Share

Katyushka Family

Besok siangnya, dengan badan yang masih sangat letih, dia terburu-buru menuju bandara. Puluhan pesawat jet yang mampu terbang antar planet, berlalu lalang di bandara, ratusan mahluk dari berbagai sistem tata surya tumpah ruah di lobi. Ketika masuk ke bandara, Ryo langsung dipandu oleh 2 pria kulit putih berbadan tegap dengan setelan hitam.

"Tuan Ryo?" tanya salah satu pria.

"Ya?"

"Silahkan ikut kami, Nona Elena sudah menunggu di pesawat."

Dengan 2 pengawal disampingnya, dia dipandu menuju hangar pesawat pribadi, dia tidak bisa menutup mulutnya ketika melihat pesawat jet pribadi berwarna putih cemerlang, dengan logo kepala burung gagak di ekornya.

Bukan hanya itu yang membuat Ryo terbelalak, di kedua sisi sayap pesawat, lusinan Missile dan senapan serbu tertata rapih. Lebih seperti pesawat tempur pribadi. Dua pramugari cantik menyambut kedatangan mereka dengan senyum menawan di bawah tangga, mengantar mereka bertiga masuk ke pesawat.

"Kerja bagus Zoan, Robert," kata Elena sembari mengutak atik layar hologram di depannya. Mereka berdua menggangguk dan duduk di kursi belakang Elena.

"Liu, persiapan take off."

"Baik," ucap seorang dari kabin pilot melalui pengeras suara.

Ryo mengambil tempat duduk di depan Elena dan memasang sabuk pengamanya.

"Pesawat yang bagus, milikmu?" tanya Ryo sembari memperhatikan interiornya.

"Secara teknis, ya. Aku memodifikasi pesawat ini, dari ujung moncong hingga ujung ekornya, pesawat ini juga termasuk aset kekuatan tempur White Raven."

"Oh. Pesawat AFO hanyalah lelucon jika di bandingkan dengan pesawat ini, lusinan missile hulu ledak tinggi, senapan serbu 50. Cal dan mungkin senjata rahasia lainnya di perut pesawat."

*AFO = Air Force One

"Oh? Pengamatan yang bagus, aku kira kau hanya murid sekolahan biasa,"

Ryo hanya mengangkat bahunya dan tersenyum, "Hanya murid culun yang senang membaca," pungkasnya.

"Pesawat akan take off, harap kencangkan sabuk pengaman." Suara pria terdengar melalui pengeras suara.

Pesawat kian membumbung tinggi ke langit, pemandangan luas kota Tokyo yang di kelilingi oleh tembok benteng, mulai semakin mengecil. Puing-puing reruntuhan bangunan dapat terlihat di luar lingkaran tembok.

Perumahan yang rata dengan tanah, kawah seluas ratusan meter persegi terbentuk di sana-sini akibat ledakan. Daratan baru bermunculan di lepas pantai samudera pasifik, begitu pula daratan yang hilang karena runtuhnya struktur bawah tanah akibat eksploitasi lahan semasa perang.

Prajurit manusia bergerilya di bawah tanah dan membangun jaringan terowongan seperti labirin bawah tanah sepanjang ribuan kilometer di sepanjang garis pantai.

Walaupun efektif, akan tetapi penggalian labirin terowongan yang asal ini justru menjadi kuburan masal ketika pasukan musuh dari luar tata surya memborbardir posisi mereka. Wilayah yang mereka gali runtuh dan menjadi lebih rendah dari laut, dan akhirnya akan tenggelam.

*

Dengan kecepatan terbang hingga hingga tiga mach, di ketinggian 20.000 meter. Hanya butuh 7 jam untuk sampai di wilayah Washington DC.

Tembok tinggi berwarna hitam legam menjulang setinggi 50 meter. Mengelilingi kota Washington, peninggalan era Kiamat Kecil, ketika Amerika berjuang mati-matian menghadapi mahluk yang disebut "Sound Eater", sebuah mahluk tanpa mata, tanpa hidung. Mulut mereka bisa melebar seakan tak memiliki tulang rahang. Mereka menyerang apa pun dan siapa pun yang menghasilkan suara.

