Share

Bab 89

Author: Frands
last update Huling Na-update: 2025-09-01 21:17:53

Indah langsung berseru, suaranya nyaris histeris. “Membawanya ke Wanawaron? Dalam keadaan seperti ini? Lihat dia, Ambarani! Dia bahkan tidak bisa berdiri! Perjalanan itu akan membunuhnya!”

Wirya sendiri hanya bisa mengerang lemah, kepalanya bergerak-gerak menolak dengan sisa tenaga yang dimiliki. Matanya yang berkaca-kaca mencoba menyampaikan ketakutan yang sama.

Kuncoro, yang masih memegangi tubuh Wirya yang terus menggigil, menambahkan dengan nada pragmatis yang pedas. “Dan kau pikir mereka akan begitu saja memberimu penangkalnya? Kau lupa bahwa kau adalah pengkhianat dalam pandangan mereka, Ambarani. Dan Pria penyakitan ini di mata mereka adalah properti yang dicuri. Kau akan berjalan langsung ke dalam tahanan, atau lebih buruk, menuju eksekusi!”

Ambarani berdiri tegak, wajahnya adalah topeng keteguhan yang tak tergoyahkan, meski matanya mencerminkan konflik batin yang sama. “Apa pilihan kita? Melihatnya mati perlahan di sini?” suaranya pecah, jarang terdengar begitu emosional. “Ak
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Tawanan yang Menawan   Bab 105

    Murni menghela napas, matanya menghindari kontak. “Itu... tongkat itu bisa berubah menjadi... alat bantu menyalurkan hasrat.” Suaranya hampir tidak terdengar. “mainan dewasa, orang-orang menyebutnya seperti itu.”Joko mengangguk, sedikit malu. "Fitur yang tidak disengaja. Awalnya cuma ingin membuat senjata tersembunyi, tapi... desainnya agak melenceng."Dia meletakkan tongkat itu kembali ke kotaknya. "Mungkin kita cari perlengkapan lain yang lebih... berguna dan efisien."Wirya hanya bisa menggeleng-gelang, sekali lagi diingatkan bahwa dalam setiap penemuan Joko, selalu ada kejutan yang tidak terduga—dan sering kali memalukan.Wirya telah mengenakan pakaian petualangan yang diberikan Murni, tas kecil berisi perlengkapan sudah tergantung di pundaknya. Dia melirik ke bawah, ke perban yang masih membalut kemaluannya. “Tuan Joko, sampai kapan ini harus tetap terpasang?”Joko Loyo tersenyum misterius. “Jangan khawatir tentang itu. Saat waktunya tiba, perban itu akan robek dengan sendirinya

  • Tawanan yang Menawan   Bab 104

    Wirya menghela napas berat. “Aku... kehilangan jam itu,” akunya, suara penuh penyesalan. “Saat aku ditangkap prajurit Wanawaron, jam itu terlepas dari tanganku dan jatuh ke suatu tempat di wilayah kerajaan mereka.”Joko Loyo langsung menepuk jidatnya keras-keras. “Tidak!” keluhnya, wajahnya memerah oleh kekecewaan. “Setelah semua usaha kami, setelah semua yang telah terjadi—kau kehilangan benda paling berharga itu di tempat yang berbahaya!”Murni mencoba menenangkan. “Joko, tenang—““Tenang?!” potong Joko, suaranya meninggi. “Alat itu selain satu-satunya cara pulang, tapi juga bisa menjadi senjata pemusnah massal jika jatuh ke tangan yang salah! Bayangkan jika ada orang jahat yang menemukannya!”Wirya merasa semakin bersalah. “Aku... aku bisa mencoba mencarinya kembali—““Di kerajaan yang sedang memburumu?!” Joko tertawa getir. “Itu bunuh diri, Anak Muda!”Dia memutar kursi rodanya dengan kasar, menjauh dari Wirya. “Kau tidak tahu betapa berharganya benda itu. Dan sekarang... sekaran

  • Tawanan yang Menawan   Bab 103

    Joko Loyo tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. “Ah, Anak Muda! Kau terlalu mudah percaya! Tentunya tidak mungkin mengubah fisik hanya dalam satu sesi!” Matanya berbinar. “Cincin dan salep itulah yang melakukan semua pekerjaan. Latihan tadi hanya... bumbu penyedap saja!”Wirya hanya bisa terduduk lemas, antara lega dan merasa bodoh telah dipermainkan. Ternyata ilmu Joko Loyo lebih banyak tentang ilusi dan trik psikologis daripada latihan fisik yang sesungguhnya.Murni akhirnya selesai memasang perban di tongkat Wirya. Menandakan bahwa latihan bersama Joko Loyo telah berakhir. Wirya menatap Joko Loyo dengan serius. "Joko, berikan aku pistol bius itu. Aku membutuhkannya untuk melindungi diri dari Pasukan Bulan."Joko Loyo menggeleng, wajahnya tiba-tiba sangat serius. "Tidak mungkin, Anak Muda. Senjata dari masa depan tidak boleh digunakan di zaman ini.""Kenapa tidak boleh?" protes Wirya. "Nyawa kami dalam bahaya!""Aku melakukan hal itu demi garis waktu!" jawab Joko dengan tegas. "Mempe

