Home / Romansa / "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan / BAB 1 – PERSAINGAN YANG MEMBAKAR API

Share

"THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan
"THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan
Author: Arekndeso

BAB 1 – PERSAINGAN YANG MEMBAKAR API

Author: Arekndeso
last update Last Updated: 2025-03-14 11:20:58

Langit senja memancarkan warna oranye keemasan, membiaskan cahayanya melalui kaca jendela yang membentang dari lantai ke langit-langit di ruang kantor megah milik Adam Sinclair. Duduk di belakang meja kayu mahoni yang mengilap, pria itu menyilangkan jari-jarinya sambil menatap dingin layar komputer yang menampilkan laporan keuangan perusahaan. Setelan Armani hitamnya membentuk garis sempurna di tubuh atletisnya, menunjukkan kesempurnaan seorang pemimpin.

Namun, sorot matanya tajam, penuh ketegangan yang tertahan.

“Dia mulai bergerak,” suara pria tua di hadapannya memecah kesunyian. Raymond Carter, penasihat senior Adam yang telah lama bekerja dengannya, meletakkan sebuah map berisi laporan investigasi di meja. “Aurora Lennox baru saja memenangkan kontrak yang seharusnya jatuh ke tangan kita.”

Adam mengepalkan tangannya. Nama itu bukan sekadar nama, tetapi simbol tantangan yang akhir-akhir ini terus mengusik posisinya di dunia bisnis. Aurora Lennox, CEO muda yang baru saja naik ke puncak melalui perjuangan dan kecerdasannya, telah berkali-kali menjadi duri dalam daging bagi Sinclair Corporation.

“Dia bukan ancaman,” ujar Adam dengan nada tenang, meskipun nada dingin di suaranya tak bisa disembunyikan.

Raymond tersenyum samar. “Dia sudah mengalahkanmu dua kali dalam tiga bulan terakhir. Jika kau terus meremehkannya, mungkin dia akan menjadi lebih dari sekadar ancaman.”

Adam mendongakkan kepala, matanya bersinar dengan determinasi. “Aku tak pernah kalah lebih dari yang aku izinkan, Raymond.”

Namun, dalam hatinya, ia sadar bahwa Aurora Lennox bukanlah lawan biasa. Wanita itu bukan hanya sekadar pengusaha cerdas, tetapi juga seseorang yang berani mengambil risiko dan tak gentar menghadapi orang sepertinya.

Adam menggeser map di atas mejanya, membukanya, dan membaca laporan yang disusun oleh tim intelijennya. Aurora baru saja menandatangani kesepakatan dengan salah satu investor terbesar di kota, yang sebelumnya adalah klien setia Sinclair Corporation. Itu berarti dia tak hanya mencuri peluang bisnisnya, tetapi juga mencoba menggoyahkan kepercayaan para mitra bisnisnya.

Sebuah ketukan di pintu membuatnya mengangkat kepala. Seorang asisten masuk dengan ekspresi gugup.

“Mr. Sinclair, Miss Lennox ada di lobi. Dia ingin bertemu dengan Anda.”

Mata Adam menyipit sedikit. “Aurora Lennox?”

“Ya, Sir.”

Raymond mengangkat alisnya. “Sepertinya dia tidak membuang waktu.”

Adam tersenyum tipis, senyum yang lebih mencerminkan tantangan daripada keramahan. “Bawa dia masuk.”

Tak butuh waktu lama, pintu terbuka kembali, dan seorang wanita melangkah masuk dengan keanggunan yang nyaris provokatif. Aurora Lennox mengenakan gaun hitam elegan dengan potongan yang menonjolkan setiap lekuk tubuhnya, menunjukkan bahwa dia bukan hanya seorang wanita bisnis yang kompeten tetapi juga seseorang yang tahu bagaimana memanfaatkan kehadirannya untuk mengendalikan situasi.

Mata mereka bertemu dalam tatapan tajam, seolah-olah pertempuran baru saja dimulai.

