Home / Romansa / Terjebak Cinta Tuan Arogan / Tak Ingin Melepaskan

Share

Tak Ingin Melepaskan

last update Last Updated: 2025-05-18 22:22:22

Maureen menggeleng kuat dan memberikan pertahanan kuat di tubuhnya.

Dia mencoba melindungi tubuhnya dengan sekuat tenaga.

Kesal dengan semua perlakuan mereka, saat itu pun dia sudah merasa terjepit.

Maureen kembali melawan dengan sekuat tenaga. Dia menendang kuat-kuat orang yang sudah berada di atas tubuhnya. Hingga membuatnya tersungkur di lantai.

"Arrgghh! Sial sekali, kucing liar ini benar-benar sulit diatasi!" pekik orang tadi meradang.

Dia mengepalkan kedua tangan dengan erat. Lalu, satu tamparan keras membuat tubuh Maureen terhuyung.

Sedangkan yang lainnya hanya menjadi penonton dan tertawa.

Karena ketika mereka memutuskan siapa yang lebih dahulu menjamah gadis itu, mereka tidak akan ikut campur.

"Hahaha, salahmu sendiri. Yang pertama pasti akan sulit diatasi. Apalagi gadis itu masih tersegel rapi!" cetus salah seorang yang tampak menikmati pertunjukan live show temannya itu.

"Cih, benar-benar menyebalkan. Kau tidak tahu aku siapa, hah?" laki-laki itu sudah terlihat emosi hingga dia kehilangan kontrol dan mencekik leher Maureen.

Maureen masih merasakan pipinya panas akibat tamparan tadi.

Kini lehernya sudah dicekik dengan sangat kuat. Sepertinya dia belum puas kalau Maureen belum pingsan.

Maureen sudah benar-benar kehabisan napas.

Tangannya tak sengaja menyentuh satu botol. Dengan sekuat tenaga dia meraih dan memukul kepala lelaki tadi saat dia sedikit lengah.

"ARRGGHH!!" teriaknya.

Darah segar langsung mengalir dari kepala. Dia memegangi kepalanya.

Disaat lengah, Maureen mendorong tubuhnya. Orang tadi tergeletak di lantai.

Maureen membulatkan mata. Bahkan cipratan darah tadi sempat terpercik ke wajahnya.

Yang tertawa menyaksikan pertunjukan berubah menjadi gerhana. Mereka semua bangkit dan mengecek kondisi temannya yang sudah tak sadarkan diri.

Maureen meraih tasnya. Disaat mereka benar-benar lengah. Dia harus bisa menguasai dirinya sendiri dahulu.

Dia tak ingin menjadi santapan orang-orang tak bermoral itu.

Maureen berdiri dan segera berlari dari ruangan yang tertutup dengan rapat. Seolah memang ruangan tersebut terkunci untuk orang-orang luar.

"Sebaiknya kita kembali, Tuan Max. Anda sudah cukup mabuk malam ini," ucap seorang yang sedang memapah orang yang bertubuh besar.

Dia cukup kewalahan memapah tubuh besar tuannya.

Beberapa orang pengawal mengikuti mereka dari belakang.

Brukk! Satu tubrukan keras membuat tubuh keduanya terjatuh.

Maureen yang panik tanpa sengaja menabrak orang tadi.

Dia berlari menghindari kejaran dari orang-orang di ruangan gelap tadi.

"Ma-maafkan aku. Aku sungguh tidak sengaja, Tuan!" ucap Maureen terbata.

Kini sudah berada di atas tubuh laki-laki tadi.

Meski berkata seperti itu, kepalanya tidak fokus. Dia masih menengok ke belakang.

Tanpa dia sadari orang di depannya sudah menaikan rahangnya dengan keras.

Dia ingin sekali marah. Namun, melihat wajah gadis itu yang berantakan dengan tubuhnya yang bergetar. Dia tahu gadis itu memang tak sengaja.

"Kau! Berani sekali kau!" hardik seseorang di samping tubuh tuannya.

Dia berteriak sangat keras dan akan menarik tubuh Maureen dari tuannya.

"Aw, aw, sa-sakit!" Maureen memekik ketika rambutnya tersangkut di salah satu kancing jas tuannya.

"Ma-maafkan saya, Tuan. Saya akan membereskan wanita ini!" ucapnya.

Dia sangat tahu tuannya tak suka sembarangan disentuh oleh siapapun.

Tanpa izin darinya, jika ada yang salah menyentuh hukumannya tidak main-main. Mati ditembak olehnya.

Namun, tangan tuannya malah melingkar di pinggang Maureen dan menariknya lebih dalam ke pelukannya.

Mungkin karena tuannya sedang mabuk.

Saat orang tadi berniat melepaskannya.

"Jangan sentuh! Ayo, kita pulang, Martin!" ucapnya.

Membuat Maureen kalang kabut.

Namun, sedetik kemudian dia melihat orang-orang yang sedang mengejarnya.

Dia tak punya pilihan selain pura-pura mengenal pria itu dan membenamkan wajahnya lebih dalam di dada orang tadi.

