Share

Bicara Hal Penting

Penulis: Ainin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-26 15:45:30

Kanayya berjalan cepat meninggalkan basement yang menjadi parkiran apartemen. Dia berjalan ke arah tangga darurat, tak mau menggunakan lift karena tiba-tiba saja dia merasa takut pada Dean yang tadi menatapnya dengan penuh intimidasi.

Seolah dia sudah berbuat salah saja. Pria itu benar-benar mengerikan. Menaiki tangga, Kannaya berdesis saat merasakan kakinya sakit saat melangkah naik. Dia berhenti di undakan tangga kelima dan menarik napasnya beberapa kali.

"Aku lupa kalau Mas Dean sudah melakukan hal itu padaku. Bagaimana aku akan menaiki tangga untuk sampai di lantai atas?" Kannaya menghela napasnya pelan lalu melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah sembilan.

Gadis itu menelan ludahnya. Dia harus cepat karena pembelajaran dikampusnya akan dilakukan jam sepuluh nanti. Kembali berjalan, dia menaiki anak tangga perlahan-lahan. Hal yang sengaja dia lakukan agar bisa menghindari Dean. Dia merasa kalau dekat dengan pria itu hanya akan membuat masalah lagi. Dia tak mau Dean malah teringat pada apa yang terjadi tadi malam, lalu pria itu akan memarahinya karena hal itu.

Padahal 'kan dia yang pulang dalam keadaan mabuk, tapi Dean kadang suka melakukan playing victim. Menyebalkan sekali.

"Hufftt, satu lantai lagi." Kannaya menatap tangga yang ada diatas sana, dia kembali menaikinya dan membawa bag belanja yang ada ditangannya.

Peluh keluar dari pelipisnya. Kannaya menarik napas beberapa kali dengan sesak, sebelum akhirnya tiba di atas dan menatap pintu apartemen yang merupakan milik Dean.

Langkahnya tertatih, dia yakin Dean tak ada lagi karena sudah pergi ke kantor atau universitas. Entahlah, pasti pria itu sudah pergi karena tiap pagi dia selalu meninggalkan apartemen usai sarapan pagi dan membiarkan Kannaya mengerjakan tugas rumah dan membersihkan apartemen.

"Eh, kenapa pintunya tidak dikunci?" tanyanya bingung sambil mendorong daun pintu apartemen itu hingga benar-benar terbuka. "Apakah Mas Dean lupa menguncinya? Kenapa dia tiba-tiba ada di lantai bawah tadi? Apakah mungkin berpikir kalau aku ada di dalam?"

Kannaya bertanya sambil berjalan masuk kedalam dan meletakkan bag itu di lantai. Dia melihat asap rokok yang terbang ke dekatnya dan dari aroma asapnya yang terasa antara campuran bau mint dan juga aroma khas yang biasa dia cium, Kanayya tahu kalau itu adalah asap rokok yang biasa digunakan oleh Dean.

"Mas Dean ada dirumah? Dia belum pergi?" batinnya dengan hati yang mulai berdegup.

Dia menatap ke arah sekitarnya dan menemukan seseorang yang tampak santai duduk di sofa. Membelakanginya dan tampak acuh, tapi auranya terasa mencekam seolah mau memakannya saja.

Kannaya menarik napas, seraya melangkah masuk ke dalam apartemen. Sebisa mungkin dia tak mengeluarkan suara langkah, karena takut mengganggu kenyamanan pria itu.

"Pagi, Mas ..." sapanya dengan sopan seraya menunduk sedikit dan menahan debaran jantungnya.

Dean menatap ke arahnya, tanpa ekspresi dan tampak tajam membuat Kannaya menarik napasnya pelan dengan rasa dingin yang tiba-tiba merambat di dahinya. Tatapan Dean tampak tajam membuatnya mau tak mau tersenyum dengan canggung.

"Ma-Mas kenapa belum berangkat? Apa butuh sesuatu lagi?" tanyanya pelan dan hal itu membuat Dean memalingkan wajahnya ke arah depan.

