Share

Bab 6 KEGEEP

Author: Dewa Ndaru
last update Last Updated: 2025-12-16 00:41:59

Dona belum yakin sepenuhnya dengan yang dijumpai. Melebarkan kedua bola mata. Melihat jeli sosok lelaki yang berdiri di sebarang sana.

Sementara Bayu masih dengan gaya santainya. Mengucek mata, seolah tidak ada masalah.

"Kenapa sih?" katanya lagi sempat menguap lebar sambil mengaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Darimana kamu?" hardik Dona curiga. Belum juga melepas pundak Kartika dari cengkraman.

"Darimana? Pertanyaan macam apa ini? Apa kamu gak lihat kalau aku baru bangun tidur." Bayu sedikit tersulut, namun tetap berusaha untuk meyakinkan. Meski kebenarannya akan terdengar lebih pedih ketimbang yang ia sampaikan.

Dona merubah pandangan. Berganti menatap pada Kartika. Lirikan matanya begitu tajam. Menatap cermat pada sosok Kartika yang berdiri persis di depannya. Secuil pun tidak ada hal yang lolos dari bidikan matanya.

"Benar begitu?"

Kartika mengangguk pelan. Mengiyakan apapun yang Bayu katakan. Sejak awal ia tidak berani untuk menatap. Menunduk takut, tidak berani sedikitpun mengangkat wajah.

Dona mengehela nafas panjang. Mencoba untuk kembali percaya. Perlahan ia longgarkan cengkraman pada pundak Kartika. Meski, perasannya masih terganjal, tapi melihat gelagat Kartika yang ketakutan. Membuatnya sedikit kasihan.

Kali ini berganti Kartika yang menghela nafas panjang. Ia merasa begitu plong, bisa terlepas dari masalah. Termasuk terhindar dari Dona. Meski sebenarnya ia sekarang sedang bersekutu dengan Bayu. Sama-sama bermanipulasi, menutupi skandal perselingkuhan mereka.

Kartika enggan berlarut. Enggan juga berada berdiri di tengah-tengah mereka. Ia memilih untuk lekas pergi. Kembali menyibukan diri dengan pekerjaan rumah yang belum kelar.

"Huft!"

Dona kembali menghela nafas panjang. Berdiri sambil mencengkram sandaran kursi makan. Isi otak ini ia paksa untuk tenang seraya mengatur strategi untuk membuktikan prasangkanya.

"Huft!"

Bayu ikut menghela nafas sambil bersandar pada pintu. Ia merasa begitu lega, Dona berhasil ia kendalikan. Tapi bukan berarti ia bisa tenang. Bayu mulai berpikir untuk taktik kedepan, meningkatkan kewaspadaan. Tidak ingin hubungannya dengan Kartika sampai ketahuan.

*

Di dalam kamar, Kartika sekarang sedang berada. Buru-buru ia masuk lalu mengunci pintu. Jantung ini masih berdegup kencang. Adrenalinya serasa dipermainkan. Nyaris saja ia ketahuan.

Ia sendiri juga heran, Bayu bisa datang dari sana dengan wajah malasnya. Komplit dengan handuk yang mengalung di leher.

Rasanya baru saja mereka menuntaskan permainan. Ia yakin saat buru-buru keluar kamar, Bayu masih berada di dalam kamarnya.

Entah lah, yang jelas Kartika tidak ingin berpikir dulu tentang itu, yang terpenting sekarang ia masih bisa selamat.

Kartika menggelengkan kepala. Ogah untuk mengingat semua. Kaki ini bergegas melangkah, meraih celana dalam Bayu yang sempat tertinggal di dalam kamarnya.

"Ini jangan sampai ketahuan. Bisa-bisa jadi masalah baru," ocehnya mengambil cepat celana dalam yang tergeletak di bawah ranjang lalu menyembunyikan cepat ke dalam kaos besar yang ia pakai.