Setelah beberapa saat, pesawat melambat dan terbang berputar. Area luas dikelilingi tembok berwarna putih bersih setinggi belasan meter, melindungi komplek bangunan dengan gaya campuran arsitektur Yunani dan Victoria seluas ratusan hektar. Pemandangan komplek bangunan itu sangat kontras dengan gedung-gedung lainnya di luar tembok putih.

Itu lah Akademi White Raven, akademi dimana para Rifter dari berbagai dunia mengenyam pendidikan dan mendapat sertifikat serta legalitasnya.

Di berbagai negara, banyak Akademi serupa yang dibangun oleh berbagai pihak untuk memfasilitasi pendidikan manusia dengan bakat khusus ini. Pada akhirnya, profesi Rifter bukan hanya untuk bertarung di medan tempur, tapi juga untuk bertempur di medan Diplomasi dengan berbagai ras dari luar tata surya.

"Kita sudah sampai," ucap si pilot pesawat sambil memanuver pendorong jet berputar 180 derajat. Pesawat perlahan melayang turun dilapangan luas.

Seorang pria paruh baya mengenakan Buttler Tuxedo berdiri tegap menyambut kedatangan pesawat.

Didampingi para wanita dengan baju pelayan berenda berwarna hitam dan putih. "Selamat datang kembali, Nona Elena," ucap pria paruh baya itu membungkuk hormat diikuti lima wanita dibelakangnya ketika dia mereka menuruni tangga.

Elena menghampiri pria paruh baya itu dan menepuk pundaknya, "Kerja bagus, Sebastian. Bagaimana kondisi di sini?"

"Semuanya berjalan dengan baik, Nyonya Katya, sudah menyiapkan makan malam, untuk menyambut kedatangan Nona Elena dan Tuan Muda."

Dia menghela nafas, menunjukan kekesalannya, "Baiklah, terserah, aku akan makan malam, kau antar Ryo ke mansion, aku akan datang setelah membereskan beberapa masalah," kata Elena dengan menunjuk pesawat jet dengan ibu jarinya.

"Dimengerti," Sebastian mengangguk, "Mari ikut saya, Tuan Muda Ryo."

Ia menurut saja ketika mendengarnya Tuan Muda? Ryo kebingungan dengan honorifik yang mereka pakai. Seumur hidupnya ia selalu berusaha untuk hidup Down to Earth dan hanya dalam dua bulan hidupnya benar-benar tak tahu lagi mengarah kemana.

"Maafkan sebelumnya, harus berkenalan seperti ini, saya Sebastian Kepala Pelayan Mansion White Raven," ujarnya sambil terus memandu melewati jalan paving blok yang diapit lebatnya tumbuhan semak di kanan-kiri.

Ryo hanya terdiam, pikirannya masih memproses apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi. Tak lama kemudian, sebuah mansion megah terlihat di depannya.

Bangunan tiga lantai berwarna putih dengan pilar-pilar tinggi berdiri kokoh. Penjaga berseragam putih, membukakan pintu begitu melihat Sebastian datang.

Mata dan lehernya tak bisa berhenti memperhatikan keindahan interior Mansion itu, karpet merah membentang di setiap koridor. Hiasan-hiasan ditata dengan rapih sedemikian rupa sehingga mata tidak bosan untuk memandangnya, lukisan-lukisan besar dan kecil tergantung untuk mengisi dinding yang kosong.

"Mari saya antar ke kamar anda," ucap Sebatian.

Ryo menurut saja, setelah sampai di kamar, Kepala pelayan itu menunjukan tur kecil di dalam kamar, dan menyerahkan sebuah setelan jas makan malam untuk Ryo. Ia pun pamit untuk undur diri dengan sopan dan menutup pintu kamar.

"Keluarga kaya memang serba ribet," ucapnya dalam hati.

Mau tak mau dia mengikuti kemauan tuan rumah dan memakai setelan yang diberikan. Ia berkaca di depan cermin, setelan itu benar-benar seperti dijahit khusus untuknya. Sebastian sudah menunggunya di depan pintu lalu mengantarnya ke ruang makan.

Setelah Sebastian membukakan pintu ruang makan, Ryo terkagum melihat ornamen klasik yang menghiasi interior ruang makan, tidak begitu mencolok tapi terlihat begitu mewah. Baru pertama kali ia melihat dekorasi ruangan yang antic, ketika seluruh penghuni bumi di abad ke 26 mengedepankan tampilan yang simpel dan futuristic.