“Adam,” sapanya dengan suara lembut, namun ada ketegasan di baliknya.

“Aurora,” balas Adam, mengisyaratkan padanya untuk duduk.

Wanita itu melangkah dengan percaya diri, lalu duduk di kursi di hadapan Adam. Dia menyilangkan kaki, meletakkan satu tangan di sandaran kursi, dan tersenyum kecil. “Kau tidak terlihat terkejut melihatku.”

Adam mencondongkan tubuhnya ke depan, menautkan jari-jari di atas meja. “Aku selalu siap menghadapi lawanku, terutama yang begitu berani datang ke sarang singa.”

Aurora tertawa kecil. “Singa? Kau terdengar seperti seseorang yang baru saja kehilangan buruannya.”

Adam tersenyum tipis. “Aku hanya kehilangan apa yang ingin kulepaskan.”

Aurora mengangkat alis. “Kali ini, aku tidak yakin itu benar. Aku mendapatkan kontrak yang kau incar, dan aku yakin kau tak menyukainya.”

Adam mengamati ekspresinya. Wanita ini benar-benar tidak takut. Dia datang ke sini bukan untuk meminta maaf atau menjelaskan tindakannya, tetapi untuk menunjukkan bahwa dia adalah lawan yang harus diperhitungkan.

“Jadi, apa tujuanmu datang ke sini, Aurora?” tanyanya dengan nada rendah namun penuh kewaspadaan.

Aurora menyandarkan tubuhnya ke belakang, menatap Adam dengan senyum bermain di bibirnya. “Aku ingin menawarkan sesuatu. Kita bisa saling menghancurkan, atau…” Dia menatap Adam dengan tatapan yang penuh teka-teki. “Kita bisa bekerja sama.”

Adam mengangkat satu alis. “Kerja sama?”

Aurora mengangguk. “Ya. Aku tidak bisa menyangkal bahwa kau lawan yang kuat, dan aku rasa kau pun tahu bahwa aku bukan seseorang yang mudah ditaklukkan.”

Adam terdiam sejenak, membiarkan kata-kata itu menggantung di udara. Tawaran ini menarik, tetapi dia tahu bahwa menerima kerja sama dengan Aurora Lennox berarti membuka ruang bagi ketegangan yang lebih besar—bukan hanya dalam bisnis, tetapi juga dalam sesuatu yang lebih dalam, lebih pribadi.

“Dan apa jaminanku bahwa kau tidak akan menusukku dari belakang?” tanyanya dengan nada skeptis.

Aurora tersenyum lebih lebar. “Jaminan? Tidak ada. Sama seperti aku tidak memiliki jaminan bahwa kau tidak akan melakukan hal yang sama padaku.”

Hening. Mata mereka saling mengunci dalam ketegangan yang hampir terasa seperti medan perang.

Kemudian, Adam tertawa kecil. “Kau benar-benar berani.”

Aurora hanya mengangkat bahu. “Keberanian adalah bagian dari permainan ini, bukan?”

Adam menatapnya beberapa detik lagi sebelum akhirnya mengeluarkan napas panjang. Dia tahu bahwa menerima tawaran ini bisa membuka lebih banyak pintu—bukan hanya di dunia bisnis, tetapi juga sesuatu yang jauh lebih berbahaya: ketertarikan yang sulit dikendalikan.

Tapi dia selalu menikmati permainan berbahaya.

“Baiklah,” katanya akhirnya. “Aku tertarik mendengar lebih lanjut tentang idemu.”

Aurora tersenyum puas. “Bagus. Karena aku yakin kau akan menyukainya.”

Tanpa mereka sadari, sesuatu telah dimulai di ruangan itu. Bukan hanya sekadar kesepakatan bisnis, tetapi sesuatu yang lebih dalam, lebih liar, dan lebih sulit dikendalikan.