Kartika berniat untuk membawanya keluar kamar lalu menaruhnya ke dalam kantong loundry.

*

*

07.45

Ruang makan apartemen Bayu

Dona masih terlihat berada di sana. Duduk di kursi makan masih memakai pakaian yang sama. Piyama, komplit dengan roll rambut serta bar facenya.

Di seberangnya, Bayu juga ikut duduk sejajar. Sudah memakai jas rapi. Sibuk menikmati sarapan.

"Kenapa gak makan? Ayo cepat! Nikmatin sarapanmu, setelah itu aku antar kamu pulang," ucap Bayu sambil sibuk mengunyah. Ia juga tidak menatap Dona yang duduk di depan. Matanya terlalu fokus pada makanan yang ia santap. Sedang tangannya sibuk menyuap telur ke dalam mulut.

Dona melengoskan wajah malas, menekuk kedua tangan di depan dada. Dirinya sudah tidak berselera menikmati sarapan yang Kartika masak khusus untuknya.

"Aku gak lapar," ketusnya sambil membuang wajah kearah samping. Enggan menyentuh makanan.

Bayu melirik sekilas Dona yang duduk di hadapannya. Enggan lagi memaksa. Sebatas hanya berbasa-basi.

"Lagian ngapain sih, pagi-pagi datang sambil teriak-teriak. Lihat itu! Kamu aja masih pakai baju kaya gitu! Harusnya kamu bisa telfon aku dulu, gak kaya begini," tudingnya menilai sepihak, tanpa tahu alasan yang sebenarnya.

Emosi Dona terpantik. Sengaja menggebrak meja sambil melototkan mata. "Apa kamu bilang? Kalau bisa aku hubungi, udah aku hubungi dari tadi. Kamu buang kemana hape kamu sampai gak bisa dihubungi," ucapnya berapi-api.

"Maaf, aku lupa isi daya semalam." Bayu menurunkan intonasi suara. Sedikit gugup untuk menjelaskan.

"Oh iya, lupa? Lupa atau memang sengaja dimatiin biar gak dihubungin," tudingnya dibumbui senyum mengejek.

Kuping Bayu spontan berdenging. Tersinggung atas ucapan yang Dona lontarkan.

"Kalau aku bilang lupa, ya lupa. Ngapain sih suka banget cari gara-gara," bentak Bayu tidak suka.

"Siapa yang cari gara-gara? Aku kan cuma tanya. Seharusnya kamu seneng dong aku datang. Bukannya malah marah-marah."

"Siapa yang marah? Kamu itu yang senengnya bikin masalah. Udah datang teriak-teriak!"

"Masalah! Oke, fine! Sekarang kamu berani buat nyalahin aku," kata Dona meninggi.

"Ya memang kamu yang salah," debat Bayu enggan menurunkan ego.

"Oke, dari sekian pengorbanan yang udah aku lakuin buat kamu. Kamu nyalahin aku buat perkara seremeh ini? Ini gak adil," ucapnya lagi sudah menitikan air mata. Dada ini terasa sangat sesak. Sampai ia pegang dengan tangan.

"Udahlah, gak usah drama! Kamu kan tahu sendiri kesibukanku. Aku itu capek. Perkara hape mati aja sampai sewot," acuhnya sambil kembali makan.

Dona berdiri langsung dari kursi. Amarahnya mulai tak terkendali. Menunjuk Bayu yang sedang makan sambil berbicara dengan intonasi tinggi. "Sama, aku juga capek. Aku juga sibuk, tapi apa kamu pernah ada sedikitpun perhatian buat aku. Aku jatuh, aku sakit, sampai aku di rawat, kamu ada dimana? Ha!?"

Mata Bayu memerah murka. Menggebrak meja sekeras-kerasnya sampai membuat Kartika yang berada tidak jauh dari sana tersentak kaget.

Brok!

