan menanyakan kenapa Selena mengetuk pintu kamar mandi."Kenapa, Sel? Kamu mau ke kamar mandi juga?" tanya Adrian.Selena terkejut dan tak paham dengan apa yang dimaksud Adrian."Apa, sih? Aku dari tadi di sini aja, loh. Lagi makan nugget sama kentang," sahut Selena."Tadi ada yang ngetuk pintu kamar mandi. Yah, aku kira itu kamu yang ngetuk," kata Adrian."Ngetuk pintu? Aku sama sekali engga gerak dari tempat ini, Dri. Suara ketukan? Jangan-jangan ini suara ketukan yang sering dibicarain Karenina. Kita harus cepat-cepat ngasih tahu Karenina sama Celline soal ini," kata Selena cepat."Engga. K

  • Suara Ketukan Di Tengah Malam   Membahas Petunjuk Yang Ada

    Karenina mengeluarkan selembar foto hitam putih, sebuah buku catatan berwarna hitam. Juga, kertas yang berisi tulisan tentang ucapan bapak tua yang bertemu dengannya di hari pertama menginjakkan kaki di pulau Rangit.Segera, Selena mengambil kertas yang diletakkan Karenina. Dia merasa penasaran dengan apa yang tertulis di sana. Karena dia belum diceritakan sepenuhnya tentang kejadian yang pertama menimpa Karenina, yang sampai mengakibatkan kecelakaan."Maksud tulisan ini apa, ya? Maksudnya kita disuruh mengungkap masa lalu yang berhubungan sama Karenina, gitu?" tanya Selena."Kurang lebih begitu. Dan pastinya ini semua berkaitan dengan masa lalu rumah ini, juga tentang sejarah di pulau ini," sahut Adrian.Selena mengangguk. Setelah itu, dia minta diceritakan tentang kejadian yang menimpa Karenina saat baru tiba di pulau Rangit.Karenina pun menceritakan semuanya dari awal sampai akhir. Tak dilebihkan atau dikurangi sama sekali."Berarti yang suara ketukan itu semacam pertanda teror ba

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status