Share

Bab.2

Tubuhku gemetar mendengar suara menjijikan itu, karena salah satunya adalah suara milik Suamiku, Mas Adnan. Rasanya tak percaya, jika orang yang berada di dalam kamar itu adalah Mas Adnan. Laki-laki kedua yang menempati relung hatiku setelah Mas Syarif berpulang.

Dadaku bergemuruh menahan amarah yang siap meledak bagaikan bom atom. Ingin rasanya Aku mendobrak pintu kamar Mas Adnan dan melampiaskan amarahku kepada dua insan durjana itu. Tetapi hati kecil seolah berkata, agar tidak mengedepankan emosi yang akan merugikan diriku sendiri.

Aku harus punya bukti perbuatan mereka yang akan berguna kelak di kemudian hari. Aku berusaha mengatur nafasku yang terasa sesak, seakan dadaku tertimpa batu yang begitu besar. Perlahan Aku menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya perlahan-lahan. Terus lakukan berulang, hingga Aku merasa sedikit tenang.

Aku mengeluarkan ponsel yang berada di dalam tas kerjaku, berniat merekam yang mereka lakukan berdua di kamar. Aku mencoba mengintip dari celah lubang pintu. Walaupun tidak terlalu jelas, tetapi cukup terlihat aktivitas mesum yang dilakukan oleh mereka. Tanganku sampai bergetar karena berusaha menahan emosi yang meluap-luap.

Aku memutar gagang pintu dengan perlahan, dan berharap mereka tidak menyadari kedatanganku. Sementara ponselku sudah dalam posisi merekam. Air mataku memaksa keluar dengan sendirinya kala melihat kelakuan mereka berdua yang sedang memperagakan aktivitas dewasa di atas tempat tidur.

Posisi Mas Adnan membelakangiku dan sedang berada di atas tubuh seorang Wanita yang wajahnya tidak terlihat dengan jelas. Saking asyiknya, mereka sampai tidak mengetahui keberadaanku.

Walau hatiku seperti disayat sembilu, tetapi Aku terus merekam aktivitas mereka dengan ponselku. Aku mencoba berusaha tegar dengan pemandangan di depan mataku. Tetapi belum sampai satu menit merekam, Mas Adnan akhirnya mengetahui keberadaanku karena di beritahu oleh Wanita murahannya itu. Seketika Mas Adnan beranjak dari tubuh Wanita itu dan dengan gugup mengenakan pakaiannya kembali.

"Aisha, sedang apa Kamu disini?" teriak Mas Adnan dengan wajah merah, menahan emosi dan malu yang bercampur menjadi satu.

"Sedang apa? harusnya Aku yang bertanya, Kamu sedang apa dengan Wanita murahan ini, Mas?" Aku juga berteriak tidak mau kalah.

Ponsel di tanganku segera Aku masukkan kembali ke dalam tas, mengantisipasi agar jangan sampai dirampas oleh Mas Adnan. Karena rekaman ini menjadi satu-satunya bukti perselingkuhan Mas Adnan.

"Bukan urusanmu. Sebaiknya Kamu pulang!" usir Mas Adnan dengan matanya yang merah menyala.

"Bukan urusanku? oh...jadi sekarang yang jadi urusanmu hanya Wanita murahan ini." Tunjukku ke arah Wanita yang sedang menundukkan wajahnya di pojokan kamar.

"Jaga bicaramu, dia bukan Wanita murahan!" hardik Mas Adnan lagi.

"Kalau bukan Wanita murahan, kenapa dia mau tidur dengan Suami orang?" semburku.

"Kami saling mencintai. Kamu tidak usah banyak omong!" ucap Mas Adnan dengan suara yang sedikit melemah.

"Kamu yang jangan banyak omong, Mas. Dasar laki-laki tidak tahu diri. Baru saja usahamu maju sedikit, sudah berani selingkuh. Apa Kamu sudah lupa, bahwa Akulah yang sudah memberimu modal usaha? seharusnya Kamu malu, karena menjadi laki-laki yang cuma modal dengkul!!" bentakku meluapkan semua emosi pada Mas Adnan. Suami yang tidak tahu diuntung.

"Tutup mulutmu, Aisha. Kamu terlalu sombong dengan pekerjaan yang Kamu miliki, itu sebabnya Aku mulai bosan denganmu!" timpal Mas Adnan.

"Aku juga sudah muak dengan Kamu, Mas!" timpalku.

"Baik, kalau begitu. Mulai malam ini juga, Kamu Aku talak. Sekarang Kamu bukan Istriku lagi!!" ucap Mas Adnan dengan suara meninggi.

Aku terkejut mendengar kata talak yang terucap dari laki-laki tidak berperasaan ini. Bukan menyesal karena di talak oleh Mas Adnan, tetapi Aku tidak habis fikir padahal dia yang berselingkuh, tetapi malah Aku yang di jatuhkan talak.

Walaupun pada akhirnya nanti, Aku tetap akan mengajukan gugatan cerai ke Kantor Pengadilan Agama. Aku tidak sudi mempunyai Suami tukang selingkuh.

"Tidak masalah. Kalaupun Kamu tidak menjatuhkan talak kepadaku, pasti Aku yang akan menggugatmu ke Pengadilan. Karena Aku sudah bukan Istrimu lagi, jadi mulai malam ini Kamu jangan pernah menginjakkan kaki lagi di rumahku. Karena Kamu tidak punya hak sama sekali atas rumah itu. Aku pastikan juga Kamu akan menyesal karena telah mengkhianati kepercayaanku!" Ucapku pada Mas Adnan dengan menyunggingkan senyuman sinis. Kini wajahku berpaling ke arah Wanita murahan itu.

