Share

Bab 8

Penulis: Eyalani
Aku masih sangat muda saat menjalin hubungan dengan Treven dulu. Kala itu karena memang sedikit suka pada Treven, aku pun dengan setengah sadar menerima pernyataan cintanya. Alasan kami berpisah waktu itu sebenarnya juga hanya karena masalah kecil saja.

Setelah pernah mengalami sekali putus cinta, Treven jadi lebih berhati-hati saat bersamaku. Dia selalu sangat menjaga sikap dan tak pernah membuatku merasa tidak nyaman. Bahkan tanpa seizinku, dia tidak berani menggenggam tanganku sekali pun.

Dalam hati, aku sangat paham ini barulah yang disebut cinta yang sesungguhnya. Hubungan kami kembali terjalin dengan lancar. Aku juga tidak sengaja menyembunyikan apa pun.

Tak lama kemudian, Natalia pun mengetahui bahwa aku sudah menjalin hubungan dengan Treven. Hanya saja, dia tidak tahu hubungan antara Treven dan Gideon.

Di malam saat Natalia tahu aku punya pacar, dia sengaja melakukan panggilan video dengan Gideon di depan mataku. Aku bisa menebak, dia pasti ingin membuatku cemburu. Namun, tujua
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Surga Sang Primadona Kampus   Bab 10

    Aku segera dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi darurat. Dokter dan suster sibuk menanganiku sampai larut malam. Baru setelah itu, efek obat bius yang ada di tubuhku perlahan mulai menghilang.Saat aku perlahan membuka mata, yang pertama kulihat adalah wajah Treven yang terlihat sangat lelah. Dia menggenggam tanganku erat-erat, lalu menempelkannya ke bibirnya dan berulang kali mencium jemariku dengan lembut.Treven berujar, "Jemima, akhirnya kamu sadar juga."Aku berusaha memaksa bibirku tersenyum, walaupun seluruh tubuhku masih lemas tak bertenaga akibat pengaruh obat bius.Benny mengelus kepalaku dan berusaha menenangkan, "Kamu tenang saja, Jemima. Ayah nggak akan membiarkan kalian ditindas begitu saja."Selama periode waktu ini, Gideon dan yang lainnya dipaksa berlutut di depan ranjangku dan tidak diizinkan bangun sampai sekarang.Benny memang tipe orang yang sangat protektif. Setelah istrinya meninggal lebih dulu, dia sangat menyayangi Treven, bahkan bisa dibilang secara berlebih

  • Surga Sang Primadona Kampus   Bab 9

    Melihat ekspresi Gideon yang penuh ketakutan sekaligus kemarahan itu, aku akhirnya tidak bisa menahan diri dan tertawa terbahak-bahak. Rasanya, hatiku benar-benar lega. Belum pernah sebelumnya aku merasa sebahagia ini.Dada Gideon naik turun dengan kasar. Matanya merah menyala saat menatapku dengan penuh amarah. Aku menatap balik tanpa rasa takut sedikit pun, bahkan dengan penuh tantangan.Gideon mengumpat pelan, lalu mendadak mengangkat tinjunya tinggi-tinggi seolah ingin memukulku. Namun pada akhirnya, tinjunya tetap tidak berani dijatuhkan. Pria itu tampaknya terpikirkan sesuatu secara tiba-tiba. Dia tertawa pelan selama beberapa saat."Aku mengerti sekarang," ucap Gideon sambil melirikku dengan kepala sedikit miring dan tatapan merendahkan. Dia bertanya, "Jemima, sebenarnya kamu belum bisa melupakanku, 'kan?"Aku sampai terdiam saking terkejutnya mendengar kalimat itu. Seketika, aku tidak tahu harus menjawab apa. Saat berikutnya, tangan Gideon menyelinap masuk ke dalam gaun pestaku