Dan baik Adam maupun Aurora tahu, ini bukan sekadar kerja sama. Ini adalah awal dari permainan yang bisa membakar mereka berdua.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   Bab 10-Garis yang Semakin Kabur

    Pagi itu, Aurora tiba di kantor lebih awal dari biasanya. Ia berusaha menenangkan pikirannya yang mulai tidak stabil dengan terjebak di antara tumpukan laporan dan strategi. Namun, setelah malam gala bersama Adam, segalanya tampak semakin tidak jelas.Di satu sisi, ia ingin tetap menjaga jarak—profesional, rasional, dingin. Namun di sisi lain, pertanyaan-pertanyaan yang selama ini tak pernah ia izinkan untuk muncul mulai mengguncang ketenangannya. Apa yang akan terjadi jika ia memberi ruang bagi perasaan tersebut? Apa konsekunsi jika ia berhenti berpegang pada pertahanannya?Yang paling menakutkan—mengapa ia mulai menginginkannya?---Rapat Tengah Hari – Kantor Sinclair GroupAurora duduk di ruang pertemuan yang megah, dihiasi dengan detail marmer dan kaca yang memukau. Rapat ini diadakan secara resmi untuk membahas merger salah satu anak perusahaan teknologi miliknya dengan mitra yang kini menjadi target akuisisi Sinclair Group.Secara teknis, ini adalah rapat bisnis biasa. Namun, ka

  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   Bab 9-Permainan yang Tak Lagi Sekadar Strategi”

    Aurora selalu berusaha menjaga jarak emosional dalam dunia bisnes yang keras dan penuh intrik. Sebagai wanita berpengalaman, ia memahami bahwa kedekatan personal dapat menjadi celah berbahaya—zona di mana kelemahan dapat terlihat. Namun, malam itu, saat berdiri di balkon apartemennya dan menatap gemerlap lampu kota yang tampak asing, ia menyadari bahwa semuanya telah berubah. Ketika ponselnya bergetar dengan nama Adam muncul di layar, bayangan masa lalu perlahan kembali menghantuinya. > Adam “Kau belum menjawab pertanyaanku sebelumnya. Tentang alasan mengapa kau membiarkanku mendekat. ” Aurora terdiam sejenak, jari-jarinya menggenggam ponsel semakin erat. Ia tidak pernah membiarkan siapa pun memiliki pengaruh besar dalam hidupnya. Namun, Adam bukanlah sekadar 'siapa pun'. Ia teringat tatapan penuh percaya diri dan ketulusan pria itu siang tadi. Seolah di balik semua permainan dan tantangan yang ditawarkannya, Adam benar-benar ingin mengenalnya lebih dalam—bukan hanya sebaga

  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   Bab 8- Api yang Tak Ingin Padam

    Langit mulai gelap ketika Aurora tiba kembali di kantornya. Jalan-jalan sibuk di ibu kota tampak samar dari balik kaca mobilnya, sementara bayangan pertemuannya dengan Adam terus melingkari pikirannya, seperti jejak parfum mahal yang tertinggal lama di kulit. Ia memejamkan mata sejenak. Itu seharusnya hanya sekadar makan siang. Percakapan biasa. Tak lebih. Namun, setiap kata yang terucap, setiap tatapan tajam dari Adam terasa seperti permainan catur yang penuh strategi. Aurora menyadari bahwa dalam permainan ini, ia bukan sekadar pemain—ia adalah bidak yang mulai bergerak menuju arah yang tak terduga. Setibanya di kantornya, Aurora langsung melangkah ke ruang kerjanya. Sekretarisnya, Nina, sempat memanggil, tetapi Aurora hanya memberi isyarat agar tidak diganggu. Ia butuh waktu untuk meresapi kembali pikirannya—dan, yang lebih penting, meredakan gejolak di hatinya. Ia duduk, membuka laptop, dan menatap layar presentasi yang harus disiapkannya untuk pertemuan investor minggu d

  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   BAB 7 – BERMAIN DENGAN API

