Share

Bab 90

Penulis: Frands
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-01 21:18:31

“Tahan, Wirya,” bisiknya di dekat telinga Wirya. “Aku di sini. Aku tidak akan membiarkanmu pergi.”

Dia terus mengelus punggung Wirya, menyanyikan lagu pengantar tidur yang dulu sering dinyanyikan ibunya. Air matanya jatuh tanpa henti, membasahi rambut Wirya.

Tiba-tiba, tangan Wirya yang dingin bergerak, mencoba memegang tangan Indah. “Jangan... tinggalkan...” ucapnya lemah, hampir seperti napas.

Indah memegang erat tangan itu. “Tidak. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku janji.”

Dalam kepanikan dan kehangatan pelukan mereka, sesuatu mulai berubah bagi Indah. Keintiman darurat ini tiba-tiba memicu sensasi yang tidak terduga. Dia merasakan detak jantungnya sendiri semakin kencang, bukan hanya karena kekhawatiran, tetapi karena kedekatan tubuh mereka yang hampir tanpa penghalang.

Dengan napas tergesa-gesa, dipimpin oleh dorongan yang tidak sepenuhnya dia pahami, Indah mengambil tangan Wirya yang dingin dan lemah.

“Kau perlu kehangatan,” bisiknya, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tawanan yang Menawan   Bab 98

    Murni menoleh, tersenyum kecil. “Oh, itu? Hanya sepotong besi biasa.” Dia mengambil contoh serupa dari meja kerjanya dan menunjukkan pada Wirya. “Kami sengaja melemparkannya untuk menguji komposisi air terjun itu.”Joko Loyo yang mendengar percakapan mereka menyela dari seberang ruangan. “Air terjun itu sangat istimewa, Wirya. Mengandung mineral langka dengan zat yang dapat pembersih dan penyembuh yang kuat.” Kursi rodanya bergerak mendekat. “Dalam konsentrasi tertentu, bahkan bisa menyembuhkan luka dalam hitungan jam.”Murni mengangguk, matanya berbinar. “Awalnya kami hanya penasaran, tapi ternyata airnya memiliki sifat yang sangat unik! Kami masih mencoba memahami sepenuhnya potensinya.”Wirya terkesima, melihat kembali ke arah air terjun melalui monitor. “Jadi air itu... mungkin yang menghilangkan efek dari ramuan yang pernah aku minum?”“Mungkin,” jawab Joko Loyo dengan hati-hati.Pengetahuan baru ini membuka kemungkinan yang sama sekali baru bagi mereka semua. Lalu tiba-tiba se

  • Tawanan yang Menawan   Bab 97

    Tepat saat Indah berbalik untuk pergi, tangan Wirya dengan cepat menangkap lengannya. “Tunggu,” katanya, suara tegas namun penuh kelembutan.Indah menoleh, matanya menunjukkan keheranan. “Wirya, apa—““Aku akan bersamamu,” ucap Wirya, memotongnya. Matanya menunjukkan keyakinan yang bulat. “Tidak ada ilmu atau warisan pengetahuan yang lebih berharga daripada keselamatan orang-orang yang kuperhatikan.”Dia menarik napas dalam. “Joko Loyo boleh memanggilku bodoh, tapi aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri jika sesuatu terjadi padamu atau yang lain saat aku hanya duduk menunggu di sini.”Indah mencoba membantah. “Tapi kesempatanmu—““Kesempatan bisa dicari lagi,” kata Wirya dengan mantap. “Tapi nyawa manusia tidak.” Dia mengambil obor yang tersisa dan menyalakannya. “Sekarang, katakan padaku tentang jalur rahasia yang kau sebutkan tadi. Kita akan mencari mereka bersama.”Mata Indah berkaca-kaca, terharu oleh pengorbanan Wirya. Dia mengangguk, menggenggam erat tangan Wirya. “

  • Tawanan yang Menawan   Bab 96

    Murni mengerutkan kening. “Tapi risiko mereka ditangkap Pasukan Bulan—““Tenang saja,” potong Joko dengan senyum tipis. “Aku sudah memasang perimeter penghalang yang menyamarkan energi mereka. Pasukan Bulan tidak akan menemukan mereka.”Dia menatap layar yang menunjukkan Wirya sedang merawat Indah dengan hati-hati. “Pelajaran pertama tentang kesabaran dan pengorbanan sudah dimulai. Mari kita lihat apakah dia layak mewarisi ilmu yang kumiliki.”Joko mengangkat cangkir tehnya, senyumnya semakin dalam. “Percayalah, Murni. Jika dia bertahan tiga hari di luar sana tanpa menyerah, aku sendiri yang akan keluar untuk menjemputnya.”Di luar, Wirya dengan hati-hati membantu Indah minum dari kantong air mereka yang hampir habis. “Minumlah perlahan,” bisiknya, matanya terus waspada memindai sekitar hutan.Indah masih terlihat lemah, tetapi sudah lebih sadar. “Wirya... aku merasa aneh. Seperti ada sesuatu yang... terjadi saat aku pingsan.” Dia memandangnya dengan kecurigaan samar.Wirya menghinda