  • Surga Sang Primadona Kampus   Bab 8

    Aku masih sangat muda saat menjalin hubungan dengan Treven dulu. Kala itu karena memang sedikit suka pada Treven, aku pun dengan setengah sadar menerima pernyataan cintanya. Alasan kami berpisah waktu itu sebenarnya juga hanya karena masalah kecil saja.Setelah pernah mengalami sekali putus cinta, Treven jadi lebih berhati-hati saat bersamaku. Dia selalu sangat menjaga sikap dan tak pernah membuatku merasa tidak nyaman. Bahkan tanpa seizinku, dia tidak berani menggenggam tanganku sekali pun.Dalam hati, aku sangat paham ini barulah yang disebut cinta yang sesungguhnya. Hubungan kami kembali terjalin dengan lancar. Aku juga tidak sengaja menyembunyikan apa pun.Tak lama kemudian, Natalia pun mengetahui bahwa aku sudah menjalin hubungan dengan Treven. Hanya saja, dia tidak tahu hubungan antara Treven dan Gideon.Di malam saat Natalia tahu aku punya pacar, dia sengaja melakukan panggilan video dengan Gideon di depan mataku. Aku bisa menebak, dia pasti ingin membuatku cemburu. Namun, tujua

  • Surga Sang Primadona Kampus   Bab 7

    Dalam sekejap, aku merasa seolah-olah jantungku berhenti berdetak. Seluruh tubuhku perlahan-lahan menjadi dingin.Tanganku bergetar hebat. Aku buru-buru menutup mulut dengan tangan dan berusaha menahan suara isak yang nyaris keluar. Namun air mataku tetap saja mengalir, lalu menembus sela-sela jariku dan jatuh ke lantai.Dari dalam kamar, terdengar suara obrolan manja dan candaan mereka berdua."Gideon, kamu nggak bakal nyangka betapa bodohnya Jemima itu. Perawatan yang harga aslinya 22 juta, dia malah bayar 46 juta. Hahaha .... Waktu itu, dia bahkan berpikir sudah dapat harga yang murah. Sungguh seperti orang bodoh. Makanya, dia nurut banget padaku," ujar Natalia.Tanganku mengepal sangat kuat. Kukuku nyaris menusuk masuk ke telapak tanganku sendiri. Jalang ini beraninya menipu uangku!Gideon mengusap lembut puncak kepala Natalia. Tatapannya penuh rasa sayang dan manja ketika bertanya, "Sekarang, kamu sudah puas, 'kan?"Natalia mengangguk penuh semangat. Matanya menyipit ceria karena

  • Surga Sang Primadona Kampus   Bab 6

    Sejujurnya dibandingkan dengan para gadis cantik lain di Akademi Tari yang nyaris semuanya berparas menawan, penampilan Natalia sebenarnya sama sekali tidak menonjol. Namun entah kenapa, pesona Natalia justru luar biasa kuat di antara para pria.Aku pernah mendengar beberapa teman pria membicarakannya. Kata mereka, teknik Natalia di ranjang sangat luar biasa.Hampir semua pria yang pernah berhubungan dengannya selalu sulit melupakannya, bahkan sampai benar-benar terjebak dalam pesonanya. Mereka rela tunduk dan menyerahkan hati pada Natalia begitu saja.Aku diam-diam memikirkan hal itu. Kalau Natalia memang begitu hebat dalam hal seperti ini, seharusnya dia tahu cara membantuku supaya aku bisa kembali "basah" seperti dulu.Kalau masalah yang dikhawatirkan Gideon bisa kuatasi, bukankah semuanya akan beres? Memikirkan hal itu, aku memberanikan diri untuk mengambil sebotol parfum baru yang kubeli kemarin dan belum sempat dibuka, lalu berjalan mendekati ranjang Natalia.Aku pun berbicara, "

  • Surga Sang Primadona Kampus   Bab 5

    Mendengar ucapanku barusan, Gideon seketika tertegun. Tidak ada sedikit pun ekspresi bahagia di wajahnya seperti yang sempat kubayangkan. Di momen itu juga, perasaanku mulai tenggelam dalam kekecewaan.Gideon menolak, "Jemima, menurutku hubungan kita seperti ini sudah cukup baik. Aku jauh lebih tua darimu ...."Aku tak sanggup lagi mendengar kelanjutannya. Aku segera mengangkat tangan dan menutupi mulutnya, lalu pura-pura santai ketika membalas, "Sudahlah, aku cuma bercanda tadi. Aku tahu kok, kamu lebih tua 8 tahun dariku. Aku juga tahu ... kita memang nggak cocok."Saat mengucapkan bagian akhir kalimat itu, suara dalam tenggorokanku tak kuasa mulai tercekat. Gideon menarikku ke dalam pelukannya, lalu menghela napas pelan sambil menimpali, "Kalau saja aku lahir beberapa tahun lebih lambat, mungkin semuanya akan berbeda."Aku menggenggam erat sudut bajunya. Sambil menahan air mata yang hampir jatuh, aku berulang kali berkata dalam hati, 'Lebih tua 8 tahun, lalu kenapa? Gideon, aku ngga

