Share

Ditinggalkan Setelah Malam Pertama
Ditinggalkan Setelah Malam Pertama
Author: 9inestories

Malam Pertama

Author: 9inestories
last update Last Updated: 2025-06-25 12:27:54

Senja menghembuskan napas berulang kali, mengibaskan kedua telapak tangan dan berjalan mondar-mandir. Sesekali ia melirik cermin memanjang yang terpasang di dinding, tepat di atas deret wastafel yang tersambung dengan lemari kecil sebatas perut, tempat menyimpan peralatan mandi. Ia berhenti sejenak, kembali mengambil napas lalu menghembuskannya perlahan.

"Jangan gugup, Senja! Kau sudah sangat menggoda malam ini!" semangatnya pada diri sendiri.

Ia membusungkan dadanya dan mengangkat dagu angkuh. Tali yang tersimpul pita di bagian dada, ia lepas. Lalu menyingkap belahan lingerie dengan melepas dua kancing teratas. Telapak kanannya bergerak masuk menyelinap, menangkup dada kirinya, meremasnya perlahan. Kedua matanya terpejam, bibir bawah ia gigit dan lenguhan lirih pun lolos.

"Senja! Kenapa lama sekali?"

Tetiba suara rendah itu membuyarkan kesenangannya. "I-iya sebentar, aku lagi nyemprotin parfum, Mas."

Segera, Senja menarik tangannya, ia berdeham guna membersihkan sesuatu yang terasa mengganjal di tenggorokan. Padahal, itu hanya ilusi ciptaannya, buah dari kegugupan yang melanda. Senja menyisir rambutnya dengan jemari kemudian menepuk-nepuk lingerie merah transparan yang sengaja ia pesan dari Victoria's Secret untuk malam istimewanya.

"Ayo, Senja! Kau harus membuat Mas Surya ketagihan dengan permainan ranjangmu!"

Wanita cantik yang terlihat cukup menantang itu pun keluar dari kamar mandi setelah cukup lama membuat suaminya menunggu.

Ia melangkah dengan gemulai, berusaha menciptakan kesan seksi. "Mas ..." panggilnya mendayu.

Surya yang setengah berbaring dengan ponsel di tangan, menoleh. Seketika, tubuhnya meremang. Sontak ia terbangun lalu menon-aktifkan ponsel dan menyimpannya di laci nakas samping ranjang.

"Bagaimana penampilanku, Mas?" rayu Senja. Belahan atas lingerie ia singkap semakin lebar.

"Kenapa harus memakai baju sialan itu, Sayang? Telanjanglah seperti biasa!"

Senyum yang Senja pasang perlahan luntur, ia mengernyit. Apa maksud perkataan Surya? Ini malam pertama mereka. Kapan dirinya pernah telanjang di hadapan Surya?

"Se ...perti biasa ...nya?"

"Oh!" Gugup Surya.

Ia buru-buru meraih pergelangan tangan Senja dan membanting tubuh Senja lembut ke atas ranjang. Mengungkung tubuh mungil itu dengan tubuh tegapnya.

"Iya. Seperti biasanya saat kau hadir dalam mimpi-mimpi panasku."

"A-apa, Mas?"

Kedua mata mereka bertemu, Surya menatap lekat Senja. Sorotnya begitu membara, ada gairah pekat menyala di kedua bola kelam itu. Senja menelan ludah kepayahan, jantungnya bertalu. Sekujur tubuhnya seolah tersengat bara panas, memberikan sensasi asing nan menyenangkan.

Tunggu!

Apa yang baru saja Surya katakan pada Senja? Surya sering memimpikannya? Mimpi-mimpi, bukan mimpi! Itu berarti jamak, banyak mimpi! Oh, Tuhan! Mimpi panas macam apa yang Surya maksudkan? Apakah mimpi tentang pergumulan ranjang mereka?

Sudah memahami maksud dari Surya, Senja memalingkan wajah, menghindar dari tatapan mesum sang suami. Kedua pipinya merona.

"Sudah paham, Sayang?" goda Surya. Ia mengecup gemas pipi Senja.

Senja menjawab tanya itu dengan anggukan kepala. Kedua matanya sontak terpejam kala bibir Surya tak berakhir di pipinya saja. Kecupan-kecupan itu menjalar ke arah tengkuk. Senja merasakan jemari kokoh Surya menyingkap lingerie yang menutupi bahu. Kemudian, sensasi basah daging tak bertulang merayapi bahunya.

