Home / Thriller / Sumpah Terkutuk / Sumpah Terkutuk bab 6

Share

Sumpah Terkutuk bab 6

Author: Tiara Ameera
last update Last Updated: 2021-08-26 19:07:19

Nada dering yang berbunyi dari telpon genggam, mengejutkan Vino yang sedangbteringat masa kecilnya dulu.

"Hallo! Ada apa, Tom?" tanya Vino kepada si penelpon.

Setelah mendengar jawaban dari seberang telpon, Vino bergegas keluar dari kamar. Tanpa disadarinya, sekuntum bunga melati masih dalam genggamannya.

Namun, ketika melewati sebuah taman yang berada di samping kamar, barulah dia tersadar, dan buru-buru dibuangnya sekuntum bunga melati itu dengan melempar sembarangan.

"Berapa banyak anak buah kita yang jadi korban?" tanya Vino setelah berhadapan dengan seorang lelaki berkulit putih dan bermata sipit.

"Ada lima orang saja, Bos. Yang lainnya bisa kabur dari kejaran polisi," jawab lelaki yang bernama Tom.

"Dasar Rudi penghianat. Untungnya, aku segera mengetahuinya. Kurang apa dia itu selama menjadi tangan kananku? Uang, harta dan wanita tak pernah kekurangan. Kok, bisa-bisanya mau menjadi mata-mata polisi," gerutu Vino dengan wajah geram.

Lelaki berperawakan tinggi kurus di depan Vino hanya menunduk. Tak berani melihat wajah bosnya yang sedang marah itu.

"Juga, si Robert yang sudah berhianat membocorkan rahasia kepada musuh. Huh! Dalam seminggu ini, sudah dua orang kepercayaanku yang mampus kuhabisi dengan tanganku sendiri," lanjut Vino lagi.

Si Tom masih terdiam, tak berani membantah atau menyela sedikitpun ucapan bosnya.

"Tom, hentikan dulu segala aktifitas di jaringan sebelah barat. Sebab, polisi pasti masih mengawasi terus di sekitar tempat itu."

"Baik, Bos," jawab Tom dengan singkat.

Selanjutnya, Vino mengajak Tom dan beberapa anak buahnya untuk pergi ke sebuah tempat yang sering dikunjunginya.

Hari masih menunjukkan di pukul sepuluh pagi, tetapi sebuah tempat yang dipenuhi oleh orang-orang yang ingin menikmati kesenangan duniawi nampak sudah banyak pengunjung. Apalagi, hari itu adalah akhir pekan.

Ketika Vino beserta anak buahnya memasuki ruangan yang minim cahaya, hanya sinar dari lampu beraneka warna yang tak dapat melihat raut wajah orang dengan jelas, namun pengunjung yang sudah berada di tempat itu langsung bisa mengenali orang-orang yang baru datang itu.

Dengan serentak, para pengunjung berdiri dari tempat duduk mereka, untuk memberikan pilihan tempat bagi Vino dan anak buahnya.

Orang-orang yang masih berdiri pun, segera menepi memberi jalan, karena tak ingin mendapatkan masalah dari para penguasa dunia bawah tanah itu.

Di sudut ruangan yang terletak meja bundar berukuran besar, yang dipilih oleh Vino. Dia tak selalu memilih di satu tempat saja. Hanya tergantung seleranya, yang ingin mengamati para pengunjung dari sudut yang dia kehendaki saja.

Beberapa botol minuman mahal dari luar negri langsung dihidangkan oleh dua orang waiter, tanpa Vino memesannya lebih dahulu. Karena, para pegawai di tempat itu sudah mengetahui segala jenis minuman yang disukai oleh Vino dan kawan-kawan.

Tanpa banyak bicara, Vino menikmati minuman yang memabukkan itu. Tetapi, sepasang matanya berputar ke segala penjuru, seperti burung elang yang sedang mencari mangsa. 

Dalam jarak sekitar lima meter dari tempat duduknya, Vino menemukan mangsa yang diincarnya. Yaitu, seorang perempuan yang sedang duduk sendirian di depan sebuah meja kecil, yang terlihat gelisah.

Perempuan itu mempunyai bentuk dada sangat besar, yang dibalut dengan kaos ketat tanpa lengan berwarna biru muda. Sebentar-sebentar, perempuan yang berusia tak lebih dari dua puluh tahun itu melihat benda pipih yang dipegangnya.

Vino yang sering memperhatikan perempuan itu, diperhatikan juga oleh anak buahnya.

"Kita tangkap ular itu, Bos?" tanya si anak buah yang berbadan kekar dan berambut gondrong.