"MAKSUD KAMU APA? KAMU MAU NYARI PERKARA BARU LAGI!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Teman Ranjang Majikanku   Bab 6 KEGEEP

    Dona belum yakin sepenuhnya dengan yang dijumpai. Melebarkan kedua bola mata. Melihat jeli sosok lelaki yang berdiri di sebarang sana. Sementara Bayu masih dengan gaya santainya. Mengucek mata, seolah tidak ada masalah. "Kenapa sih?" katanya lagi sempat menguap lebar sambil mengaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Darimana kamu?" hardik Dona curiga. Belum juga melepas pundak Kartika dari cengkraman. "Darimana? Pertanyaan macam apa ini? Apa kamu gak lihat kalau aku baru bangun tidur." Bayu sedikit tersulut, namun tetap berusaha untuk meyakinkan. Meski kebenarannya akan terdengar lebih pedih ketimbang yang ia sampaikan. Dona merubah pandangan. Berganti menatap pada Kartika. Lirikan matanya begitu tajam. Menatap cermat pada sosok Kartika yang berdiri persis di depannya. Secuil pun tidak ada hal yang lolos dari bidikan matanya. "Benar begitu?" Kartika mengangguk pelan. Mengiyakan apapun yang Bayu katakan. Sejak awal ia tidak berani untuk menatap. Menunduk takut, tidak ber

  • Teman Ranjang Majikanku   Bab 5 BOOMP!

    Butuh waktu semalam untuk Dona berpikir tentang semua. Foto itu serta temuan pil kontrasepsi di atas kulkas, semakin menguatkan keyakinan jika ada hubungan gelap antara Bayu dan Kartika. Dona tidak bisa menunda lagi, pagi buta ia bergegas pergi menuju apartemen sang kekasih. Mengendarai mobil Suv putih. Memecah jalanan ibukota yang masih lengang. "Kartika!!" ucapnya marah penuh dendam. Tangan sudah geram ingin menjambak, bibir ini juga tidak berhenti berkata kotor. Dada rasanya begitu sesak, matanya dipenuhi api amarah. Sampai ingin menangis saja tidak bisa. Ingin segera sampai tujuan, menumpahkan semua kekesalannya pada mereka. Dona sedikit tidak awas pada jalanan yang dilaluinya. Emosinya telah menguasai pikiran. Ia tambah laju kendaraan semakin kencang. "Arrggghhh!" teriaknya marah campur frustasi. Memukul kencang stang mobil. * * Luna Bay Suites, lantai 30 "Eumphh..." Kartika menggigit bibirnya erat. Napasnya tetersengal-sengal saat tubuh Bayu bergerak

  • Teman Ranjang Majikanku   Bab 4 Bangkai Itu, Semakin Kuat Tercium

    Orient Park Hotel bintang lima"Turun sini saja Pak," tutur Kartika dari bangku belakang. Sopir taksi menurutinya. Perlahan memelankan laju mobil lalu berhenti tepat di tempat yang Kartika kehendaki. "Terimakasih," ucapnya lagi. Tidak butuh waktu lama, taksi pun kembali berlalu. Meninggalkannya seorang diri di tempat tadi. Kartika berdiri sejenak, menatap lurus ke depan. Mendongakkan kepala, menatap gedung tinggi yang berdiri megah di hadapannya. Bukan hanya satu, dua tapi disekitar distrik ini banyak berdiri megah gedung-gedung pencakar langit. Tempat ini masih terasa asing untuk ia datangi. Bukan juga tempat yang biasa ia kunjungi. Ini semua karena Bayu yang meminta. Bayu yang sengaja meminta untuk datang kemari. Sekedar menemani ngopi atau haha hihi. Kartika mengeratkan jari jemarinya, menentang tas kecil yang ia bawa dari rumah. Tanpa ragu kaki ini melangkah masuk. Melewati barisan para petugas keamanan yang berdiri di depan lobi. Terus berjalan melewati lo