Selanjutnya, yang terjadi adalah ritual wajib bagi setiap pasangan yang baru mengikat janji pernikahan. Malam pertama.

Senja sedikit kaku, karena memang baginya ini yang pertama kali. Seperti petuah para senior dalam mahligai rumah tangga, akan terasa sakit di awal tapi tanpa disadari rasa sakit itu menjadi sebuah candu yang memabukan.

Surya melakukannya dengan lembut dan sabar, tapi sesekali mempercepat permainan. Ia seperti seorang profesional, mampu membuat ketegangan yang dialami Senja menjadi santai. Pun paham titik-titik sensitif tubuh seorang wanita. Sepanjang permainan, Senja merasa terpuaskan.

"Maafkan aku ya, Mas? Kalo permainanku tadi kaku."

Mereka tidak langsung tidur setelah ritual malam pertama, Surya mengajaknya berbaring sebentar sembari melakukan pillow talk. Ia mendekap tubuh mungil Senja ke dalam pelukan, menarik selimut sampai sebatas dada.

"Ini merupakan yang pertama bagimu, Sayang. Itu hal yang wajar." Surya mengelus punggung telanjang Senja.

Perlakuan Surya membuat Senja mengeratkan pelukan. Ia mendekap pinggang Surya erat sembari menelusupkan kepalanya di dada bidang pria itu.

"Memang Mas Surya pernah ngelakuin itu sebelum ini?"

Niat hati Senja hanya bercanda, namun siapa sangka jawaban Surya membuat hatinya murung.

"Aku akan jujur padamu, Sayang. Kami melakukannya pertama kali semasa kuliah."

"Kami?"

Senja mendongak, ia memandang wajah Surya yang sedang memandangi langit-langit kamar. Sepertinya sedang merenung, wajahnya terlihat sendu. Sebersit sakit pun hinggap. Apakah suaminya ini mempunyai cinta untuk wanita lain yang tak terbalaskan? Atau kisah asmara yang membekas?

"Mantan pacar Mas, dulu."

"Cantik? Baik?"

Surya terkekeh, ia mengecupi pucuk kepala Senja. "Tidak baik ngomongin mantan di malam pertama kita, Senja."

"Tapi, aku cemburu, Mas."

Senja menatap Surya berkaca-kaca. Perkataannya adalah jujur. Membayangkan ada wanita lain yang pernah menjamah tubuh sang suami meski pun itu di masa lampau, sungguh membuat hatinya perih.

"Itu berarti kau mencintaiku," kelakar Surya. Ia berusaha mencairkan suasana yang mendadak menjadi sendu. "Aku hanya tidak ingin ada rahasia di antara kita, Senja."

Jempol Surya mengusap setitik airmata yang bersiap jatuh lalu jemarinya menangkup wajah Senja dan membawanya mendekat. Ia memberikan sebuah ciuman penenang. Berharap, dengan ciuman itu segala gundah dan kecemburuan yang memayungi hati Senja sirna. Sekaligus memberi Senja sebuah harapan tentang mahligai rumah tangga mereka.

"Aku berjanji, seorang anak akan menyatukan ikatan ini dan ia akan mendapatkan segala perhatian dariku," yakin Surya kepada Senja.

"Anak kita, Mas," bisik Senja. Napasnya masih tersengal karena ciuman intens yang Surya lancarkan barusan.

"Iya. Anak kita kelak, Sayang."

Senja tersenyum, mengangguk-anggukan kepala. Ia merasa lega, sekarang. Surya benar, kejujuran adalah komunikasi awal untuk memulai perjalanan mereka. Ia akan menerima kelemahan Surya di masa lalu, seperti ia yang telah mencintai pria itu semenjak SMA.

Kedua mata Senja berkedip-kedip, kantuk mulai menyerang. Biarlah, mereka akan bebersih diri esok pagi. Sekarang yang mereka butuhkan adalah tidur berpelukan.

"Selamat malam, Mas," lirih Senja berucap karena di detik berikutnya dengkuran halus lolos dari bibirnya.

Surya hanya diam, tidak menanggapi. Tangan kirinya masih setia mengelus punggung Senja dari balik selimut. Tatapannya juga masih sesendu ketika ia mengaku tentang saat pertama ia bercinta.

"Maafkan aku, Senja. Aku terpaksa melakukan ini."

