Share

Bab 5

Di depan gerbang Baoyu, A-Xiang telah berdiri menunggunya dengan ekspresi wajah gusar.

“A-Xiaaa—” Sapaannya menggantung sebab begitu ia sampai di kereta kuda, A-Xiang justru menarik tangannya, memegang bahu hingga membalikkan badannya seolah meneliti bagian tubuhnya.

“Kenapa kau tiba-tiba begini?” tanya Li Wei yang merasa kikuk sekaligus penasaran.

Kening A-Xiang mengernyit saat mendapati hanfu yang dipakai  Li Wei ada yang robek. “Tuan Putri, ini..” Langung menunjuk ke arah sobekan.

Li Wei menyibak hanfunya dan langsung mengerti. “Oh ini, aku terpaksa merobeknya.”

A-Xiang terperangah mendengarnya. Ia mendadak sedih melihat ‘Li Hua’ yang berkata seakan tidak ada masalah. Padahal, ia jelas tahu bahwa barusan nona yang dilayaninya ini lagi-lagi ditindas oleh Xia Hexi.

Sontak Li Wei menautkan alisnya bingung. “Ada apa dengan ekspresimu itu?”

A-Xiang menggeleng dengan mata berkaca-kaca. Li Wei hanya bisa menghela napas saat melihatnya kemudian memeluk A-Xiang yang bersiap menangis.

“Apa kau ada masalah? Jika ada kau bisa cerita kepadaku..” ujar Li Wei sembari menepuk punggung A-Xiang pelan.

Segera A-Xiang melepas pelukan mereka dan mencebikkan bibirnya protes. “Terbalik. Harusnya Tuan Putri yang bercerita pada saya soal Xia Hexi yang menindas anda lagi. Saya mendengarnya dari murid lain. Dia sudah keterlaluan sampai baju anda saja menjadi seperti ini.”

“Tunggu. Tunggu. Sepertinya kau salah paham.” Bahu Li Wei seketika berguncang kecil menahan tawa.

“Apanya yang salah paham? Dia selalu begitu, merundung anda dan bahkan menyebabkan anda bunuh diri. Saya sudah tidak tahan lagi. Saya akan melaporkan hal ini pada Tuan Li Yan!” ujarnya berapi-api sambil bertolak pinggang.

“Aiyya~ si Xia Hexi memang berniat merundungku tadi. Tapi, sekarang dia berhadapan dengan orang yang salah, karena aku sudah mempermalukannya di depan murid lain. Dan ini..” Li Wei menyentuh bagian sobekan lagi. “Aku merobeknya karena kena ludah si Xia Hexi sialan itu.”

Mata tampak A-Xiang mengerjap-ngerjap lucu. “Tuan Putri, apakah anda serius? Maksud saya, anda melawan Xia Hexi..?”

Li Wei mengangguk mantap. “Tentu saja. Kalau kau tidak percaya tanya saja pada murid di sini. Aku membuatnya tidak berkutik bahkan aku menamparnya dengan tangan ini.”

“Akhirnya ada hari ini di mana Xia Hexi dibalas perbuatannya!” A-Xiang menatap Li Wei dengan wajah tercengang.

“Tuan Putri, anda sangat hebat dan memukau,” sambungnya mengungkapkan kekaguman sembari mengacungkan kedua jempol tangan.

Seulas senyum yang malu-malu sontak terpatri di wajah Li Wei. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil berujar disertai kekehan. “Kau terlalu berlebihan.”

“Sudah lah sebaiknya kita segera pergi dari sini. Hari ini aku ingin ke tempat latihan Li Yan Gege,” lanjutnya sambil melenggang naik ke kereta kuda, meninggalkan A-Xiang di bawah.

A-Xiang cepat tersadar dan berseru, “Tuan Putri tunggu saya!” Yang dibalas suara tawa dari dalam kereta.

***

Di dalam kereta yang tengah melaju. Tiba-tiba A-Xiang kembali teringat perkataan Xia Hexi.

“A-Xiang, aku penasaran akan sesuatu..” cetus Li Wei memulai pembicaraan setelah sempat lama terdiam.

A-Xiang yang duduk di bagian depan kereta memajukkan wajahnya ingin tahu. “Sesuatu apa, Tuan Putri?”

Netranya menatap A-Xiang dengan serius seolah tengah berpikir keras. “Kenapa aku dijuluki ‘putri pembawa sial’?”

Pertanyaan Li Wei seketika membuat tubuh A-Xiang menegang. Ia lantas menuduk ke bawah sambil meremas tangannya yang di atas paha dengan tidak nyaman.