  • Tawanan yang Menawan   Bab 102

    Joko Loyo mengangkat tangan. “Cukup! Keluar dari kolam!”Wirya bangkit, air terjun mengalir deras di tubuhnya. Saat dia berdiri, Murni yang sedang mendekat terkesiap, matanya membelalak.“Oh tidak...” Murni berbisik, tak mampu melepaskan pandangan dari tongkat Wirya yang memang terlihat lebih besar dan panjang dari sebelumnya.Wirya sendiri merasa aneh—entah karena efek cincin atau sugesti, tapi memang terasa berbeda. Dia meraih pakaiannya, tapi Joko Loyo menghentikannya.“Jangan dipakai dulu,” kata Joko Loyo. “Latihan belum selesai. Lagipula,” tambahnya dengan senyum kecil, “di sini hanya kita bertiga.”Kalimat itu seperti petir di siang bolong bagi Wirya. “Tunggu... Indah! Di mana Indah? Sedari tadi aku belum melihatnya.” Dadanya tiba-tiba sesak oleh kekhawatiran.Murni menghela napas. “Dia pergi sebelum fajar. Mencari teman-teman kalian. Serta dia juga mencari tanaman obat khusus seperti yang Joko perintahkan.” Dia menghindari pandangan Wirya. “Dia bersikeras pergi sendirian. Setel

  • Tawanan yang Menawan   Bab 101

    Tapi saat dia duduk di meja makan, ibunya tiba-tiba berhenti menyajikan makanan dan menatapnya dengan curiga.“Wirya,” ujar ibunya dengan suara aneh, matanya tajam. “Apa kau menyembunyikan sesuatu di celanamu? Ibu merasakan energi yang aneh.”Wirya tersedak air minumnya. “I-Ibu? Apa maksudmu?”Ibunya mendekat dengan langkah tidak wajar. “Ibu bisa merasakan ada sesuatu yang terpancar dari balik celanamu. Tunjukkan pada ibu!” Tangannya meraih secara tidak natural.Wirya tersentak mundur, dalam pikirannya ini pasti bukan ibunya.Wirya terus mundur hingga punggungnya membentur dinding dingin. “Ibu, hentikan! Ini tidak normal!” serunya, suara gemetar ketakutan.Tapi ibunya terus mendekat, daster terusan yang biasa dipakainya terlepas dan jatuh ke lantai. Kini hanya pakaian dalam sederhana yang menutupi tubuhnya yang sebenarnya masih sangat terawat untuk seorang ibu.“Aku hanya ingin melihat, Sayang,” bisik ibunya dengan suara yang tidak wajar, manis namun menyeramkan. “Ibu bisa merasaka

  • Tawanan yang Menawan   Bab 100

    Pintu ruangan terbuka dan Murni keluar pertama kali, rambutnya sedikit berantakan dan wajahnya masih memerah. Tak lama, Wirya menyusul dengan ekspresi sedikit limbung dan bingung.Joko Loyo yang telah menunggu di luar langsung memandangi mereka berdua dengan kecurigaan. “Kalian berdua sangat lama di dalam. Apa ada masalah?”Wirya membeku, wajahnya memanas. Dia mencari-cari kata untuk menjelaskan, tetapi Murni dengan cepat menyela.“Cincinnya terlalu longgar untuk ukurannya,” ujar Murni dengan suara datar, seolah-olah itu adalah fakta ilmiah biasa. “Aku harus menempanya lagi agar pas. Butuh waktu lebih lama dari perkiraan.”Dia berjalan ke meja kerja, mengambil palu kecil dan menunjukkan pada Joko. “Lihat? Masih ada bekas tempaan di sini.” Itu adalah kebohongan yang lancar, karena palu itu memang sering digunakan untuk menyesuaikan peralatan.Joko Loyo mengamati mereka berdua sejenak, lalu akhirnya mengangguk. “Baik. Aku pikir ada masalah saat proses pemasangan.” Tapi matanya masih men

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status