Share

8. Party

"Ta? Saya kira kamu gak datang!"

Memang tidak dipungkiri Genta selalu menghindari undangan pesta yang diselenggarakan di sebuah klub malam.

Apalagi malam ini, undangan yang datang dari seorang aktris ternama ibu kota itu hanya acara ulang tahun yang tidak resmi.

Walaupun bukan termasuk jajaran aktor atau influencer, tetapi Genta dan Zayn merupakan rekan kerja Steffi Kenza—Sang bintang yang tengah berulang tahun, sehingga keduanya secara resmi diundang.

Genta tersenyum kecil melihat reaksi sahabat sekaligus rekan kerjanya—Zayn Javeer.

"Tadinya juga saya gak mau datang. Tapi dari sore, San ngambek dan minta nginep di rumah Eyang nya. Jadilah saya di sini, dari pada di rumah, sendiri," ucap Genta.

Nada nelangsa dari sahabatnya itu membuat Zayn terkekeh. Jarang-jarang San—putra Genta yang menggemaskan itu, merajuk.

"San pasti sangat kesal dengan Papa nya," Zayn tertawa.

Genta mendengus panjang. "Iya, dia bahkan menolak panggilan telepon saya."

'Dan semua itu gara-gara Nagia!'

Zayn makin ngakak mendengarnya.

Genta yang malam ini mengenakan sebuah jaket kulit bewarna hitam dengan balutan kaus putih di dalamnya yang dipadukan celana jeans hitam, sesekali merasa risih dengan pandangan para wanita yang seolah menelanjanginya.

Mungkin tidak akan ada yang menyangka kalau pria matang itu sudah memiliki seorang anak.

Dari tempat duduknya yang berada di area bartender lantai dua, Genta dapat melihat seisi klub di lantai satu.

Matanya memicing melihat satu sosok yang tengah berbincang dengan seorang lelaki di salah satu sofa.

'Nagia?'

Genta terus memperhatikan interaksi keduanya di bawah sana, hingga tidak sadar mengabaikan Zayn yang sejak tadi berbicara.

Merasa diacuhkan, Zayn mengikuti arah pandang Genta.

"Itu, Nagia, kan?" tanya nya dengan tepukan di bahu Genta.

"Hm?" Genta menoleh. "Siapa?" Pria itu balik bertanya sambil mendekat sedikit.

Ingar bingar club yang asing di telinga Genta membuatnya susah menangkap suara Zayn.

"Itu, Nagia!" kata Zayn dengan cukup keras.

"Kamu dari tadi merhatiin dia. Mau berpikir ulang soal kontrak Praz Company?" tanya Zayn.

Genta terdiam. Praz Company adalah rumah produksi yang ia dirikan bersama dengan Zayn, tiga tahun yang lalu.

Praz atau Pramudya dan Zayn, bergerak mewadahi sutradara-sutradara muda yang ingin berkreasi dengan film, webseries, dan short movie.

Selama tiga tahun berkancah di dunia perfilman, Genta tidak banyak terlibat dengan urusan casting dan kontrak kerja sama antara aktor, sutradara, dan rumah produksi.

Ia bekerja dibalik layar sebagai pemimpin utama. Semua yang berhubungan dengan aktor dan aktris, Genta serahkan pada Zayn.

Dua hari yang lalu, ketika Zayn mengajak Genta untuk ikut meeting membahas webseries terbaru mereka, ia baru tahu kalau salah satu pemain yang akan Ikut terlibat sebagai pemeran antagonist adalah Gia.

Dan Genta, menunda kontrak kerja sama dengan Gia. Sampai saat ini, Zayn masih tidak memahami alasan yang Genta berikan sewaktu dia bilang ingin menunda kontrak Gia.

"Pertimbangin, Gia, Ta. Biarpun masih baru, Gia punya followers jutaan di I*******m, dan jangan lupa dia juga terkenal banget di youtube! Bayangin, kalau Gia ikut main di series kita, boom! Pasti viral!" Zayn berseru puas.

Genta menyimak penjelasan sahabatnya dalam diam.

"Tapi, si Gia ini gak modal tampang doang, Ta! Saya sudah lihat sendiri aktingnya, dia emang cocok jadi ibu tiri. Ya.. galak-galak gitu." Zayn menaik turunkan alisnya.

"Ibu tiri?" Genta menggumam dengan kening mengkerut bingung.

Zayn melengos. "Jangan bilang, kamu lupa sama storyline webseries baru kita?"