Sebutan ular, adalah untuk seorang perempuan yang diinginkan oleh Vino. Lelaki berwajah dingin itu mengibaratkan, bahwa seorang perempuan cantik adalah mahluk yang diam-diam bisa menebar racun yang mematikan.

Sambil mengisap sebatang rokok yang terselip di kedua jarinya, Vino mengangguk untuk menyetujui saran dari anak buahnya.

Tak lama kemudian, perempuan itu dibawa ke hadapan Vino, dengan cara diseret oleh lelaki berambut gondrong yang bernama Bram.

Vino juga melihat, sebelum perempuan itu berada di depannya, Bram sempat melayangkan sebuah tamparan keras di pipi kiri si perempuan berambut lurus sebahu itu.

Perempuan berwajah cantik, dan mempunyai bentuk bibir tipis itu, langsung bersungut-sungut di depan Vino, sambil mengelus pipinya yang memerah.

Berpasang-pasang mata melihat dengan cemas dan takut atas kejadian yang telah dilakukan si perempuan cantik itu tadi, yang dengan terang-terangan menolak ajakan dari Bram untuk menghadap si bos.

"Kenapa kau tampar dia, Bram?" tanya Vino dengan kalem.

"Hei! Jelaskan pada bosku!" bentak Bram kepada si perempuan.

Tanpa ada rasa takut, si perempuan menjawab dengan nada sombong, "aku sedang menunggu tamuku. Dia adalah salah satu orang terkaya di kota ini. Jadi, gak salah, kan ... kalau aku menolak untuk menemani anda?"

Masih dengan nada yang kalem, Vino berkata, "Bram, lepaskan dia."

"Pergi, sana!" bentak Bram lagi kepada si perempuan yang mengenakan skirt di atas lutut, hingga kaki jenjang dan pahanya bisa terlihat hampir sepenuhnya.

Setelah itu, Bram keluar ruangan untuk menelpon seseorang.

"Jo, laksanakan tugasmu!" ucap Bram kepada seseorang di seberang telpon, lalu memberikan nama tempat di mana saat ini dia berada.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sumpah Terkutuk   Sumpah Terkutuk bab 24

    Menjadi seorang lelaki yang hidupnya mapan dan berkuasa adalah keinginan Vino yang dia dulu selalu dihina oleh para gadis.Keinginannya bisa terwujud berkat dari bersekutu dengan mahkluk siluman ular yang diwariskan oleh turun temurun keluarganya.Namun, meskipun sudah bergelimang oleh harta dan menguasai hampir seluruh perdagangan gelap di kotanya, Vino masih mempunyai hati nurani untuk membantu orang yang kesusahan atau kurang mampu.Dibalik sifat bengisnya yang tak segan-segan menghabisi musuh atau orang yang dbencinya, Vino selalu bersikap baik kepada mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan.Hal itu lah yang membuat para pembantunya betah bekerja dengannya. Karena Vino bisa bersikap lemah lembut dan tak membeda-bedakan derajat.Di mata para mafia dan pesaing bisnis, Vino terlihat seperti seekor harimau yang siap menerkam bila mengetahui kesalahan mereka.Tetapi, di mata orang lemah, Vino bak seorang dewa pen

  • Sumpah Terkutuk   Sumpah Terkutuk bab 23

    Lelaki berambut gondrong sebahu dan betubuh atletis turun dari mobil mewah keluaran terbaru di depan sebuah bangunan besar dan berhalaman luas.Baru saja akan melangkah, beberapa anak kecil langsung mengerumuninya. Bahkan,ada yang langsung memeluk kaki, serta ada juga yang minta digendong oleh lelaki yang berkacamata hitam itu."Hei ... anak-anak ... biarkan Bang Vino masuk dulu, to!" teriak seorang wanita paruh baya yang berdiri di depan sebuah pintu."Bang, mana oleh-oleh buat saya?" Seorang bocah berusia tujuh tahun merengek dan menggelayut manja di tangan kiri Vino."Iya ... iya, ada. Bang Vino sudah membawa banyak oleh-oleh untuk kalian semua, kok. Kita masuk dulu untuk bersalaman dengan ibu panti, ya," jawab Vino sambil menggandeng bocah lelaki yang kakinya pincang sebelah kanan.Sebelum memasuki ruangan yang merupakan kantor untuk panti asuhan itu, Vino memanggil dua orang lelaki yang sedang menyapu halaman, lalu menyuruh merek

