Dinda Kamadia, gadis yatim-piatu bertangan kasar dari sebuah desa diujung pulau Jawa. Supel, ramah dan rajin. Merantau ke Jakarta setelah lulus SMA, kost dirumah Tante Rasti. Teman ibu Sonia. Pertemanan yang tidak disengaja membuat ikatan batin Dida dan ibu Sonia begitu kokoh. "Selamat pagi ibu? Sapaan basa-basi selalu Dinda ucapkan ketika bertemu." "Selamat pagi nak." Jawaban yang selalu ditunggu, karena suaranya mirip sekali dengan suara almarhumah mama. Ketidak tegaskan Aryo membuat Dinda mengambil keputusan memilih Angga anak ibu Sonia untuk menjadi pendamping hidupnya. "Aryo sangat mencintaimu Din," kata tante Rasti ketika Dinda memutuskan untuk pindah kost. "Jika jodoh nggak akan kemana Tante," jawab Dinda. Bahtera perkawinan bersama Angga tidak membuat hidup Dinda lebih baik. Tidak bekerja, peminum, pemabuk, dan satu lagi play boy cap bangke !! Akankah Dinda bertahan bersama Angga? Atau Aryo berhasil merebut Dinda dari Angga??
View MorePart. 1
Setiap pagi ketika hendak bekerja Dinda selalu melewati rumah bercat kuning gading, di ujung gang. Sebelum menuju jalan raya. Rumah besar dibanding rumah disekitarnya. Halaman luas untuk ukuran rumah di kota besar. Mendapat sapaan lembut, seorang Ibu yang sangat ramah.
"Selamat pagi nak," Ibu Sonia selalu menyambut Dinda.
"Selamat pagi Ibu," jawab Dinda.
"Berangkat kerja," tanya Ibu Sonia lagi.
"Ya, Bu," Jawab Dinda.
"Hati-Hati nak," kata Ibu Sonia.
"Terima kasih," jawab Dinda.
Tegur sapa, basa basi itu diakhiri dengan senyum tulus Ibu bertubuh tambun itu. Dari mas Aryo Dinda tahu nama ibu yang suka menyapa, Bu Sonia namanya.
****
Dinda kost, di rumah sahabat Ibu Sonia, letaknya selisih dua gang agak kebelakang. Antara kantor dan tempat kost berjarak satu kilometer. Untuk menuju kantor Dinda lebih memilih berjalan, selain berhemat, sambil olah raga.
Sudah dijalankan hampir dua tahun. Perkenalannya dengan Ibu Sonia semakin hari terjalin semakin baik.
*****
Seperti sore itu, sepulang kerja, Bu Sonia sudah menunggu Dinda di depan pintu pagar rumahnya. Dari jauh Dinda sudah melihat Bu Sonia, postur tubuh yang agak tambun , semakin membuat ciri khas terlihat.
"Malam nak," kata Ibu Sonia.
"Malam Ibu," jawab Sonia.
"Baru pulang," kata Ibu Sonia.
"Lembur, Bu."
"Nak, Ibu bisa minta tolong?"
"Titip kue, pesanan Ibu Rasti," kata Ibu Sonia.( Bu Rasti adalah Ibu kost Dinda)
"Ya Bu." jawab Dinda.
"Bungkus besar, untuk Bu Rasti, bungkus kecil, untuk kamu," kata Ibu Sonia.
"Terima kasih," kata Dinda.
"Sama-sama nak."
Malam itu, Dinda menikmati kue buatan Ibu Sonia. Kue yang sangat lezat," pujinya dalam hati.
*****
Angga baru pulang main, pria berusia dua puluh delapan tahun, belum mempunyai pekerjaan tetap. Ijazah Sarjana lulusan ekonomi, tidak membuatnya bangga, untuk mencari pekerjaan. Hanya main, begadang, mabuk, tidur, dan minta uang pada orang tuanya.
Banyak orang, usia seperti Angga sudah mapan, tidak dengan Angga. Anak ketujuh dari delapan bersaudara itu sama sekali tidak mempunyai, rasa tanggung jawab.
Kedua orang tuanya, selalu memanjakan. Membuatnya, tak pernah berpikir dewasa, untuk segala hal.
"Kamu, mau begini terus," tanya Ibu pada Angga.
"Begini gimana Bu," jawab Angga.
"Kerja, berumah tangga, kaya anaknya Tante Rasti," kata Ibu.
"Terus banding-bandingin, Angga sama anaknya Tante Rasti," kata Angga sewot.
"Tiap orang punya cara sukses, masing-masing Bu."
"Rumah tangga lah, agar hidupmu terarah."
"Mau Ibu kenalin sama anak yang kost, di rumah Tante Rasti?"
"Apaan, Ibu. Kaya jaman Siti Nurbaya saja."
"Siapa! … siapa! yang kos dirumah Tante Rasti? Dinda maksud ibu," kata Angga terkejut.
"Dinda namanya," kata Ibu gembira.