    Aurora menatap layar laptopnya tanpa benar-benar membaca apa yang tertera di sana. Pikirannya masih dipenuhi oleh kehadiran Adam Sinclair yang tiba-tiba di kantornya tadi pagi.Pria itu…Aurora bukan wanita yang mudah terpengaruh oleh seorang pria. Dalam dunia bisnis yang keras, dia telah bertemu banyak pria yang mencoba mendekatinya, baik karena ketertarikan maupun karena motif tersembunyi.Tetapi Adam berbeda.Dia adalah lawan yang sulit ditebak.Sama seperti dirinya, Adam adalah predator dalam dunia bisnis—seseorang yang tidak takut mengambil risiko demi mencapai tujuannya. Tetapi berbeda dengan pria lain yang pernah Aurora hadapi, Adam tidak hanya tertarik pada kompetisi di ruang rapat… Dia juga tertarik padanya.Dan itulah yang membuat semuanya menjadi lebih berbahaya.Ketika ponselnya bergetar, Aurora menghela napas dan melihat layar. Sebuah pesan dari Adam.Adam:"Aku tahu kau masih memikirkannya. Jangan berbohong, Aurora."Aurora tersenyum kecil, merasa geli sekaligus kesal de

  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   BAB 6 – TARIKAN DAN DORONGAN

    Aurora tahu bahwa dia sedang bermain dengan api.Adam Sinclair bukan pria biasa. Dia bukan seseorang yang bisa ditaklukkan dengan mudah, tetapi juga bukan seseorang yang mudah mengendalikan dirinya sendiri. Tarik-ulur ini… ketegangan yang semakin meningkat di antara mereka… semuanya adalah permainan yang berbahaya.Tetapi mengapa dia tidak bisa menghindar?Aurora menatap Adam yang masih berdiri di dekatnya, sorot matanya penuh keyakinan."Jadi," kata Adam dengan nada santai, tetapi ada ketajaman di balik suaranya. "Apakah kita akan terus berpura-pura bahwa ini hanya tentang bisnis?"Aurora tersenyum tipis, meneguk anggurnya dengan perlahan sebelum meletakkan gelas itu di meja. "Kau mengundangku ke sini dengan dalih bisnis, tetapi sepertinya ini bukan tentang itu sama sekali."Adam mendekat, tubuhnya hanya berjarak beberapa inci dari miliknya. "Aku tidak pernah mengatakan bahwa kita hanya akan membicarakan bisnis, Aurora."Aurora menatapnya, hatinya berdebar kencang meskipun dia berusa

  • "THE CEO'S RIVAL":Antara Hasrat Dan Persaingan   BAB 5 – AMBISI DAN GODAAN

    Malam itu, Aurora tidak bisa tidur.Percakapan dengan Adam masih berputar di kepalanya. Pria itu bukan sekadar lawan bisnis biasa—dia adalah seseorang yang tahu bagaimana membaca kelemahan orang lain dan menggunakannya sebagai senjata. Dan yang lebih mengganggunya adalah kenyataan bahwa dia sendiri merasakan ketertarikan yang tidak seharusnya.Dia menggigit bibirnya, lalu meraih segelas anggur yang tersisa di meja samping ranjangnya. Cahaya kota yang masuk melalui jendela besar apartemennya menambah suasana malam yang semakin mencekam."Jangan bodoh, Aurora," gumamnya sendiri. "Ini hanya bisnis. Hanya bisnis."Tetapi mengapa suara Adam terus terngiang di kepalanya?—Kantor Aurora – Keesokan HarinyaAurora tiba di kantornya lebih awal, berharap bisa menenggelamkan pikirannya dalam pekerjaan. Tetapi begitu dia memasuki ruangannya, sebuah kejutan sudah menunggunya.Setangkai mawar merah diletakkan di atas mejanya, bersama dengan sebuah kartu kecil.Aurora mengerutkan kening, mengambil k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status