Namun, semua itu tak seberapa di bandingkan ketika ia melihat seorang wanita yang melihat keluar jendela mengenakan gaun malam berwarna hitam, dengan potongan berpola V di punggung wanita itu, menambah elok lekuk tubuhnya yang terbalut kulit seputih salju.

"Selamat datang, Ryo." Wanita itu menyapa dengan nada suara yang halus. Tatapannya teduh tapi berwibawa ketika dia berbalik dan menatap Ryo.

"Tunggu dulu, Elena?" Ryo semakin terkejut ketika melihat paras wanita itu, mulai dari Rambutnya yang putih keperakan terlihat selembut sutra, Ceruk matanya yang anggun, bibir yang merah merona walau tanpa lipstick, tinggi semampai dengan lekuk tubuh yang seksi. Semuanya persis dengan Elena di mata Ryo, hanya suara dan gesture tubuhnya yang membuat Ryo sedikit ragu.

"Haha, Tentu saja bukan, saya Katya Katyushka Founder White Raven," jawab Katya dengan sedikit tawa renyahnya yang memecah situasi yang canggung.

Namun, Ryo masih belum percaya dengan yang ia lihat, dan tanpa sadar mengucek matanya beberapa kali, 'kembar identik' itu yang ada di kepala Ryo, Tapi bagaimana mungkin Ibu dan Anak bisa sampai terlihat sama persis?

"Akan ku ceritakan nanti, sekarang duduklah dulu, sepertinya Elena masih sibuk merias, ya ampun masih saja seperti anak kecil. Kau tau? dari dulu dia tidak mau berdandan seperti wanita pada umumnya." terang Katya sembari memberikan kode kepada para pelayan untuk meninggalkan ruang makan kecuali Sebastian yang tetap berdiri di sampingnya.

"Oh, Begitu kah?" jawab Ryo dengan sedikit tertawa canggung dan duduk di bangku yang berseberangan dengan Katya.

Setelah Ryo memperhatikan dengan seksama gesture tubuh Katya memang sangat feminim, lemah lembut dan anggun. Berbeda dengan Elena yang sangat impulsif dan terkesan seperti anak lelaki tapi kecantikan mereka berdua bak dewi yang turun dari langit.

"Begitulah, walaupun begitu dia tetaplah perempuan," erang Katya dengan mengangkat jari telunjuknya dan sedikit melirik Sebastian, dengan gerakan yang halus Sebastian membuka botol Wine dan menuangnya tiga gelas.

Tepat setelah gelas ketiga terisi pintu ruang makan terbuka.

"Maaf, aku terlambat, harus membereskan ini dan itu dengan anggota Parlemen via panggilan tadi."

Elena melangkah masuk dengan langkah kakinya jenjang dengan mengenakan setelan jas feminim sedikit ketat, arogansi dan kepercayaan diri terlihat jelas dari caranya berjalan. Begitu kontras dengan Katya.

"Ah? Akhirnya datang, Ini dia putriku. Tak apa, sebagai penerus White Raven memang harus begitu," jawab Katya, seraya berdiri dan menyambut putrinya dengan pelukan mencium keningnya.

"Ibu dan anak yang harmonis," pikir Ryo.

"Jadi apa makan malam, hari ini?" tanya Elena sesudah menenggak habis Wine yang ada di gelas dengan sekali teguk.

"Dasar manusia tak tahu diri, Ibu pasti tak percaya apa yang mereka minta oleh Gedung Parlemen," tandas Elena meletakan gelas Wine dengan sedikit hentakan dan membuat Ryo sedikit terkejut.

"Sebastian, tolong hidangkan makanannya," pinta Katya dengan nada yang santun walaupun dengan bawahannya.

Sejurus kemudian Sebastian di bantu dengan beberapa pelayan membawakan nampan berisi hidangan mewah, dan mensajikannya di depan mereka bertiga.

"Silahkan dinikmati," ucap Katya ke arah Ryo dengan senyum yang hangat.

Mereka bertiga menikmati hidangan serba mewah, dari tampilannya sudah jelas itu semua di buat oleh chef berkelas dengan bahan kualitas terbaik.

Sembari mengiris potongan daging panggang Katya berkata, "Begitu lah mereka, buta akan keserakahan dan di era dimana kekuatan adalah segalanya seperti sekarang ini, sebagai mahluk lemah tidak mengherankan bagi mereka berbuat seperti itu. Toh cepat atau lambat mereka akan mati."

