Share

BAB 104

Author: Faisalicious
last update Last Updated: 2025-06-08 12:07:04

Langit malam terbuka luas untuk pertama kalinya setelah lebih dari setahun. Di atas dataran berbatu yang mengapit Hutan Sejuta Binatang, Xu Ming dan kawan-kawan duduk mengelilingi api unggun. Lidah api menari liar, memantulkan cahaya ke wajah-wajah yang tampak letih... tapi juga puas. Tak ada lagi tajuk raksasa yang menutupi langit. Tak ada kabut tipis yang menyelubungi setiap napas. Mereka akhirnya tiba di ujung lapisan ketiga.

Xu Ming menyelipkan sebilah pedang panjang di balik punggungnya, lalu membolak-balik tusukan daging yang meneteskan lemak ke bara merah. Aroma tajam bumbu herbal, lada hitam liar, dan sedikit sari qi dari akar bambu hutan membuat masakan sederhana itu menjadi pengobat lelah yang luar biasa.

Lin Feng sudah menelan ludah tiga kali. “Senior, Xu Ming... Bumbu rahasia apa itu yang kau taburkan?” katanya setengah berseru.

“Aha ini? Ini sesuatu yang dapat membuat daging monster itu menjadi makanan lezat,” jawab Xu Ming sambil tersenyum tipis, memutar tusuk daging. “R
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 113

    Suara berat Zhuge Liang masih bergema di dalam aula yang sunyi. “Pertempuran itu berakhir dengan kerugian besar di kedua pihak.”Nada suaranya berat, seolah tiap kata adalah beban yang sudah ia pikul selama bertahun-tahun. “Kami kehilangan hampir setengah kekuatan tempur kota. Para pendekar terbaik dari keluarga-keluarga besar gugur satu per satu. Darah menggenangi Lembah Moyan tapi hasilnya...”Ia berhenti, sejenak menunduk. Genggaman tangannya mengeras. “Tak ada kemenangan, tak ada kekalahan mutlak, hanya kehancuran tanpa makna.”Zhuge Liang menarik napas panjang, menelan getir yang mengendap di tenggorokannya.“Pasukan kami akhirnya terpaksa mundur. Kami kembali ke Kota Pembantaian membawa tubuh-tubuh rekan yang gugur dan luka yang tak kasat mata.”Sha Bu mengerutkan dahi. “Lalu setelah itu?”Zhuge Liang mengangguk pelan. “Kami merencanakan serangan balasan. Tapi saat masa pemulihan, saat seluruh kota sedang bersiap mengumpulkan kekuatan lagi, sesuatu yang jauh lebih buruk terjadi.

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 112

    Zhuge Liang menunduk, jemarinya mengepal di sisi tubuh. Sorot matanya berubah... dari amarah... menjadi kekhawatiran mendalam.Tanpa membuang waktu, ia berpaling ke salah satu penjaga terdekat. "Cepat... panggil Kepala Tabib Kota." Nada suaranya berat... tapi tegas.Tak butuh perintah kedua, penjaga itu langsung berlari ke dalam bangunan utama. Beberapa prajurit elit yang berjaga di sisi pelataran segera bergerak mendekat, dengan sikap penuh hormat menunggu instruksi. Zhuge Liang lalu berjalan mendekati Sin Wok Yu yang masih tergeletak di atas punggung Labubu. Ia mengulurkan tangan, hampir menyentuh pundak lelaki tua itu... namun ragu... dan hanya menggenggam udara.Matanya lalu jatuh pada Sin Yuyu yang hampir tak kuat berdiri, wajahnya penuh keringat, napasnya berat."Gadis kecil... kau sudah cukup berjuang..." Suara Zhuge Liang sedikit melembut."Biarkan kami yang mengambil alih sekarang."Tak lama kemudian, seorang lelaki paruh baya dengan jubah panjang hijau zamrud berlari tergesa