  • Tawanan yang Menawan   Bab 95

    Murni menambahkan, wajahnya serius. “Seorang pemuda bangsawan yang mengaku sebagai Pangeran Surya dari Kerajaan Karta Loka. Dialah yang memberi tahu kami tentang semua kerajaan itu. Tentang bahaya Pasukan Bulan. Tentang ritual Wanawaron.”Wirya terdiam sejenak, mencerna informasi baru ini. “Pangeran Surya? Dari Karta Loka? Tapi...” wajahnya berkerut, “itu tidak masuk akal. Pasukan Bulan adalah tentara Karta Loka. Mengapa pangeran dari kerajaan itu akan memperingatkan tentang bahaya dari pasukan sendiri?”Joko mengangguk, senyum tipis di bibirnya. “Pertanyaan yang sangat bagus, Anak Muda. Itulah yang membuat kami penasaran selama 18 tahun terakhir.” Tangannya memutar-mutar roda kursinya. “Pangeran Surya mengatakan ada perpecahan dalam internal kerajaan. Faksi yang dia pimpin menentang kekejaman Pasukan Bulan.”Murni mengamati Wirya dengan penuh minat. “Apa sebenarnya yang kau cari dari Joko Loyo? Mengapa kau mencarinya?”Wirya terdiam sejenak, lalu menjawab dengan jujur. “Aku diberita

  • Tawanan yang Menawan   Bab 94

    “Aaaaaahhhh..”Indah mengerang panjang, tubuhnya bergetar hebat untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya lemas sepenuhnya, pingsan di atas dada Wirya. Wirya sendiri mencapai puncak bersamanya, napasnya terengah-engah, tubuhnya basah oleh keringat dan kelelahan.Dia masih terbaring, mencoba memulihkan tenaga, ketika tiba-tiba suara yang asing membuatnya membeku.“Akhirnya ada yang berhasil menemukan dan membuka pintu ini.”Wirya terkejut, kepalanya berputar ke arah suara. Dari celah batu yang baru terbuka di dekat air terjun, muncul seorang pria tua yang duduk di kursi roda, mengenakan jas lab putih yang terlihat aneh di tengah hutan purba. Yang mendorongnya adalah seorang wanita dengan pakaian penjelajah yang sempat dilihat Wirya kemarin."Kalian... dari mana? Pakaian itu." Wirya gagap, mencoba menutupi diri dan Indah yang tidak sadar.Pria tua di kursi roda mengangkat alisnya, terkejut. "Kau... kau tahu tentang pakaian kami?"Wanita penjelajah itu mendekat, matanya menyorotkan cahay

  • Tawanan yang Menawan   Bab 93

    Dengan napas yang masih tersengal-sengal, Wirya menarik perlahan pakaian bawah Indah. Di bawah sinar bulan purnama, terbentang pemandangan yang membuatnya terkesima—pusaran rambut hitam yang sudah basah oleh hasrat mereka, kontras sempurna dengan kulit Indah yang putih dan mulus.“Wirya...” bisik Indah, suaranya gemetar berpadu dengan erangan. Matanya yang berkaca-kaca menatap Wirya, tidak lagi menyembunyikan kerinduannya. “Aku... aku juga menginginkanmu. Selama ini... tanpa aku sadari.”Dia menarik napas dalam, seolah mengumpulkan keberanian untuk mengucapkan sesuatu yang telah lama terpendam. “Ambil... kesucianku. Aku hanya ingin kau yang pertama.”Kalimat itu seakan melepas semua penahan terakhir Wirya. Dengan hati yang berdebar kencang penuh kekaguman dan hasrat, dia membimbing diri sendiri ke gerbang yang masih perawan.Indah mengerang saat Wirya perlahan memasuki dirinya untuk pertama kali. Tangannya mencengkeram erat punggung Wirya, menahan campuran rasa sakit dan kepuasan yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status