Li Wei mengerutkan keningnya heran. “A-Xiang..? Kau tidak boleh menyembunyikan apapun dariku.” Ia memperingatkan. “Jika kau tetap tutup mulut aku akan menjualmu!”

A-Xiang tergesa mengangkat kepalanya. “Jangan, Tuan Putri. Sa-saya dilarang membahas hal ini oleh Tuan Li Yan,” akunya sembari menundukkan kepalanya lagi.

Mata Li Wei terputar dengan malas. Ia beralih menyandarkan punggungnya di bagian belakang kereta. Helaan napas panjang menjadi peneman saat ia berusaha menelan kesabarannya. "Kalau kau tidak mengatakan faktanya aku akan seperti orang bodoh, kau tahu? Aku masih hilang ingatan dan hanya dirimu yang bisa memberitahuku.”

“Saya tahu.” A-Xiang menganggukkan kepala sambil memilin-milin pakaiannya ragu. “Sa-saya akan memberitahu anda.”

Senyum sumringah langsung menghiasi wajah Li Wei. “Coba ceritakan.”

A-Xiang menatap Li Wei sambil menggigit bibirnya dengan polos. “Sebenarnya saya juga hanya mendengarnya dari orang lain..”

Kemudian, pikirannya menerawang jauh …

**

Tujuh belas tahun lalu, di Kerajaan Xianli. Selir Resmi Yu Jie melahirkan bayi di mana saat itu sedang berlangsung musim bunga pir bermekaran. Jadilah sang bayi diberi nama Li Hua (bunga pir yang mekar).

Di tengah kebahagiaan yang dirasakan oleh Selir Resmi Yu Jie dan Raja Li Chen, tak lama kemudian Para Menteri yang didalangi oleh Kementerian Ahli Bintang berduyun-duyun memenuhi Aula Pemerintahan untuk melakukan protes.

“Yang Mulia Raja, Mohon maafkan hamba, tetapi hamba harus tetap berbicara mewakili para Menteri yang lain.” Menteri Ahli Bintang berdiri di barisan paling depan.

“Apa yang hendak kau katakan?” tanya Raja Li Chen.

Menteri Ahli Bintang kemudian menujukkan sebuah perkamen yang disinyalir tertera suatu ramalan.

Menteri Ahli Bintang berpura-pura menghela napas. “Hamba berat harus mengatakannya. Akan tetapi, Putri Li Hua harus segera dilenyapk—”

“Apa kalian sadar dengan pemikiran kalian?” Raja Li Chen menggebrak lengan kursi singgasana dengan marah.

“Yang Mulia Raja, ini demi kebaikan negeri Xianli.” Menghiraukan bentakan sang raja, Menteri Ahli Bintang membuka suaranya lagi

“Telah diramalkan oleh Kaisar Pendiri Dinasti Han jika keturunan raja yang lahir di bulan April hari ke tujuh belas dan bertepatan dengan gerhana matahari akan membawa, kemalangan, dan bencana. Putri yang dilahirkan oleh Selir Resmi Yun adalah pembawa sial. Jika Kaisar Agung dari Dinasti Han sampai tahu hal ini, hamba tidak bisa membayangkan dampaknya. Bukan hanya akan membunuh Putri Li Hua tetapi mereka dapat memporakporandakan Kerajaan Xianli. Kerajaan kita hanyalah kerajaan kecil dan tidak sebanding dengan kekuatan Kekaisaran Dinasti Han, hamba mohon pertimbangkan kerisauan kami, Yang Mulia.”

“Yang Mulia, mohon pertimbangkan hal ini … Yang Mulia.” Setelah perkataan itu, para menteri serentak bersujud hingga berkali-kali memohon agar Raja Li Chen mengabulkan keinginan mereka. Sementara itu, Raja Li Chen yang menyaksikan aksi para menteri hanya bisa memijit pelipisnya yang terasa berdenyut dan pening.

“Apa ada cara lain selain membunuhnya?” tanya Raja Li Chen kemudian.

*

Permintaan para Menteri dengan cepat diketahui oleh Selir Resmi. Dia bermaksud menemui dan membujuk sang suami supaya tidak menyetujui permintaan konyol itu. Namun, tepat ketika ia baru saja ingin beranjak dari ranjang, Raja Li Chen sudah lebih dulu berkunjung ke kediamannya.

“Kumohon jangan lakukan apapun pada Li Hua,” todong Selir Resmi langsung.