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 111

    Keduanya saling bertukar pandang... lalu salah satunya menjawab dengan nada berat. “Ini semua... dikarenakan sebuah penyakit aneh yang muncul... dua tahun lalu.”Sha Bu menyipitkan mata. “Penyakit aneh?”Penjaga itu menarik napas panjang. Langkahnya melambat, seolah mengingat sesuatu yang enggan ia kenang. “Dua tahun lalu... tepat saat perayaan Tahun Baru... ketika ribuan lampion memenuhi langit Kota Pembantaian... wabah itu... pertama kali muncul.”Xu Ming dan Lin Feng otomatis memperlambat langkah, mendengarkan.“Malam itu... di tengah perayaan yang riuh ramai... seorang pedagang rempah dari distrik barat tiba-tiba... jatuh berlutut. Ia menggenggam bagian belakang lehernya... tepat di pangkal tengkorak.”Penjaga lainnya melanjutkan dengan suara rendah. “Dia mulai mengerang... menggeliat seperti cacing dibakar... Lalu... dalam hitungan napas... wajahnya... menghitam. Kulit di sekujur tubuhnya... mengering... dan dagingnya mulai... mengempis seperti... tengkorak setengah hidup.”Lin F

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 110

    Ketika mereka mendekat ke mulut gerbang, dua penjaga berbaju hitam berdiri sigap. Mereka bukan pasukan biasa. Postur tubuh mereka tegak, langkah mereka stabil. Di sabuk pinggang mereka, tergantung lencana perunggu berbentuk piringan dengan lima titik cahaya kecil simbol otoritas dalam kota ini.Salah satu penjaga melangkah maju. Suaranya tenang, tapi berwibawa. “Tunggu.”Suara gesekan batu menggema saat gerbang utama Kota Pembantaian perlahan terbuka. Udara dingin dari dalam kota bertemu dengan hawa luar... menimbulkan gelombang kabut tipis di batas gerbang.Dua penjaga berbaju hitam berdiri tegak, menahan langkah rombongan Xu Ming.“Berhenti di sana.” Salah seorang dari mereka mengacungkan tombak menyilang, menahan langkah rombongan Xu Ming agar tidak melangkah lebih jauh.“Siapa kalian?! Tunjukan identitas kalian, dan bersikaplah kooperatif!”Langkah mereka terhenti. Xu Ming yang berdiri paling depan sudah bersiap bicara, namun suara dari atas punggung Labubu lebih dulu memecah kesu

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 109

    Di tengah medan yang bersalju, sisa-sisa pasukan musuh mulai goyah. Mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri pemimpin mereka tertebas dalam satu serangan.Tubuh tegap itu rebah tanpa kepala. Dan darah yang masih menguap perlahan menjadi kabut dingin. Beberapa langsung berbalik arah. Melarikan diri. Sisanya... terpaku. Tak percaya. Dalam barisan mereka, ketakutan mulai menyebar seperti racun tak kasatmata.“P-Pemimpin...”Tanpa aba-aba, formasi buyar. Liu Mei berdiri, matanya tajam mengawasi gerakan musuh yang tersisa. Tapi tak ada satu pun yang berani mendekat lagi. Sha Bu mengayunkan kapaknya ke udara, memberi isyarat.“Biarkan mereka lari. Kita sudah cukup membuat mereka jera.”Liu Mei mengangguk, lalu segera membungkuk ke arah Xu Ming, yang kini tersandar di bahunya. Tanpa banyak bicara, mereka membopong Xu Ming ke pinggiran medan, menuju tempat Nona Sin dan tetuanya berlindung.Di sisi lain, Lin Feng dan Lalabu menyusul. Tubuh keduanya masih penuh goresan pertempuran, tapi ma

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 108

    Dan ia membuka matanya. Dalam hening, suara yang sangat kecil terdengar. Suara tubuhnya sendiri. Jantungnya. Napasnya. Suara medan. Ia mulai mengatur ulang tempo napasnya. Menyamakan iramanya dengan pergeseran suhu di sekelilingnya. Dia berhenti bertarung sebagai pendekar... dan mulai bertarung sebagai bagian dari medan.Pria itu menoleh sedikit. Seakan menyadari perubahan kecil itu. "Hm?"Xu Ming tersenyum. Lalu berdiri pelan, tapi tegak. Dan uap dari tubuhnya... menghilang.Butiran salju turun perlahan dari langit kelabu. Di tengah medan yang membeku, Xu Ming berdiri tegak. Sorot matanya bukan lagi milik seorang pemuda yang bertarung karena terdesak. Tatapannya kini sunyi. Dalam. Penuh kalkulasi.Tubuhnya diam, tapi pikirannya menembus lapisan kulit lawannya. Jejak-jejak samar dari energi pemurnian tubuh yang merembes dari tiap meridian pendekar hitam itu… kini terlihat di hadapannya seperti aliran samar dalam air jernih. Jalur-jalur otot, sendi, dan urat menyala bukan dengan cahaya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status