Home / Thriller / Sumpah Terkutuk / Sumpah Terkutuk bab 7

Share

Sumpah Terkutuk bab 7

Author: Tiara Ameera
last update Last Updated: 2021-08-27 20:21:21

Vino beserta anak buahnya kembali melanjutkan minum minuman yang telah tersedia, hingga beberapa botol telah nampak kosong.

Sedangkan si perempuan tadi kembali ke mejanya lagi, dan telah mengobrol dengan seorang lelaki setengah baya. Nampaknya, mereka sangat gembira malam ini. Terlihat si perempuan lebih banyak tertawa, sambil sesekali bergelayut manja di lengan lelaki yang lebih cocok sebagai ayahnya.

Tak sampai satu jam kemudian, perempuan yang tadi diminati oleh Vino keluar dari ruangan dengan dipeluk pinggangnya oleh si lelaki tua.

Namun, Vino dan anak buahnya masih melanjutkan aktifitasnya, sambil sesekali bergoyang mengikuti irama music yang disajikan oleh DJ.

Setelah mendapat bisikan dari Bram, Vino bergegas meninggalkan ruangan, tanpa diikuti oleh satu orang pun dari anak buahnya.

Dikemudikannya kendaraan roda empat itu secara perlahan, sambil sesekali mengisap sebatang rokok yang terselip di jari-jarinya.

Di sebuah tempat yang agak sepi dari lalu lalang pengguna jalan, Vino melambatkan laju mobilnya. Dalam jarak seratus meter di depannya, terlihat ada keributan.  Dua orang lelaki berbadan besar, sedang menganiaya seorang lelaki yang sudah tergeletak di atas aspal jalan.

Bukannya Vino tak mau menolong, tetapi dia tak mau ikut campur urusan orang lain. Lagi pula, dia masih mempunyai sebuah urusan lain juga.

Seorang perempuan terlihat berlari menjauhi keributan tadi dengan menjinjing sepatunya. Terkadang, dia jatuh tersungkur, lalu berusaha bangkit dengan susah payah.

Bukan karena pakaian yang membuatnya sulit berlari, tetapi perempuan itu nampak oleng. Arah berlarinya tak bisa lurus, kadang ke arah kanan, kadang malah lari ke kiri hingga menabrak pagar pembatas jalan.

Masih di dalam mobil, Vino tersenyum kecil melihat tingkah perempuan yang sedang berlari itu. Dia pun tak ingin menyalipnya, malah terus mengikuti dari belakang si perempuan itu.

Ketika perempuan yang mengenakan jaket berwarna hitam itu jatuh terduduk, hingga tak kuasa untuk bangun lagi, Vino menghentikan mobilnya tepat di samping perempuan yang sedang menutupi wajah dengan kedua telapak tangan.

"Kenapa kamu duduk di situ?" tanya Vino setelah nembuka pintu mobil sebelah kiri depan.

Perempuan itu membuka telapak tangannya, lalu nampak terkejut dengan keberadaan Vino itu.

"Masuklah, atau kamu masih ingin duduk di situ terus?" ujar Vino, ketika melihat si perempuan masih terdiam.

Meskipun nampak ragu-ragu, akhirnya perempuan yang telah letih berlari itu, memasuki mobil. Kemudian, Vino menjalankan kendaraannya, tanpa menoleh lagi ke arah kursi sebelahnya yang sudah diduduki si perempuan berambut sebahu.

Matahari sudah menampakkan sinarnya dengan penuh, sehingga cuaca terasa panas yang membuat sebagian orang lebih memilih mengunjungi penjual minuman dingin.

Apalagi, bertepatan di waktu jam makan siang. Nampak beberapa kedai makan di pinggir jalan dipadati oleh pengunjung.

Setelah hampir lima belas menit melaju, tak ada seorang pun yang membuka suara. Si perempuan nampak tertidur, jadi Vino pun tak ingin mengganggunya.

Barulah setelah hampir satu jam tertidur, perempuan itu pun terbangun. Dia nampak bingung dan melihat ke arah luar jendela mobil.

"Ini di daerah mana?" tanya perempuan itu.

"Di dekat pantai," jawab Vino singkat.

"Kenapa gak mengantar pulang ke rumahku saja?"

"Memangnya, aku tahu di mana rumahmu? Kamu kan gak pesan mobil online."

"Aduh, aku lupa. Lagi pula, aku langsung ketiduran tadi."

"Kenapa kamu tadi lari-lari, lalu duduk di tepi jalan?" tanya Vino tanpa menoleh. Matanya tetap fokus melihat ke jalan.

"Aku, eh maksudku, tamuku tadi dirampok. Jadi, aku melarikan diri saja. Padahal, aku tadi sudah dipegang kuat-kuat oleh salah satu perampok itu. Setelah kugigit tangannya, aku bisa terlepas."

"Kenapa kamu malah meninggalkan tamumu itu?" tanya Vino lagi.

"Ya, iyalah. Aku kan ingin selamat. Siapa tahu, perampok itu bukan hanya berniat mengambil uang atau harta. Kalau aku sampai diapa-apain oleh mereka, celakalah nasibku."

"Sekarang, kamu ingin kemana?"

Perempuan itu tak langsung menjawab. Dia melihat interior di dalam mobil Vino. 'Dari pada pulang gak dapat apa-apa, mendingan ikut lelaki ini dulu. Mobilnya aja, mewah begini. Pasti dia juga orang yang tajir juga,' kata hati si perempuan.

"Hmm ... tadi kan, aku ada tamu. Sekarang sudah free. Gimana, apakah Om, eh Bos masih ingin mengajakku kencan?"

Vino tersenyum kecil, sehingga wajah tampannya semakin membuat perempuan itu menjadi semakin tertarik ingin ikut dengan lelaki yang lebih muda dari tamunya tadi.

"Tapi, aku gak sekaya tamumu tadi," ucap Vino merendah.

"Eh, siapa bilang? Mobil tamuku tadi malah tak sebagus mobil ini kok, Bos."

"Kenapa kamu memanggilku, dengan sebutan bos?"

"Kalau kupanggil om ... kan, masih kelihatan muda. Jadi, lebih baik kupanggil Bos saja, lah." Perempuan itu mulai berani merayu dengan membuka jaket, dan langsung terlihat dada besarnya yang terbungkus kaos berwarna biru muda.

"Iya, aku memang seorang bos. Dan yang merampok tamumu tadi, adalah anak buahku," ucap Vino dengan menancapkan sebuah jarum suntik di paha kanan perempuan itu.

Si perempuan langsung menoleh sambil melotot, karena rasa terkejutnya. Tapi, sesaat kemudian dia pun sudah tak sadarkan diri lagi.

Jarum suntik yang berisi obat bius, memang selalu tersedia di dalam mobil Vino, untuk melancarkan segala aksinya. Yaitu, menaklukkan ular berbisa.

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sumpah Terkutuk   Sumpah Terkutuk bab 24

    Menjadi seorang lelaki yang hidupnya mapan dan berkuasa adalah keinginan Vino yang dia dulu selalu dihina oleh para gadis.Keinginannya bisa terwujud berkat dari bersekutu dengan mahkluk siluman ular yang diwariskan oleh turun temurun keluarganya.Namun, meskipun sudah bergelimang oleh harta dan menguasai hampir seluruh perdagangan gelap di kotanya, Vino masih mempunyai hati nurani untuk membantu orang yang kesusahan atau kurang mampu.Dibalik sifat bengisnya yang tak segan-segan menghabisi musuh atau orang yang dbencinya, Vino selalu bersikap baik kepada mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan.Hal itu lah yang membuat para pembantunya betah bekerja dengannya. Karena Vino bisa bersikap lemah lembut dan tak membeda-bedakan derajat.Di mata para mafia dan pesaing bisnis, Vino terlihat seperti seekor harimau yang siap menerkam bila mengetahui kesalahan mereka.Tetapi, di mata orang lemah, Vino bak seorang dewa pen

  • Sumpah Terkutuk   Sumpah Terkutuk bab 23

    Lelaki berambut gondrong sebahu dan betubuh atletis turun dari mobil mewah keluaran terbaru di depan sebuah bangunan besar dan berhalaman luas.Baru saja akan melangkah, beberapa anak kecil langsung mengerumuninya. Bahkan,ada yang langsung memeluk kaki, serta ada juga yang minta digendong oleh lelaki yang berkacamata hitam itu."Hei ... anak-anak ... biarkan Bang Vino masuk dulu, to!" teriak seorang wanita paruh baya yang berdiri di depan sebuah pintu."Bang, mana oleh-oleh buat saya?" Seorang bocah berusia tujuh tahun merengek dan menggelayut manja di tangan kiri Vino."Iya ... iya, ada. Bang Vino sudah membawa banyak oleh-oleh untuk kalian semua, kok. Kita masuk dulu untuk bersalaman dengan ibu panti, ya," jawab Vino sambil menggandeng bocah lelaki yang kakinya pincang sebelah kanan.Sebelum memasuki ruangan yang merupakan kantor untuk panti asuhan itu, Vino memanggil dua orang lelaki yang sedang menyapu halaman, lalu menyuruh merek

  • Sumpah Terkutuk   Sumpah Terkutuk bab 22

    Tekad yang sudah bulat dan keinginan untuk menjadi lelaki yang berkuasa, tak membuat pemuda yang hari itu tepat berusia tujuh belas tahun, tak mau memikirkan hal-hal buruk yang akan menimpanya bila dia sudah melakukan sumpahnya."Baiklah, Vino ... bila tekadmu sudah bulat. Bibi akan menceritakan semua kejadian yang menimpa kakek dan ayahmu, kalau kamu sudah mengucapkan sumpah. Apakah kamu bersedia?""Iya, Bi," jawab Vino dengan mantap. Hatinya tak ingin merasa ragu-ragu lagi, karena dia sudah tak bisa membendung keinginannya untuk membalas dendam kepada perempuan-perempuan yang telah menyakiti hatinya."Pejamkan matamu, dan tirukan ucapan Bibi, ya. Nanti, sebut nama lengkapmu juga."Sepasang mata pemuda berwajah tampan itu terpejam, lalu mulai mengikuti kata-kata yang diucapkan oleng sang bibi.Di luar rumah, yang tadinya cuaca cerah, dan matahari mulai bersinar, langsung menjadi gelap. Mendung tebal menyelimuti daerah hutan tem

  • Sumpah Terkutuk   Sumpah Terkutuk bab 21

    Tentu saja hal yang paling menyakitkan bagi lelaki yang mempunyai wajah tampan namun bermata tajam itu, adalah membenci seorang wanita yang telah melahirkan dirinya di dunia ini.Ketika dia masih kecil, yang dirasakan hanyalah kekejaman dari sang ibu kandungnya. Tanpa dia tahu apa yang menyebabkan sang ibu sangat gemar menyiksa tubuh Vino.Bahkan, hingga usianya telah menginjak remaja, Vino belum mengetahui, kenapa sang ibu tak menyukai dia sebagai anak yang merupakan putra satu-satunya pula.Namun, saat hari yang ditunggu tiba, Vino bisa mendapatkan sesuatu dari warisan sang kakek, sekaligus bisa mengetahui segala hal yang membuat dirinya tak dusukai oleh ibunya.Tepat di usianya yang ke tujuh belas tahun, pagi-pagi sekali, bibi dan pamannya menyuruh Vino untuk mengambil air di sumur yang terletak di belakang rumah.Meskipun masih merasa ngantuk dan kedinginan, Vino yang mengingat bahwa hari itu adalah hari ulang tahunnya, sert

  • Sumpah Terkutuk   Sumpah Terkutuk bab 20

    Sumpah Terkutuk bab 20Melihat wajah Ronald yang kebingungan, Vino memberi isyarat dengan matanya, agar anak buahnya itu tak banyak bicara."I–ini uangnya ...." Ronald menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat, tanpa bisa meneruskan ucapannya."Ya!" tukas Vino, agar Ronald segera berlalu dari tempat itu.Tetapi, wanita yang sombong itu langsung memanggil Ronald."Eh, Bos! Tunggu dulu!"Ronald menjadi salah tingkah, matanya melirik ke arah Vino yang sedanga meletakkan telunjuk di bibir."Ada apa, Bu?""Aduh, jangan panggil, Bu, dong. Panggil aja Mbak, atau namaku aja, deh. Oh ya, namaku Reta," cerocos wanita itu."Hmm ... ada apa Reta?" tanya Ronald tanpa ekspresi."Begini, Bos. Saya ingin mencari kerja di perusahaan ini. Kira-kira, apakah ada lowongan untuk karyawan baru?"Ronald melihat mata Vino yang berkedip, lalu menjawab, "ada, kami memang sedang mencari karyawan baru. Kalau mau, besok pagi s

  • Sumpah Terkutuk   Sumpah Terkutuk bab 19

    Pagi hari itu, Vino terlihat sangat lelah. Dia pun tertidur di sofa ruangan kerjanya hingga hampir dua jam. Terbangun karena mendengar ketukan di pintu."Katakan apa yang terjadi pada Sandra," ucap Vino kepada seorang lelaki bertubuh besar yang sudah duduk dihadapannya."Sandra meninggal karena dibunuh suaminya, Bos. Kebetulan, sebelum meninggal, dia sempat menelepon saya untuk meminta pertolongan. Tapi, ketika saya datang, dia sudah tak bernyawa lagi," jelas anah buah Vino yang bernama Ronald itu."Kenapa, suaminya membunuh dia?""Karena, suaminya punya selingkuhan, dan Sandra memergokinya saat si suami sedang bermesraan dengan perempuan lain itu di dalam kamarnya.""Hmm ... cari tahu, siapa ular itu," ucap Vino sambil menyalakan sebatang rokok."Siap, Bos!" Ronal lalu meninggalkan ruangan si bos.Pada pukul sepuluh lebih sedikit, Vino meninggalkan ruangannya juga, karena ingin pulang ke rumahnya.Ketika mobil ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status