Raja Li Chen mengangguk pelan seraya mengecup kening selirnya yang masih belum pulih benar pasca lahiran. Fokusnya beralih memandang pada bayi Li Hua yang masih merah. Dia semakin merunduk pilu membayangkan bayinya bersama Selir Resmi yang baru beberapa jam menghirup udara di dunia harus dibunuh.

“Aku sudah memikirkan sebuah cara. Agar Li Hua tidak dibunuh adalah dengan menjauhkan dirinya dari istana. Aku sudah mengabari kakakku di Xingnan, hari ini juga aku akan mengirim Li Hua ke sana,” ungkap Raja Li Chen.

“Xingnan? Itu jauh sekali..” ujar Selir Resmi nelangsa.

Raja Li Chen memegang pundak Selir Resmi. “Yun Ru, maafkan aku … aku terpaksa harus melakukannya.”

“Aku mengerti, Yang Mulia.” Selir resmi mengangguk-angguk sambil terisak. “Asal Li Hua bisa baik-baik saja, aku bisa menanggung kerinduanku nanti padanya.”

“Kakakku adalah orang yang baik. Dia pasti bisa menjaga Li Hua kita.” Tangan Raja Li Chen bergerak memeluk tubuh Selir Resmi.

Setelah beberapa saat Raja Li Chen melepas pelukan di antara mereka. “Manfaatkan waktu yang sedikit ini untuk memuaskan hati melihat Li Hua.”

Langsung mengerti, Selir Resmi lekas membawa si bayi Li Hua ke dalam rengkuhannya. Menciumi seluruh wajah si bayi sampai membuat bayi itu sedikit menggeliat tak nyaman. Ia juga sempat menyusui bayi Li Hua sambil berlinangan air mata.

Raja Li Chen melihat itu semua dengan perasaan carut-marut. Tapi, dia harus segera membawa sang bayi.

“Yun Ru, ini sudah waktunya,” tukas Raja Li Chen memperingati lantas mengambil alih bayi Li Hua yang terpejam. Seketika bayi itu merengek dan menangis kencang, seolah mengerti bahwa ia akan dipisahkan dengan sang ibu.

“Yang Mulia, izinkan Li Hua di sini sebentar lagi. Dia masih ingin susunya,” pinta Selir Resmi dengan kedua telapak tangan bergerak memohon.

Raja Li Chen tak mengindahkan permintaan tersebut. “Maafkan aku.” Hanya kata itu yang terucap dari bibir Raja Li Chen sebelum benar-benar keluar dari kediaman Selir Resmi.

Setelah melihat bayinya dibawa keluar, barulah Selir Resmi merasa benar-benar tidak rela. Ia menggeleng-geleng cepat lalu mengejar Raja Li Chen dengan tertatih-tatih. “Yang Mulia, jangan bawa bayiku!” tangisnya histeris.

Langkah Raja Li Chen pun terhenti. Ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak menengok ke belakang. Matanya terpejam sejenak demi menguatkan tekad agar tak goyah mendengar tangisan wanita kesayangannya.

“Pengawal, tahan Selir resmi di kediamannya.” Raja Li Chen memberi titah yang segera dilaksanakan.

Mendengar itu mata Selir Resmi sontak terbelalak dan langsung menjerit. “Apa yang anda lakukan?!”

Tiga orang pengawal bergegas masuk dan langsung menarik Selir Resmi menjauh dari Raja Li Chen. "Lepaskan aku! kembalikan anakku!"

Para pengawal itu dengan sigap memegang kedua tangan Selir Resmi yang meronta-ronta. Langkah wanita itu kontan tertahan dan tubuhnya tak mampu bergerak. “Yang Mulia..!” teraiaknya putus asa.

*

Itulah keputusan yang diambil oleh Raja Li Chen. Demi membungkam mulut para Menteri, dia menuruti saran dari Permaisuri Zhou yaitu mengasingkan Li Hua jauh dari istana. Akan tetapi, Para Menteri masih tidak terima dengan keputusan Raja Li Chen. Oleh karena itu, mereka memberi syarat agar Putri Li Hua tak boleh menunjukkan wajahnya pada siapapun dan hanya mengijinkan Putri Li Hua kembali ke istana jika telah berusia 17 tahun.

Dan dua tahun sejak peristiwa tersebut, Raja Li Chen kemudian menghadiahi sebuah gelar pada Selir Resmi Yun Ru menjadi Selir Agung. Hal itu karena, ia merasa sangat bersalah dan sedih mengetahui wanita kesayangannya itu selalu murung dan kadang enggan bertemu dengannya lagi.

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status