"Setelah kau meletakkan belanjaan, kembali kemari. Ada yang mau kubicarakan denganmu," ujarnya dingin membuat Kannaya menelan ludah.

Dia mengangguk pelan, lalu berjalan pergi dengan gerakan pelan. Dean melihat kaki gadis itu saat berjalan hingga senyuman kecil terbit di bibirnya saat melihat bagaimana Kannaya berusaha menyembunyikan semuanya.

Kannaya sendiri tampak memegang dadanya saat sudah tiba di dapur. Sungguh, sebelumnya dia tak pernah segugup ini saat bicara dengan seseorang. Namun, setiap kali dia berbicara dan bertatap muka dengan Dean maka seluruh sendinya seolah rapuh dan dia tak mampu untuk bicara apapun.

"Aku sengaja berlama-lama saja," batinnya seraya memejamkan mata. "Tetapi kalau lama aku malah bisa terlambat kuliah? Mana aku belum makan, aku lapar sekali," gumamnya seraya melihat cake yang dia beli.

"Lebih baik aku makan dulu, nanti saja disusun saat aku pulang. Lagipula ..." Kannaya melihat ke arah meja dan makanan yang dia buatkan untuk Dean sudah dimakan oleh pria itu. "Mas Dean juga sudah memakan makanannya. Jadi aku harus makan sebelum ke kampus."

Kannaya bergerak cepat, mengambil cake yang dia beli untuknya tadi dan mulai memakannya sambil berdiri. Cake itu hanya dua potong, harganya lumayan mahal tapi Kannaya tak memakai uangnya untuk membeli ini, dia menggunakan uang Dean.

Lagipula uangnya hanya sedikit. Walaupun dia diam-diam membuka usaha makanan dengan salah satu teman yang dia kenal di kota ini, tapi dia menggunakan uang hasil penjualan itu untuk biaya kuliahnya selama ini.

"Apakah masih lama? Kau mengira waktuku sangat banyak sampai bisa menunggumu makan, ya?"

Kanayya terperanjat, dia tersedak cake yang dimakannya dan menoleh ke arah pintu antara dapur dan ruang tengah, dimana pria itu berada dan tampak sedang mempelototinya.

"Mas ..." panggilnya panik seraya memakan sisa cakenya dengan cepat dan segera minum, karena Dean masih mempelototinya dengan tajam. "Maaf, Mas ... aku lapar sekali. Tadi tidak sempat makan karena bahan makanan habis. Aku belanja dulu dan baru sempat makan sekarang," ujarnya dengan wajah yang tampak cemas dan berjalan mendekat usai menghabiskan makanannya.

Dean bergeming pelan, dia menatap mata gadis itu yang tampak ketakutan dan panik. Memalingkan wajahnya, Dean jadi tahu kalau gadis ini langsung pergi setelah terbangun tadi dan itu adalah cara untuk menghindarinya setelah apa yang terjadi malam tadi. Dan tentunya, Dean tahu kalau tenaga Kannaya habis akibat ulahnya hingga gadis itu butuh makan.

"Mas mau bicara apa?" tanya Kannaya pelan membuat Dean menatapnya lagi yang tampak menautkan jemari dengan ekspresi yang gugup tak bisa menyembunyikan kalau ada yang mengganggu hatinya.

"Ikut aku."

Kannaya mengangguk pelan, berjalan ketika Dean sudah berjalan ke arah sofa dimana pria itu duduk tadi. Dia berdiri di sisi seberang, menatap Dean yang sudah duduk dan tampak menyandar dengan santai, merentangkan tangannya ke lengan sofa tunggal yang dia duduki.

"Duduk."

Kannaya berkedip pelan, wajahnya tampak terkejut dan itu tak luput dari pandangan Dean yang menatapinya. Hingga, dapat dia lihat wajah Kannaya sebenarnya memiliki ekspresi kekanakan yang membuatnya terlihat lucu dibalik wajah cantiknya yang terlihat sedikit tegas dengan bulu matanya yang lentik.

"Duduk, Mas? Di sofa?" tanyanya tak percaya membuat Dean menatapnya tajam.