"Ya ampun Bu, tega amat sih, jodohin Angga sama Dinda."
"Kurus, hitam, cupu, dandanannya kaya mbak-mbak, paling cuma lulusan SMA."
Hinaan, dan cemoohan Angga, begitu dahsyat seolah-olah Dinda pasti mau sama Angga.
"Sombong! belum tentu Dinda mau sama Kamu," jawab Ibu dengan suara tinggi.
"Ayo kita taruhan, kalau Dinda mau sama Angga, Ibu mau kasih apa."
"Buktikan dulu," kata Ibu.
"Oke, satu bulan," jawab Angga.
"Kalau perlu sampai si Dinda mau Angga ajak Nikah," kata Angga Sombong.
"Nggak ... nggak! Dia bukan selera Angga.
"Nanti kalau jadi istri Angga, malu kalau dibawa kondangan, kaya jalan sama pembantu."
Ibu hanya geleng-geleng kepala, melihat kesombongan anaknya." Maafkan, anak hamba Tuhan, dia tidak mengerti, apa yang dilakukan, kata ibu Sonia bergumam lirih.
*****
Pagi itu, tidak seperti biasa Angga, duduk di halaman, sambil mengutak-atik motor kesayangannya, Ibu Sonia menyapu halaman. Ibu senang ketika melihat Dinda dari ujung gang.
"Pagi, Nak?"
"Selamat pagi Ibu," kata Dinda, memperlihatkan barisan gigi putihnya.
"Din, Aryo sudah berangkat kerja," tanya Angga pada Dinda.
"Maaf, Dinda kurang tahu Bang," jawab Dinda.
"Tadi waktu Dinda berangkat, motornya sudah tidak ada."
"Bilang sama Aryo, Abang cari dia, ditunggu di tempat biasa," kata Angga.
"Nanti Dinda sampaikan," kata Dinda.
"Mari Ibu."
"Silahkan. Hati-hati di jalan."
Baru sekali itu, Angga memperhatikan Dinda. Manis juga tuh, anak. Badannya ramping, rambutnya panjang, agak ikal di gerai, pantas saja si Aryo tergila-gila.(Aryo anak Tante Rasti) Ibu kos Dinda.
Nggak boleh dibiarkan, bisa-bisa digebet Aryo duluan, gumam Angga.
Dinda tidak menyangka, Angga mau menyapa, biasanya setiap Dinda menyapa tidak pernah dijawab. Kalaupun menjawab, seperti meledek, itu sebabnya Dinda tidak pernah tegur sapa.
Di rumah Tante Rasti, Angga punya Panggilan jelek, hanya orang rumah Tante Rasti yang tahu, sibangke julukannya.
Kenapa bangke, orang tidak berguna, seperti bangkai.
Angga, sering main di rumah Tante Ani, yang mengontrak di depan rumah Tante Rasti, Tante Ani janda dengan seorang anak. Dia bekerja sebagai Manager bilyard terbesar di Jakarta.
Bisik-bisik Tante mereka pacaran. Dan sudah jadi rahasia umum, Angga sering bermalam di rumah tante Ani.
***
"Mas, tadi pagi Bang Angga nanyain Mas Aryo,"
"Angga, bangke! Kata Aryo terkejut.
"Mau ngapain nanya Mas, sama Dinda."
"Dinda hanya mengangkat bahu, nggak tahu," jawab Dinda.
"Ada yang nggak beres, nih!"
"Kalau ditanya, jangan dijawab."
"Ya, Mas? Jawab Dinda."
Angga terkenal playboy, setiap ada anak baru pasti dipacarinya. Karena daerah itu banyak rumah kost, jadilah Angga, sering gonta ganti pacar, terakhir pacaran sama Tante Ani. Mengapa Dinda tidak ditaksir, karena Aryo selalu bilang, kalau Aryo suka sama Dinda. Jadi sesama teman dilarang saling mendahului.
Taruhan Angga sama Ibu, membuat janji pada sahabat dilanggar. Angga selalu mencari kesempatan, untuk bisa menemui Dinda.
Ternyata dugaan Angga meleset, Dinda susah sekali didekati. Membuat Angga penasaran, taruhan pada Ibu, satu bulan sudah lewat. Tidak membuat angga patah arang, justru semakin menggebu mengejarnya.
Keluarga Tante Rasti, khawatir, karena akhir-akhir ini Angga sering datang kerumah Aryo dengan alasan sangat tidak jelas. Atau hanya sekedar mengantarkan kue dari Ibu Sonia.
Dinda, gadis desa, mengadu nasib di kota, untuk mengubah hidup lebih baik. Akankah Dinda jatuh dipelukan Angga.