  • Teman Ranjang Majikanku   Bab 3 Musuh Dalam Selimut

    Luna Bay Suites, 19:45 Kartika beranjak bangun dari tempat tidur. Berada di kamar ini membuatnya begitu nyaman. Terlupa jika hari sudah beranjak malam. Kasur berukuran king dengan selimut wol berwarna krem, selalu saja mengundang untuk datang. Terlebih wangi aroma kayu manis dan vanilla samar-samar menguar dari lilin aromaterapi yang semakin membuat tempat ini terasa hangat. Kartika palingkan dirinya dari sana. Memunguti satu persatu pakainnya lalu memakaikannya kembali ke badan. Sementara, Bayu masih berada di kamar mandi. Menyegarkan kembali tubuhnya setelah senam jasmani. Kartika bisa melihatnya, karena sekat kamar mandi hanya berupa kaca transaparan. Sesekali Bayu kepergok melempar senyum sambil melambaikan tangan pada Kartika yang ada di luar. Kartika menoleh, membalas senyum dan lambain tangan. Sementara Bayu masih berkutat di dalam sana. Kartika berkeliling dulu dalam kamar. Menata barang-barang yang berserakan serta menata foto-foto milik Bayu saat masih duduk di ba

  • Teman Ranjang Majikanku   Bab 2 Pil Kontrasepsi

    "Bawa saja ini. Alamatnya sudah tertera jelas disitu. Nanti begitu sampai stasiun, kamu hubungin saja temanku. Dia yang akan mengantarmu ke tempatnya." Kartika mengangguk paham saja. Berbekal kartu nama dan beberapa helai salinan baju. Ia nekat pergi bekerja di kota. Tidak mudah memang, tapi ia tidak punya pilihan lain. Minim pendidikan dan juga skill. Hanya pekerjaan ini satu-satunya yang ia bisa lakoni. Kartika sudah sampai pada alamat tujuan. Menunggu di luar, berdiri di ambang pintu masuk unit apartemen. Sambil memegang selembar kartu nama yang diberikan seorang teman."Jadi kamu orangnya?" Kartika tertegun sewaktu mendengar suaranya. Mengangkat wajah perlahan, menatap kagum pada pria yang berdiri di depan. Suaranya sarat kesan seksi dan menggoda. Tidak berhenti sampai disitu saja, kaos tipis sedikit basah serta celana pendek yang pria ini kenakan. Turut membuatnya sampai menelan ludah. "Iya, saya Kartika." Kartika berbicara cepat sambil mengulurkan tangan kanan. "Aku Bayu.

  • Teman Ranjang Majikanku   Bab 1 Tubuhmu, Memabukkanku

    14.25Ruang rapat, Bhuana Tower Suasana dingin dan tegang menyelimuti selama rapat berlangsung. Tampang mereka tampak serius. Selama lebih dari dua jam rapat berlangsung. Tidak ada satupun dari mereka yang berani memulai dengan guyonan lucu."Keadaan pasar semakin buruk karena demo kemarin. Saya khawatir, jika keadaan ini terus dibiarkan maka perusahaan bisa bangkrut." "Para investor dari luar juga sudah mulai panik. Bahkan sudah terlihat ada yang menjual semua aset mereka. Semalam saya sudah berkordinasi juga dengan pimpinan untuk mengurangi ekspansi kita di berbagai perusahaan anak cabang, tapi sepertinya itu belum bisa membalikan keadaan jadi baik." "Jadi bagaimana solusi anda Pak? Apa perusahaan harus mengambil langkah terakhir dengan melakukan PHK masal?" Semua orang berubah diam. Kompak menatap depan. Pada seorang pria yang duduk di kursi berbeda dari lainnya. Tatapan wajah mereka banyak memiliki arti. Menaruh harapan besar pada pria itu. Menanti dengan sabar jawaban yang a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status