Melihat keterdiaman Genta, Zayn berdecak. Benar ternyata. Genta sepertinya lupa kalau series yang akan mereka garap mengisahkan tentang perseteruan istri sah dengan istri baru yang sombong nan menyebalkan.

"Sorry, Zayn. Beberapa hari ini saya cukup banyak pikiran," kilah Genta.

Zayn mengibaskan tangannya. "Gak apa-apa. Tapi ingat, pertimbangin Gia untuk main di series kita. Ini kesempatan emas, Ta!"

Genta sudah tidak lagi menyimak perkataan Zayn. Alis kiri nya terangkat bingung, melihat Gia sudah tidak ada di sofa tempatnya duduk tadi.

"Zayn, saya permisi dulu. Nanti kita bicarain lagi." Genta menepuk bahu Zayn, lantas bergegas turun ke lantai satu.

Dia harus menemukan Gia.

👠👠

Gia menatap pantulan dirinya di cermin toilet. Wajahnya yang terpoles sapuan make up membuatnya berkali-kali lipat lebih cantik.

Gia memiliki hidung mancung yang kecil dan lancip. Mata coklat nya yang sendu bisa membuat siapa saja terpesona. Kulit putih yang Gia miliki ia dapat dari keturunan Ayah nya yang berdarah China.

'Percuma cantik, kalau buat narik perhatian mas Genta aja gak bisa.' Gia tersenyum kecut.

Wanita itu menyalakan keran air, lalu mencuci tangan. Kehadiran seorang wanita yang baru masuk, membuat Gia mendongak.

"Hai, Gi," sapa Veronica Lim—atau yang kerap disapa Vero.

Vero bersender di depan pintu. Ia tersenyum miring melihat pantulan wajah Gia.

"Hai," Gia membalas sambil lalu.

Sebagai sesama influencer, mereka memang saling kenal. Biasanya mereka bertemu di acara pesta seperti saat ini, karena lingkar pertemanan influencer.

Namun hanya sebatas itu. Di luar itu semua, baik Gia dan Vero sama-sama mengibarkan bendera perang.

Gia tidak tahu apa yang membuat wanita yang lebih muda setahun darinya itu terlihat membencinya.

Perang dingin antar keduanya sudah terendus jejak netizen sejak setahun yang lalu, sehingga tidak jarang Gia diterpa isu miring terkait kepribadiannya yang dianggap sombong dengan sesama influencer.

"Aku lihat dari tadi kamu sama Ken mulu. Gak bareng Rafael?" tanya Vero dengan suaranya yang cukup keras.

Gia memutar bola mata. Vero memang senang mengorek informasi yang bukan urusannya.

Terlebih, wanita satu itu senang sekali mencari tahu hubungan Gia dengan Rafael Dinata—seorang youtuber sekaligus anak pengusaha stasiun televisi swasta, yang belakangan ini digosipkan dekat dengan Gia.

"Gak. Memangnya kenapa?"

"Gak apa-apa, sih. Cuma, kan, biasanya kamu nempel terus sama Rafael. Ya, kita semua tau, lah. Rafael seterkenal apa. Ups! Aku lupa," Vero pura-pura terkejut dengan menutup mulutnya.

Gia mengangkat sebelah alisnya. 'Mau drama apa lagi, dia?'

"Kamu, kan, sekarang udah terkenal banget. Emang masih butuh Rafael buat dimanfaatin?" lanjut Vero dengan nada merendahkan.

Rahang Gia bergemeletuk. Sudah sejak lama ingin ditamparnya mulut Vero ini, jika ada kesempatan. Mungkin inilah saat yang tepat.

Gia maju, dan berhenti tepat di depan Vero. Jari-jari Gia saling mengepal.

'Sabar Gia, di toilet ini pasti ada cctv.'

"Sepertinya yang berpikir kalau Rafael bisa dimanfaatin cuma kamu, deh." Gia mengulas senyum miring.

"Saya mengenal Rafael jauh sebelum kamu terkenal, Vero. Jadi, jangan ikut campur dengan kehidupan kami. Oh! Atau jangan-jangan, kamu yang mau manfaatin Rafael, ya?" Gia mengangkat alis kirinya.

Wajah Vero sudah merah padam.

"Saya rasa sudah cukup pembicaraan ini. Kamu membuang waktu saya, Vero. Permisi." Gia melewati Vero dengan pandangan lurus ke depan.

Cklek

Mata Gia membulat sempurna melihat siapa yang berdiri di samping pintu toilet perempuan.

'Mas Genta? Sejak kapan dia di sini?'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status