"Hei Wanita murahan, selamat menikmati mantan Suamiku. Semoga Kamu tidak menyesal mencintai laki-laki parasit seperti dia!" Tunjukku, seraya berbalik badan dan meninggalkan tempat yang menjadi saksi berakhirnya status Istri yang melekat kepadaku.

Dengan cepat Aku menuruni anak tangga dengan air mata yang terus berjatuhan melewati pipi. Sesampainya di bawah, Aku tidak mempedulikan semua karyawan Mas Adnan yang menatapku dengan perasaan bersalah. Aku benci mereka. Mereka sama saja dengan Mas Adnan, karena selama ini telah menutupi perselingkuhan Mas Adnan.

Aku segera masuk mobil dan melajukannya dengan kecepatan tinggi. Di sepanjang perjalanan, Aku berteriak dan menangis sejadi-jadinya meluapkan kekecewaanku pada laki-laki yang bermain api di belakangku. Aku tidak menyesali di talak oleh Mas Adnan, tetapi Aku menyesali kebodohan selama ini, karena bisa-bisanya di tipu oleh Suamiku sendiri. Aku tidak pernah curiga pada Mas Adnan, karena selama ini Aku percaya jika dia adalah laki-laki yang baik.

Aku menepikan mobilku di tepi jalan, ketika merasa nafasku sedikit sesak karena tak hentinya menangis. Hidungku juga terasa tersumbat. Aku meraih air mineral yang selalu tersedia di dalam mobil. Meneguknya perlahan, hingga tenggorokanku terasa basah dan sedikit lega.

Ketika Aku sedang menenangkan fikiranku, tiba-tiba ponselku berdering. Aku segera mengambilnya dari dalam tas kerja.

"Hai Sha, bagaimana reaksi Mas Adnan mendapatkan kejutan aninversary dari Istri tercinta?" teriak Alma di sebrang telepon dengan penuh semangat.

Aku tidak dapat menjawab pertanyaan Alma. Memoriku kembali memutar kejadian yang baru saja Aku alami. Malam anniversary yang seharusnya menjadi moment bahagia, tetapi menjadi malam terburuk dalam hidupku. Mas Adnan menjatuhkan talak kepadaku ketika ketahuan berselingkuh.

"Ma-af Alma, Aku masih di perjalanan pulang. Nanti Aku telepon balik ya!" jawabku berbohong.

"Ooh, Ok. Maaf kalau Aku mengganggu." Alma mengakhiri pembicaraan.

Aku menyandarkan kembali kepalaku pada kursi kemudi, sementara ponselku masih berada dalam genggaman. Rasanya Aku tidak ingin pulang. Aku ingin menenangkan diri dari masalahku saat ini. Tetapi bagaimana dengan kedua Anakku? mereka pasti sedang menanti kedatanganku.

Aku harus pulang. Aku tidak mau permasalahan rumah tanggaku di ketahui oleh Anak-anak. Mereka memang seharusnya tahu, jika hubungan Papa dan Mamanya sudah berakhir. Tetapi malam ini bukan waktu yang tepat memberitahukan yang sebenarnya terjadi. Ada saatnya Aku akan menjelaskan kepada mereka tentang masalah yang sebenarnya.

Aku mencoba merapikan wajahku yang berantakan dengan menggunakan tissu basah. Tanganku meraih kotak make up dari dalam tas kerja. Tanganku bergerak menyapukan bedak tipis-tipis ke wajah. Tidak lupa, memoles bibirku kembali dengan lipstik warna nude kesukaanku. Sekali lagi Aku menatap wajahku di cermin, memastikan kondisinya sudah lebih baik dari sebelumnya. Tetapi, kedua mataku masih terlihat sedikit sembab karena berkali-kali menangis.

Aku kembali melajukan mobilku ke arah rumah. Setibanya di rumah, Bik Darmi sudah membukakan pintu gerbang untukku. Mobilku masuk melewati halaman rumah dan berakhir di garasi. Aku keluar dari garasi dan menguncinya setelah membawa plastik belanjaan camilan yang Aku beli tadi sore.

"Anak-anak sudah tidur Bik?" tanyaku.

"Sudah tidur daritadi, Buk. Mereka tadi menunggu kedatangan Ibu, tetapi karena kelamaan, akhirnya mereka tertidur!" jawab Bik Darmi, panjang lebar.

"Yaah...padahal Saya bawain camilan buat mereka Bik. Ya sudah, tolong di simpan di kulkas saja." ucapku seraya menyerahkan plastik yang berisi camilan untuk kedua Anakku.

Bik Darmi menjawab dengan anggukkan, sementara plastik camilan sudah berpindah ke tangannya.

Aku berjalan memasuki rumah dan menuju kamar. Setelah membersihkan diri, Aku merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Rasanya seperti mimpi, jika malam ini statusku sudah berubah menjadi seorang janda. Padahal tadi sore, masih berstatus Istri Mas Adnan.

Tubuhku lelah, begitupun juga dengan hatiku. Saat Aku memejamkan mata, rasanya segala lelah dan penatku sedikit berkurang. Aku memang harus beristirahat.

"Tok tok tok" tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kamarku.

"Siapa?" teriakku dengan mata tetap terpejam.

"Saya, Bik Darmi Buk. Anu..ada tamu!" jawabnya.

Hatiku bertanya, siapakah gerangan yang berkunjung malam-malam begini?

***********

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Revida Anugrah
ceritanya bagus banget...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status