  • Sumpah Terkutuk   Sumpah Terkutuk bab 22

    Tekad yang sudah bulat dan keinginan untuk menjadi lelaki yang berkuasa, tak membuat pemuda yang hari itu tepat berusia tujuh belas tahun, tak mau memikirkan hal-hal buruk yang akan menimpanya bila dia sudah melakukan sumpahnya."Baiklah, Vino ... bila tekadmu sudah bulat. Bibi akan menceritakan semua kejadian yang menimpa kakek dan ayahmu, kalau kamu sudah mengucapkan sumpah. Apakah kamu bersedia?""Iya, Bi," jawab Vino dengan mantap. Hatinya tak ingin merasa ragu-ragu lagi, karena dia sudah tak bisa membendung keinginannya untuk membalas dendam kepada perempuan-perempuan yang telah menyakiti hatinya."Pejamkan matamu, dan tirukan ucapan Bibi, ya. Nanti, sebut nama lengkapmu juga."Sepasang mata pemuda berwajah tampan itu terpejam, lalu mulai mengikuti kata-kata yang diucapkan oleng sang bibi.Di luar rumah, yang tadinya cuaca cerah, dan matahari mulai bersinar, langsung menjadi gelap. Mendung tebal menyelimuti daerah hutan tem

  • Sumpah Terkutuk   Sumpah Terkutuk bab 21

    Tentu saja hal yang paling menyakitkan bagi lelaki yang mempunyai wajah tampan namun bermata tajam itu, adalah membenci seorang wanita yang telah melahirkan dirinya di dunia ini.Ketika dia masih kecil, yang dirasakan hanyalah kekejaman dari sang ibu kandungnya. Tanpa dia tahu apa yang menyebabkan sang ibu sangat gemar menyiksa tubuh Vino.Bahkan, hingga usianya telah menginjak remaja, Vino belum mengetahui, kenapa sang ibu tak menyukai dia sebagai anak yang merupakan putra satu-satunya pula.Namun, saat hari yang ditunggu tiba, Vino bisa mendapatkan sesuatu dari warisan sang kakek, sekaligus bisa mengetahui segala hal yang membuat dirinya tak dusukai oleh ibunya.Tepat di usianya yang ke tujuh belas tahun, pagi-pagi sekali, bibi dan pamannya menyuruh Vino untuk mengambil air di sumur yang terletak di belakang rumah.Meskipun masih merasa ngantuk dan kedinginan, Vino yang mengingat bahwa hari itu adalah hari ulang tahunnya, sert

  • Sumpah Terkutuk   Sumpah Terkutuk bab 20

    Sumpah Terkutuk bab 20Melihat wajah Ronald yang kebingungan, Vino memberi isyarat dengan matanya, agar anak buahnya itu tak banyak bicara."I–ini uangnya ...." Ronald menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat, tanpa bisa meneruskan ucapannya."Ya!" tukas Vino, agar Ronald segera berlalu dari tempat itu.Tetapi, wanita yang sombong itu langsung memanggil Ronald."Eh, Bos! Tunggu dulu!"Ronald menjadi salah tingkah, matanya melirik ke arah Vino yang sedanga meletakkan telunjuk di bibir."Ada apa, Bu?""Aduh, jangan panggil, Bu, dong. Panggil aja Mbak, atau namaku aja, deh. Oh ya, namaku Reta," cerocos wanita itu."Hmm ... ada apa Reta?" tanya Ronald tanpa ekspresi."Begini, Bos. Saya ingin mencari kerja di perusahaan ini. Kira-kira, apakah ada lowongan untuk karyawan baru?"Ronald melihat mata Vino yang berkedip, lalu menjawab, "ada, kami memang sedang mencari karyawan baru. Kalau mau, besok pagi s

  • Sumpah Terkutuk   Sumpah Terkutuk bab 19

    Pagi hari itu, Vino terlihat sangat lelah. Dia pun tertidur di sofa ruangan kerjanya hingga hampir dua jam. Terbangun karena mendengar ketukan di pintu."Katakan apa yang terjadi pada Sandra," ucap Vino kepada seorang lelaki bertubuh besar yang sudah duduk dihadapannya."Sandra meninggal karena dibunuh suaminya, Bos. Kebetulan, sebelum meninggal, dia sempat menelepon saya untuk meminta pertolongan. Tapi, ketika saya datang, dia sudah tak bernyawa lagi," jelas anah buah Vino yang bernama Ronald itu."Kenapa, suaminya membunuh dia?""Karena, suaminya punya selingkuhan, dan Sandra memergokinya saat si suami sedang bermesraan dengan perempuan lain itu di dalam kamarnya.""Hmm ... cari tahu, siapa ular itu," ucap Vino sambil menyalakan sebatang rokok."Siap, Bos!" Ronal lalu meninggalkan ruangan si bos.Pada pukul sepuluh lebih sedikit, Vino meninggalkan ruangannya juga, karena ingin pulang ke rumahnya.Ketika mobil ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status