"Lakukan saja apa yang kuperintahkan," titahnya dingin membuat Kannaya dengan cepat tersadar dan teringat kalau dia tak boleh membantah ucapan pria ini.

Duduk di sana, Kanayya tampak menautkan jemarinya dan menunggu apa yang akan Dean katakan.

"Aku ingin membahas soal perceraian."

Deg!

Kannaya mengangkat kepalanya, menatap Dean yang sudah menatapnya dengan dagu dan alis terangkat. Dia bertanya, membuat Kannaya meremat jemarinya yang saling bertaut sebelum bertanya.

"Emm, mau dipercepat, ya, Mas?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ta Ta
Cerita yang bagus,buat panasaran saja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Suamiku    Akhir Kisah Bahagia.

    Bagi Dean hubungannya dengan Kannaya begitu panjang. Panjang dalam urusan perjuangan dan juga panjang ketika dia harus meyakinkan wanitanya itu kalau cintanya benar-benar tulus. Menikahi seorang wanita yang berasal dari keluarga sederhana tapi penuh dengan sikap tahu diri dan tidak pernah menjadi seseorang yang rakus dan tamak, adalah sesuatu hal yang tidak mudah untuk Dean lakukan tapi dia puas karena bisa mendapatkan kriteria istri yang benar-benar baik tanpa memandangnya dari segi harta.Begitu lama dia meyakinkan istrinya itu kalau dia benar-benar sangat tulus, tapi pada kenyataannya hati yang beku dan kaku akan tetap mencair perlahan dengan segala macam hal yang mereka jalani karena pada dasarnya manusia memiliki perasaan yang mudah terbolak-balik.Kini sudah berakhir waktu di mana dia berusaha untuk menggapai istrinya karena saat ini wanita itu sudah berada di dalam genggaman dan pelukannya. Bersama dengannya dalam menikmati kehidupan yang begitu bahagia. Bersama dengannya meraw

  • Terjebak Cinta Suamiku    Sudah Mendapatkan Kebahagiaan

    Kannaya tersenyum dan mengusap punggung suaminya dengan lembut ketika kedua orang tuanya pulang setelah seharian bermain di rumah ini bersama dengan anak kembar mereka. Dia tahu kalau berat apa yang dirasakan oleh suaminya makanya dia tidak mau memaksakan pria ini untuk bicara."Masuk dulu, aku baru membuat kopi untuk Mas," ujar Kannaya dengan lembut membuat Dean menatapnya dan tersenyum.Hari juga sudah malam dan tidak ada lagi yang harus mereka lakukan. Biasanya mereka sudah di dalam kamar dan memperhatikan anak-anak saat ini tapi karena suasana hati Dean yang belum membaik sejak tadi membuat Kannaya juga tidak akan membuatnya semakin berubah karena sejak di pria ini sudah diam saja tanpa banyak bicara.Masuk ke dalam rumah, Kannaya menutup pintunya dan melihat semua suami yang sudah berjalan ke arah sofa. Anak-anak sedang dijaga oleh baby sitter, dia biarkan kamar bersama dengan perawat kedua putranya itu karena dia ingin menemani suaminya."Mau menonton sebuah film?"Dean meletakk

  • Terjebak Cinta Suamiku    Lupakan Semuanya

    Hari itu, Dean membiarkan kedua orang tuanya memegang dan menggendong bayinya. Sementara setelah beberapa saat kedua orang tuanya itu menggendong cucu, Dean membawa Kannaya ke tempat sunyi dan memeluknya dengan erat disana.Kannaya tersenyum, tahu kalau suasana hati suaminya sedikit berantakan akibat apa yang dia dapatkan hari ini. Apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, tentu saja membuatnya merasa sebal tapi tidak bisa menolak mereka hanya karena permintaannya."Aku tahu kalau Mas merasa tidak suka sama mereka yang datang secara tiba-tiba dan meminta maaf begitu saja. Aku tahu kalau Mas pastinya kesal, tapi mau sampai kapan kita akan terus saling membenci seperti itu?" tanya Kannaya dengan lembut.Dean menghela napas dan menatap wajah istrinya dengan tatapan sebal. "Aku semula sudah hidup dengan tenang sebelum kedatangan mereka, Sayang. Tetapi kedatangan mereka membuatku merasa sedikit kesal. Aku tahu kalau tidak boleh membenci orang tua terlalu lama, sebagai anak aku hanya dimi