Ia mengamati Senja untuk beberapa waktu. Seolah memastikan jika istrinya itu sudah benar-benar terbuai ke alam mimpi. Kemudian, dengan perlahan, ia mendorong tubuh Senja sedikit menjauh. Surya mengambil bantal lalu menjadikan bantal itu sebagai pengganti dirinya. Senja tidak merasa terganggu, justru pelukannya kian erat.

Surya menjejakan kaki ke lantai, tangannya meraih laci tempat ia menyimpan ponselnya tadi. Pria itu menoleh sekali lagi ke arah Senja. Setelah ia benar-benar yakin, Surya pun berjalan keluar, ke arah balkon kamar.

Ia mendial sebuah nomor yang tercantum dengan nama 'Malam' di kontak panggilan. Sedikit kesusahan melangkah karena ia harus memakai celana terlebih dahulu. Tidak mungkin, kan ia telanjang di balkon kamar nanti?

Klik!

"Syukurlah kau belum tidur. Aku merindukanmu, baby."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tarunika Herbras
Waduh bikin penasaran banget ceritanya! lanjut baca dulu 🥹
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ditinggalkan Setelah Malam Pertama   Di Atas Ranjang, di Hari Hujan

    Ciuman mereka dalam dan intens, napas keduanya tersengal. Arya mendorong tubuh Senja perlahan hingga terbaring, matanya membara penuh hasrat.“Mas… pakaianku basah,” rajuk Senja, tubuhnya gemetar saat duduk di ranjang, mencoba melepas cardigannya.“Biar Mas bantu, ya?” tawar Arya, dan Senja mengangguk.Perlahan, Arya menurunkan resleting dress Senja di punggungnya, sementara Senja mengangkatnya sebatas dada, membiarkannya meluncur melewati kepala. Dingin hujan masih menempel di kulitnya, membuat sensasi sentuhan Arya terasa lebih menggetarkan."Mas Arya… gak lepas kaos? Basah itu…” Pipi Senja semakin memerah saat Arya menatap tubuhnya yang nyaris telanjang, hanya dibatasi pakaian dalam yang basah kuyup karena hujan.Tanpa menunggu diperintah dua kali, Arya menegakkan badannya dan mulai menanggalkan pakaiannya satu per satu. Kaos, celana jeans, lalu sepatu. Senja mengamati setiap gerakan Arya sambil melepas flat shoes-nya sendiri yang sedikit kemasukan air hujan masuk, membuat kakinya

  • Ditinggalkan Setelah Malam Pertama   Vespa dan Hujan Adalah Saksi

    "Kamu bawa jas hujan?" Arya menoleh ke samping, matanya menatap Senja yang menggeleng lesu. Hujan deras menimpa trotoar ruko yang tertutup rapat, tetesan air membentuk genangan kecil di kaki mereka."Kalau kita menunggu, bakalan sampai malam ini," katanya sambil menepuk lembut bahu Senja. "Mas beliin kamu jas hujan dulu ya?"Arya sudah bersiap melangkah ke jalan, tapi tangannya ditahan Senja. "Rumahku dekat, Mas. Sekalian saja hujan-hujanan," katanya, nada suaranya lembut tapi ada tantangan kecil di ujung kata.Arya mengamati ekspresi wajah Senja, bibirnya tersenyum ceria, mata berbinar. Sepertinya wanita itu memang menantikan momen ini."Sudah lama juga tidak main hujan-hujanan..." cengir Senja."Tapi kau bisa sakit, pendek..."Panggilan dari Arya membuat mereka saling bersitatap. Diam sejenak, mata mereka saling menyelami, seolah membaca isi hati masing-masing. Degup jantung Senja berdentum kencang dan ia yakin Arya merasakan hal yang sama. Ada dorongan kuat untuk saling mencium, na

  • Ditinggalkan Setelah Malam Pertama   Bayangan Mia

    [Aku mungkin tidak akan pulang malam ini]Pesan dari Mia muncul di layar. Senja mengerjab, ia segera mengetik balasan:[Jadi, itu bukan pertemuan bisnis? Kau bermalam dengan seorang pria?]Tulisan "Mia sedang mengetik..." berdenyut di layar. Senja menatapnya tanpa berkedip, jari-jarinya dingin, rasa tidak sabar menggerogoti dadanya.Terbersit keraguan di hati Senja. Apakah Surya dan Mia sungguh-sungguh sudah berakhir? Rasanya aneh ketika Surya justru meminta mantan kekasihnya untuk menjaganya, seolah tak ada orang lain yang bisa ia percayai. Terlebih, Surya tak pernah jujur bercerita tentang Mia padanya, seakan ada sesuatu yang disembunyikan.Tiba-tiba, ingatan malam pertama itu menyelinap. Pengakuan Surya mengenai seorang gadis yang diajaknya bercinta untuk pertama kali. Senja menahan napas. Jangan-jangan… gadis itu adalah Mia?[Hahaha… Kau benar-benar ingin tahu, Senja? Baiklah, akan kujawab. Ya, aku seorang petualang cinta. Aku bebas, dan aku menikmatinya. Kami bertemu di sebuah pe