"Tapi White Raven bukan badan amal!, memberikan senjata terbaru dan pasokan logistik dengan harga diskon, terlebih lagi mengatas namakan demi kesejahteraan rakyat tapi nyatanya semua itu demi kepentingan mereka sendiri, rasanya aku ingin menguliti mereka dan memberikan lemak tebal mereka kepada para monster di Benua Gelap." Tanpa ragu ia mengatakan itu kendati sedang menyantap makanan.

"Elena!" kata Katya dengan sedikit meninggikan suaranya.

"Ups, Maaf," balas dengan senyum nakal.

"Kesampingkan hal itu, sepertinya tamu kita punya banyak pertanyaan sekarang." ucap Katya seperti membaca pikiran Ryo yang sedari tadi duduk tenang menyantap hidangan dengan sejuta pertanyaan. "Kau pasti bertanya dalam benakmu, kenapa kau di undang untuk makan malam." Ryo hanya mengangguk sembari menyesap Wine.

"Sama seperti Ryuji langsung masuk ke intinya. Baiklah, pertama aku ingin mengucapkan selamat atas bangkitnya kekuatanmu dan aku menyambutmu di White Raven karena secara tidak lansung kau juga pewaris White Raven, itu wasiat Ryuji sebelum menghilang."

"Wasiat? Aku belum pernah di beritahu soal wasiat yang berkaitan dengan White Raven."

"Ya, begitulah Ryuji, apa kau tahu? Ryuji dan Aku membangun White Raven sejak kita masih muda dulu? Dan wasiat terakhir sebelum dia menghilang adalah untuk memberikan sebagian besar saham Ryuji kepadamu ketika kau siap," terang Katya dengan perlahan.

"Oke, sampai sini aku mengerti tapi sepertinya White Raven bukan sekedar Akademi untuk menampung para Rifter muda, iya kan?"

"Pada awalnya kami hanya ingin memberikan tempat kepada Rifter cilik yang di kucilkan oleh masyarakat karena kekuatan mereka yang sangat besar dan di buru oleh berbagai pihak yang ingin memanfaatkan kekuatan mereka.

Tetapi tentu saja memberi makan anak-anak memerlukan biaya maka dari itu kami memulai bisnis di berbagai bidang dan membangun akademi ini untuk menampung dan memberikan hidup kepada para Rifter serta menjaga perdamaian dunia, semuanya berjalan sangat baik 100 tahun ini."

"Oh begitu, eh tunggu-tunggu!! 100 tahun!!! Tapi kau masih terlihat ...." Ryo sangat terkejut mendengar cerita Katya terlebih lagi dengan penampilan Katya yang masih terlihat sangat muda.

"Hmm?? Terlihat masih menawan?" Jawab Katya dengan sedikit senyum menggoda dan mengedipkan sebelah matanya.

"Begitulah, hehe." jawab Ryo tanpa maksud menyinggung. "Jika manusia bisa mengubah diri mereka menjadi cyborg di era ini, maka bukan tidak mungkin ia terlihat masih muda setelah berumur ratusan tahun," pikirnya dengan otak yang masih belum bisa menerima kenyataan.

"Hmm, umurmu mungkin sudah mencukupi tapi kau belum cakap untuk memegang tanggung jawab sebesar ini, kau harus menjadi lebih kuat, kau tahu yang aku maksud, kan?" tanya Katya dengan ekspresi yang serius.

"Tapi aku bahkan tak punya pilihan disini, apa aku harus mengambil tanggung jawab besar ini?" balas Ryo setelah mendengar ucapan Katya.

"Kau sadar, apa yang telah terjadi belakangan ini, 'kan? Juga ... ini semua aku lakukan untuk menepati janjiku kepada Ryuji, jika kau ingin mati di luar sana, silahkan saja, tapi bukankah kau pikir itu sama saja dengan pengecut?"

Ryo meraup wajahnya dengan keduatangan benaknya bimbang, menjadi manusia yang bertanggung jawab adalah ajaranpertama yang ia dapat dari Ryuji. "Apa yang akan terjadi? Jika aku keluar dari sini, Bahkan aku dikejar bahkan sampai ke Jepang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status