  • Surga Sang Primadona Kampus   Bab 4

    Saat berikutnya, aku refleks menutup mulutku rapat-rapat dan berusaha menahan suara yang nyaris lolos.Morgan tertegun saat menatap ke arah kami. Asap rokok di sela jarinya hampir saja jatuh. Dia segera bertanya, "Gideon, kamu ...?"Saat mendengar ucapannya, seluruh tubuhku kaku karena rasa takut yang tiba-tiba menyergap. Sementara itu, Gideon, yang tadinya masih berusaha menahan diri pun perlahan menghela napas panjang, seakan-akan telah memutuskan untuk berhenti menyembunyikan apa pun. Gerakannya menjadi lebih berani, tanpa lagi menahan diri.Berhubung tidak menduga perubahan itu, aku kehilangan keseimbangan. Tubuhku terpaksa memerosot dan berlutut di tempat sempit itu.Dari atas, terdengar Morgan bersiul menggoda sebelum akhirnya keluar dari kamar dengan santai sambil tersenyum nakal. Sebelum pergi, dia bahkan sempat-sempatnya menutup pintu.Begitu Morgan pergi, Gideon segera mengangkat tubuhku dari bawah meja yang sempit itu. Dalam prosesnya, dia menyapu bersih barang-barang di ata

  • Surga Sang Primadona Kampus   Bab 3

    Gaun tidur tipisku yang tadinya seolah menutupi tetapi justru memperjelas, kini sudah tidak lagi punya arti keberadaannya. Telapak tangan yang panas menyentuh kulitku dan meninggalkan beberapa jejak samar kemerahan.Dengan sikap santai, jari-jari Gideon meluncur ringan di atas kulitku yang halus. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum yang menggoda, tetapi tetap terlihat menahan diri. Dia bertanya, "Tadi waktu lihat teman sekamarmu terjebak di tengah, apa rasanya? Pasti iri ya?"Pandanganku mulai kabur, bahkan napasku pun tidak lagi teratur. Aku membalas dengan tergagap, "Sem ... sembarangan ...."Jari-jari Gideon yang ramping seolah-olah menjadi bilah tajam yang tanpa ragu memainkan suasana dan membuatku tak berdaya.Tak lama kemudian Gideon terkekeh pelan, lalu mengangkat tangan kanannya yang berkilau karena basah di bawah cahaya lampu. Dia meledek, "Sudah basah begini, masih berani bohong?"Begitu Gideon menarik jarinya, perasaan kosong langsung menguasai diriku. Aku tak kuasa me

  • Surga Sang Primadona Kampus   Bab 2

    Sekujur tubuhku lemas, tidak punya tenaga, dan terpaksa berjalan beberapa langkah ke depan. Pria itu berujar, "Kalau aku bilang ke mereka kamu diam-diam ngintip di sini, menurutmu ... apa yang akan mereka lakukan? Kira-kira, mereka bakal ramai-ramai menghabisimu nggak ya?"Mendengar ucapannya, rasa takut langsung menyelimuti hatiku. Aku menggeleng keras dan memohon padanya agar jangan melakukan itu.Melihat aku yang ketakutan seperti itu, pria itu justru tertawa pelan dengan nada puas. Lidahnya perlahan menjilat bagian belakang telingaku dengan lembut."Jadi, kamu maunya sama satu kelompok atau cuma aku? Pilih sendiri," ucap pria itu. Aku terbelalak saking tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar, lalu buru-buru menoleh menatapnya.Hanya saja, pria itu langsung mencengkeram daguku dan memaksaku menoleh kembali ke arahnya. Pria itu melanjutkan, "Aku kasih kamu waktu tiga detik. Satu ...."Rasa putus asa memenuhi dadaku. Aku tidak punya pilihan lain selain memberanikan diri menja

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status