  • Ditinggalkan Setelah Malam Pertama   Pertemuan yang Menegangkan

    "Senja…?"Tubuh Senja membeku. Napasnya tersendat saat menoleh ke belakang, ke arah suara itu. Arya berdiri di sana, senyum hangatnya mengembang -senyum yang mengingatkannya pada hari itu di hotel Esmeralda, saat tubuh mereka nyaris menyatu, hampir menembus batas yang tak seharusnya."Ma… Mas Arya…?" Suaranya gugup, hampir tak terdengar."Kau sudah di sini? Di Bogor?"Senja tidak menjawab. Pipinya memerah saat matanya menatap Arya, wajahnya terasa begitu tampan dari jarak dekat. Degup jantungnya meningkat. Bayangan ciuman mereka di hotel Esmeralda kembali melintas, setiap sentuhan Arya masih terasa di kulitnya.Senja menelan ludah, bibir bawahnya tergigit, dan pandangannya tak sengaja menelusuri lekuk tubuh kekar Arya yang terbalut kaos ketat. Ada getar yang menegangkan di perutnya, hangat dan sulit diabaikan."Jadi, kau sudah menemukan si Surya?"Suara lain memecah lamunan Senja. Perlahan, pandangannya bergeser dari lengan berotot Arya ke sosok wanita yang berdiri di sampingnya."Mba

  • Ditinggalkan Setelah Malam Pertama   Surya Kencana, di Antara Dua Janji

    [Aku sudah mendarat di Indonesia sejak dua hari yang lalu, temui aku di hotel yang biasa, aku sangat menginginkanmu. Jangan khawatir, ini bukan bagian dari imbalan]Mia mengerjab membaca pesan chat dari Surya yang masuk. Senyumnya mengembang membentuk sebuah seringai. Kebetulan sekali ia sedang membutuhkan kehangatan. Alih-alih Surya menghubungi istrinya setibanya ia di Jakarta, pria itu justru memilih bersembunyi selama dua hari lalu menghubunginya untuk sebuah ranjang panas. Padahal ia sudah bersiap dengan pakaian kasualnya untuk berkeliling Bogor di pagi mendung dengan mengendarai Vespa bersama Senja. Haruskah ia membatalkannya?[Aku ke sana agak siangan, kami akan berburu kuliner terlebih dahulu. Kau gila S! Pagi-pagi sudah minta begituan! Di mana Mawar? Kenapa tidak minta pada istri pertamamu?]Mia mengirimkan balasan. Ia dan Surya berbagi satu nomor rahasia yang tidak diketahui oleh siapa pun, baik Senja atau Mawar. Ini ide Surya semenjak malam pesta mereka di Roma.[Kami sempa

  • Ditinggalkan Setelah Malam Pertama   Obrolan Senja Hari

    "Aku akan menetap di Bogor untuk sementara..."Senja menoleh, ia melihat Mia menatap langit senja dengan mata berkaca-kaca. Wanita cantik itu menyusulnya ke lantai dua usai sarapan, meminta maaf kepadanya karena telah membuatnya tersinggung."Itu hakmu untuk tidak percaya pada apa yang kuutarakan," ucap Mia, suaranya pelan namun sarat makna. "Hanya satu pesanku: jangan terlalu menggantungkan hidup pada Surya. Sayangi dirimu sendiri. Kadang, melepaskan di saat kau begitu mendamba justru satu-satunya cara untuk membebaskanmu.""Aku akan membuktikannya sendiri, Mia. Aku yakin Mas Surya mencintaiku. Dan si Mawar itu... pasti hanya masa lalunya, seperti dirimu."Keduanya duduk bersisian di balkon lantai dua, menikmati senja yang kian memerah. Meski seharian telah berbagi pikiran, Senja tahu Mia tidak sepenuhnya terbuka. Ada kabut misteri yang masih menyelimuti wanita itu, seolah ia menyembunyikan sesuatu yang berat."Baiklah! Tapi saranku, lihat situasi. Jika Surya pulang seorang diri, jan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status