  • Terjebak Cinta Suamiku    Meminta Maaf

    Hari-hari berjalan dengan sangat baik setelah itu dan tidak ada lagi masalah-masalah yang terjadi. Keano dan Kenaan jaga anak yang baik dan tidak banyak menangis. Mereka senang karena ada yang menjaga apalagi sifatnya sangat ramah seperti ayah ibu mereka.Apa itu masih dalam fase pertumbuhan yang begitu panjang dan akan segera mereka lalui perlahan. Hanya dengan cara ini maka mereka bisa menunjukkan kalau sudah berhasil menjadi anak-anak yang sehat. "Keano tampan sekali pakai kacamata seperti itu," ujar Kannaya sambil bergerak dan memotret putranya yang satu lagi lalu memakaikan kacamata yang sama.Mereka sedang berjemur saat ini, sebuah rutinitas yang biasa dilakukan Kannaya sejak anak-anaknya lahir. Makanya dia sudah biasa walau masih ada bantuan dari suster yang memang sangat profesional. Dia sama sekali tidak kesulitan dalam merawat anaknya walau dia adalah ibu baru."Kalian itu mengikut Papa sekali, wajahnya juga mirip Papa," gumam Kannaya seraya menghela napas. "Kalian harus bi

  • Terjebak Cinta Suamiku    Janji Pada Andreas

    Andreas menatap Camelia lalu menatap ke arah depan dan fokus mengemudi lagi. "Saya hanya mau menhenalmu lebih jauh. Apakah boleh?" tanyanya santai membuat Canelia makin membulatkan matanya."Hah?"Andreas menatapnya sejenak dan menuju ke rumah megah yang sudah terlihat di depan mata."Saya sering memperhatikanmu diam-diam. Jujur saja, saya suka dengan wanita pekerja keras sepertimu. Kau hampir sama seperti istrinya Dean, Kannaya yang bekerja keras. Walaupun sebenarnya seorang wanita itu tidak diwajibkan bekerja saat sudah menikah. Tetapi tidak selamanya seorang pria atau suami itu akan terus berada di atas. Suatu saat bisa saja hancur karena roda itu berputar. Untuk saat ini tentu saja kami bisa memberikan kebahagiaan dan segala kemewahan untuk istri. Tetapi siapa yang tahu nanti?"Camelia diam mendengarnya membicarakan itu, sumpah, dia belum paham! Kenapa Andreas yang merupakan seorang pria besar dan pengusaha ini mau membahas tentang hal ini dengannya? Dengan dia yang bukan siapa-sia

  • Terjebak Cinta Suamiku    Andreas dan Camelia

    Kannaya benar-benar tidak repot mengurus anak kembarnya karena ada baby sitter. Dia hanya memerah ASI, memulihkan dirinya dan membuat semuanya menjadi lebih mudah hanya dengan menjalaninya dengan santai.Kannaya mendapatkan support dan juga bantuan sepenuhnya dari Dean, seperti yang sekarang mereka lakukan. Dia memerah ASI, sementara itu Dean yang menuliskan tanggalnya kalau dia masukkan ke dalam lemari pendingin kecil yang disediakan langsung anaknya."Hari ini Camelia akan datang katanya, Mas mau bekerja atau tidak? Apakah berangkat hari ini?"Dean tersenyum lalu menggeleng pelan. "Hari ini Haris akan mengantarkan beberapa berkas yang akan ditandatangani, aku benar-benar masih bekerja di rumah, jadi kamu tidak perlu khawatir."Kannaya tersenyum dan mengangguk. Kembali berbaring, anak-anak ada bersama dengan mereka siang ini dan terlihat sangat nyaman. Dean tersenyum dan mengusap kaki Kannaya dengan lembut seolah ingin memijatnya."Ada sesuatu yang kamu mau? Aku akan membelikannya,"

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status