***
Part 14****Sejak kejadian datang ke rumah mertua dan diusir pulang, terlihat bapak mertua sangat menyesal sekali. Karena telah kasar pada Dinda. Kabar didapat dari bibi yang masih berkomunikasi.Ditambah akhir-akhir ini bapak sering ribut dengan Suaria. Gaya hidup berfoya-foya belanja dari Mall ke Mall, kumpul dengan teman-temannya membuat bapak kewalahan juga. Suaria itu, pemarah, liar, boros, pendendam, dan suka mencuri.Awal rumah tangga, selalu mengancam, akan pergi kalau permintaanya tidak dituruti. Sekarang bapak tidak seperti dulu dengan Suaria.“Silahkan pergi, kalau kamu ingin pergi, saya tidak peduli,” kata bapak pada Suaria.Bapak pernah memergoki, Suaria buka brankas, dan marah sekali. Itu awal bapak mengeta
Part 13*****Dinda mengontrak rumah daerah pinggiran Jakarta, udaranya masih bagus. Pagi hari masih merasakan embun walau hanya sebentar.Lingkungan komplek lumayan aman, untuk anak-anak. Perlu lingkungan baik, untuk tumbuh kembang anak, pertimbangan Dinda. Sedih hati, ternyata bapak sangat berubah, hampir tidak mengenalinya. Setiap mau bicara, harus tengak-tengok, kalau tidak ada Suaria, baru bapak berani bicara sama Dinda. Sudah begitu, luar biasa pengaruh dalam hidup bapak?"Bapak tidak membantu sama sekali, ketika Dinda pindah, Aning dan Lesta tidak berani dekat. Anak-anak mendekat, ketika sudah dipanggil. Apalagi kalau ada Suaria, Aning dan Lesta sama sekali tidak mau.Kak Etha sedih Dinda pindah, karena tidak ada mengawasi bapak. Bagaimana kalau sakit
Bapak Menikah Lagi*****Akhir-akhir ini, bapak mertua berbeda, minta dibelikan celana Jeans, T-Shirt, sepatu sport, ada apa rupanya dengan lelaki tujuh puluh dua tahun? seperti bukan bapak, beli bunga mawar merah dan putih, ditaruh di pintu kamar.“Ada apa bapak, beda sekali hari ini,” tanya Dinda.“Nanti kamu akan tahu nak," kata bapak tersenyum.“Wah! Opa Aning main teka-teki,” kata Dinda berseloroh.“Tenang aja nak, tidak akan mengurangi rasa cinta saya sama kalian.”Dinda masih belum 'ngeh' ucapan bapak.Sore itu bapak sibuk, menyuruh bibi beli makanan, jaman now,
Part_11***Dinda melihat ibu mertua tidak turun dari ranjang. Perutnya diikat syal panjang, pakai kaos kaki dan baju rangkap, merintih kesakitan. Ibu sering sakit, apalagi kalau ada pikiran.Mungkin juga karena lelah mengawasi Aning dan Lesta tidak bisa diam. Walau ada pengasuh, tidak lepas tangan, untuk urusan cucu. Ibu memberi saran."Nak, sudah waktunya kamu berhenti kerja, tapi harus punya kegiatan di rumah agar bisa memantau anak-anak.""Usaha apa ya, bu," kata Dinda."Kamu itu pinter, rajin, semangat, coba kamu kursus salon, dimana-mana salon ibu lihat ramai semua."Bagaimana seorang ibu, tidak modis, sederhana, orang kampung sama seperti Dinda, menyarankan kursus salon. Ide cemerlang dari man
Part 10*****Waktu terus berjalan. Tidak terasa Aning sudah berusia lima tahun, bersekolah di TK, pintar sekali, umur lima tahun dia sudah lancar membaca, Aning hafal nama-nama Menteri Kabinet pembangunan, jamannya Presiden Soeharto, dia hafal nama dua puluh lima Presiden di dunia, Aning juga hafal nama-nama Bendera negara di dunia.Dinda rajin membeli buku ensiklopedia, globe, dan bercerita tentang dunia, walau belum mengerti, Dinda tetap bercerita, untuk menambah daya ingat Aning.Les tari Bali dan les renang juga diberikan untuk Aning. Ingin suatu ketika jika sudah besar berwawasan luas, jangan seperti ibunya. Perempuan kampung hidupnya kurang beruntung.Bapak mertua sayang sekali
Part 9****Akhirnya kepulangan Angga datang juga. Ibu, Dinda, Aning, dan Kak Etha menjemput. Jujur dalam hati Dinda tidak mau ikut. Berat hati, karena takut. Selama Angga di lapas tidak menjenguk.Kak Etha, sebetulnya keberatan ibu menjemput, jika setiap ada masalah selalu diistimewakan, Angga tidak akan pernah dewasa. Itu alasan kak Etha. Ibu selalu melindungi Angga, dengan alasan kasihan. Atas nama kasihanlah, Angga memperalat ibu dan mengambil keuntungan.Uang Dinda tetap kak Etha pegang. Karena semua kebutuhan Dinda dan Aning, ibu sama sekali tidak mengijinkan Dinda mengeluarkan. Ibu ingin Dinda punya tabungan, agar sewaktu-waktu ada keperluan mendadak, tidak repot.Jam sepuluh tepat, Angga keluar, pertama dicari A
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments