Share

Bab 88

Penulis: Bintu Hasan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-09 18:24:16

Setelah hampir sepuluh jam perjalanan, mobil Tiara berhenti di depan rumah yang sedikit asing baginya. Dada terasa sesak hingga harus menarik napas dalam lalu hembuskan perlahan, seolah berusaha menyingkirkan beban yang menekan.

Langit masih berwarna abu-abu sisa subuh. Matanya sayu, kantungnya menghitam karena tidur hanya sempat dia cicipi sekejap. Namun, langkahnya tetap tegas. Informasi yang dia dapat kemarin tentang Nanda bagaikan kail yang siap menariknya ke arus besar yang mungkin mengubah segalanya.

Tiga ketukan dilayangkan di pintu. Tak sampai hitungan detik, pintu itu terbuka. May berdiri di ambang, senyumnya lebar seperti biasa. “Tante Tiara?”

“Bunda ada, kan?” Suara Tiara terdengar datar, tapi matanya menyimpan urgensi.

“Ada. Tante yakin mau ketemu Bunda?”

Anggukan singkat menjadi jawaban. May berbalik, mempersilakan masuk. Tiara duduk di ruang tamu, jemarinya meremas tas yang dia pangku. Sementara itu, May berjalan ke kamar utama.

Ida sedang duduk di tepi ranjang, mukenah
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 89

    Tidak ada yang mengusik ketenangan keluarga May. Sang bunda tetap tenang melanjutkan naskahnya di beberapa platform digital, Raya berangkat sekolah seperti biasa, dan si adik memilih bermain di rumah.May sendiri merasa bosan sejak pagi. Akhirnya, dia memutuskan pergi ke perpustakaan bersama teman sekolah lamanya. Setelah mendapat izin, dia langsung mandi, berganti pakaian, lalu mengambil buku dan pena yang dimasukkannya ke dalam tas.Sekilas, pantulan dirinya di cermin membuatnya tersenyum kecil karena merasa tampak persis seperti mahasiswi di drama-drama yang sering dia tonton.“Bun, aku berangkat, ya? Assalamualaikum,” pamit May sambil menunduk, mencium punggung tangan bundanya dengan penuh hormat.“Waalaikumussalam. Hati-hati, jangan pulang malam,” jawab sang bunda, matanya tetap fokus pada layar laptop.May mengacungkan jempol, kemudian melangkah cepat keluar. Di depan pagar, sudah berdiri seorang wanita bermata agak sipit. Rambut hitam legamnya tergerai, menambah kesan tegas pad

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 88

    Setelah hampir sepuluh jam perjalanan, mobil Tiara berhenti di depan rumah yang sedikit asing baginya. Dada terasa sesak hingga harus menarik napas dalam lalu hembuskan perlahan, seolah berusaha menyingkirkan beban yang menekan.Langit masih berwarna abu-abu sisa subuh. Matanya sayu, kantungnya menghitam karena tidur hanya sempat dia cicipi sekejap. Namun, langkahnya tetap tegas. Informasi yang dia dapat kemarin tentang Nanda bagaikan kail yang siap menariknya ke arus besar yang mungkin mengubah segalanya.Tiga ketukan dilayangkan di pintu. Tak sampai hitungan detik, pintu itu terbuka. May berdiri di ambang, senyumnya lebar seperti biasa. “Tante Tiara?”“Bunda ada, kan?” Suara Tiara terdengar datar, tapi matanya menyimpan urgensi.“Ada. Tante yakin mau ketemu Bunda?”Anggukan singkat menjadi jawaban. May berbalik, mempersilakan masuk. Tiara duduk di ruang tamu, jemarinya meremas tas yang dia pangku. Sementara itu, May berjalan ke kamar utama.Ida sedang duduk di tepi ranjang, mukenah

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 87

    Malam begitu tenang, seolah langit ingin menidurkan bumi. Hujan deras mengguyur tanpa jeda, memukul-mukul atap seng dengan irama yang sama sejak magrib. Lampu jalan memantulkan cahaya kekuningan di genangan air, menciptakan lingkaran-lingkaran kecil yang pecah setiap tetes jatuh.Di kejauhan, suara kodok bersahutan, kalah oleh gemuruh hujan yang menutup rapat semua suara lain. Udara lembap merayap masuk lewat celah-celah jendela, membawa aroma tanah basah yang menenangkan sekaligus menusuk kenangan lama.Di dalam rumah, hanya suara hujan yang berbicara. Selebihnya, malam seperti menahan napas.Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar di tengah riuhnya hujan dengan pelan, tapi cukup jelas menembus dinding kesunyian. Hanan bangkit, melangkah ke arah pintu dengan rasa heran.Begitu daun pintu terbuka, udara dingin menerpa wajahnya. Di teras, berdiri Tiara dengan payung hitam yang meneteskan air. Di sebelahnya, Kiara mengerutkan bahu, jaketnya sudah basah di bagian lengan.Wajah Tiara data

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 86

    Karena benar-benar tak ada satu pun yang mau menerima Hanan bekerja, rasa putus asanya makin menjadi. Terlintas di benak, adik iparnya sedang libur dan berada di rumah. Dengan niat yang setengah berharap, dia memutuskan untuk berkunjung. Pria berusia tiga puluh tiga tahun bertubuh tinggi dengan raut wajah tenang itu tengah duduk di ruang tamu. Di depannya, secangkir kopi hitam masih mengepulkan uap, ditemani sepiring nasi goreng yang aromanya memenuhi ruangan. Asap rokok melayang di udara, bergulir sebelum menghilang. Beberapa saat kemudian, dia mematikan puntung rokok di asbak, kemudian menoleh ke arah pintu. “Mas Hanan? Masuk, Mas!” “Fatih.” Hanan tersenyum tipis lalu melangkah masuk dan ikut duduk. “Hanen, buatin Mas Hanan minum!” seru Fatih dari kursinya. Dari dapur, suara Hanen terdengar menyahut pelan, tanda mengiyakan. Hanan menarik napas panjang. “Walau adikku keras kepala, aku lihat rumah tangga kalian baik-baik aja.” “Mas, rumah tangga itu nggak bisa cuma salah satu y

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 85

    "Makasih, ya, Dek. Kamu udah bantuin masmu." Husna mendengkus kesal lalu melangkah cepat menuju kursi di ruang tamu. Dia sudah bisa membayangkan bagaimana hebohnya nanti kalau berita kedatangan Nanda yang mengaku hamil tersebar di lingkungan itu. Tadi saja kebohongannya sudah jelas terbongkar, tapi gosip itu sifatnya seperti api di sekam—baru benar-benar panas ketika ada yang meniup dan menambah-nambahi cerita dari kejadian sebenarnya. "Mas, kalau aja dulu kamu nggak selingkuh sama perempuan kayak dia, nggak akan ada kejadian hari ini. Semua yang Mas alami setengah tahun ini seharusnya nggak pernah ada. Mungkin aku masih bebas chat sama May, ngobrol sama adik-adiknya juga." Husna membuang napas kasar. "Kamu nggak akan dipermalukan kayak gini, dipandang remeh tetangga, bahkan kehilangan muka. Mas, kamu nggak pernah kepikiran buat mengakhiri hidup aja?" Hanan menunduk. Perkataan adiknya menusuk tepat di dada. Dalam hati, dia mengakui semua itu benar. Andai saja dia tidak jatuh cinta

  • TEMAN WANITA AYAHKU   Bab 84

    Mentari baru saja mengintip dari balik bukit, sinarnya lembut menyapu kabut yang masih menggantung di atas sawah. Udara pagi segar menyelinap lewat jendela bambu, membawa aroma tanah basah dan suara ayam berkokok dari kejauhan. Daun-daun pisang bergoyang pelan diterpa angin, sementara suara lesung ditumbuk dari dapur tetangga terdengar bersahut-sahutan. Hari baru telah dimulai begitu pelan, sederhana, tapi penuh kehidupan. Seorang wanita berdiri di depan rumah Bu Siti. Tak lama, dia pun mengetuk pintu. “Mas Hanan, buka pintunya!” Teriakan itu membuat langkah Hanan terhenti di depan cermin. Dia baru saja merapikan kemeja untuk pergi mencari lowongan kerja ke luar kota. Tak perlu berpikir lama, suara itu sangat dia kenali dan tak pernah dia harapkan datang di pagi buta. Saat membuka pintu kamar, matanya langsung tertuju pada Husna yang berdiri dengan wajah masam, kedua tangan dilipat di dada, seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja. “Mas Hanan, buka pintunya!” teriak suara

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status