"Ta-pi, Tuan, Anda?" Martin menatap tuannya yang tak mau melepaskan pelukan tersebut.

“Sepertinya ada yang aneh dengan, Tuan. Biasanya dia tidak seperti itu!” bisik Martin di dalam hati.

Memperhatikan setiap gerak gerik tuannya.

"Kau tuli. Ayo, kita kembali!" perintahnya lagi.

Martin pun tak berani menentang perintah tuannya.

“Mati aku. Tuan terlalu banyak minum malam ini. Besok pagi saat dia bangun, pasti dia membunuhku dan wanita itu.”

Kembali suara hati Martin bergema, tapi tetap tidak melawan perintah Tuannya.

Terlihat dihadapan semua orang Max seperti mabuk.

Namun, sebenarnya dia memang sengaja menunjukkan peran agar bisa menghindari perjamuan yang menurutnya membosankan.

Dia tak ingin berlama-lama disana. Baginya membuat muak.

Apalagi tempat pesta yang diadakan seperti itu pasti hanya untuk menjebak dirinya.

Dengan adanya Maureen, dia tidak akan melepaskan kesepakatan tersebut.

Maureen mencoba melepaskan pelukannya dari pria yang tak dikenalnya.

Dia, baru saja terlepas dari jebakan serigala-serigala kelaparan. Kini dia merasa terjebak dengan raja serigala.

"Tu-Tuan, maaf. Bisakah kau melepaskannya."

Maureen mencoba memberanikan diri saat dia sudah melintasi di pintu keluar pub.

Tangannya masih terus berusaha melepaskan pegangan erat pria tadi di pinggangnya.

Dia sekarang merasakan tubuhnya sudah tidak nyaman.

"Martin!" Ketika mendengar suara Tuannya penuh penekanan. Dia, menyadari Tuannya pura-pura mabuk.

"Ada perintah, Tuan?" dia langsung mengerti setelah Tuannya memberi kode pada orang-orang dibelakang mereka.

Mereka sepertinya sedang mencari seseorang.

Tubuh Maureen dilemparkan kasar ke dalam mobil.

Saat dia mencoba keluar dari mobil menggunakan pintu satunya. Pintu tiba-tiba saja dikunci otomatis oleh pria tadi.

"Ma-maafkan, Aku, Tuan. Aku mohon izinkan aku kelu-ar!" Maureen berbicara sambil memegangi kepalanya.

Rasa tidak nyaman itu semakin nyata.

Penglihatannya mulai kabur dan dia tiba-tiba pingsan dalam pelukan laki-laki tadi.

“Wanita benar-benar merepotkan!” dengus Max kesal.

Tubuh Maureen yang pingsan kembali dilemparkan begitu saja. Dia, seperti jijik saat kulitnya bersentuhan secara sadar.

Dia tak ingin disentuh oleh wanita itu.

Namun, saat melihat wajahnya entah mengapa perasaannya menjadi tak menentu.

Ada getaran yang tak dapat diartikan olehnya.

Pintu kemudi ditutup, membuyarkan lamunan, "Tidak ada hal yang mencurigakan Tuan. Wanita itu memang tak sengaja menabrak anda. Sepertinya ada orang yang menjebaknya.”

“Di ruangan itu ada seseorang yang terluka akibat botol minuman. Tidak ada kematian. Sepertinya orang yang terluka dari keluarga Henson, putra pertama mereka, Greg Hanson!" Martin menjelaskan laporannya secara detail.

Martin melirik Tuannya setelah memberikan laporan karena Tuannya tak berkomentar sedikitpun.

"Saya akan membereskan wanita itu, Tuan!" Martin berniat akan membuka pintu.

Martin tahu, Tuannya pasti tidak akan suka berdekatan dengan seorang wanita.

"Eum, kita kembali saja. Periksa dengan detail kembali laporanmu dan cari tahu siapa wanita ini untukku," ucap Max tiba-tiba sambil melipat kedua tangannya, berkata acuh tak acuh.

Tapi, Martin merasa, itu bukan seperti kebiasaan tuannya.

Martin merasa ada yang salah dengan pendengarannya, "Kita kembali, Tuan? Lalu, dia?" Martin melirikkan matanya pada Maureen yang masih tak sadarkan diri.

"Apa telingamu sudah mulai bermasalah, Martin? Kau tidak mendengar perintahku!" dia menaikkan rahangnya kembali dengan kasar saat menatap wajah bawahannya.

"Ba-baik, Tuan!" dia memutarkan stirnya tanpa ingin mendengar ledakan amarah tuannya.

"Aku ingin laporan lengkap tentangnya malam ini, Martin!"

Max berkata dengan penuh penekanan.

"Baik, Tuan!" ucap Martin tanpa berani menoleh ke belakang lagi.

"Argh, panas sekali! Ini benar-benar nggak enak?"

Maureen tiba-tiba berkata dengan matanya yang masih tertutup.

Tubuhnya sudah bergerak kesana kemari.

Dia, menendang-nendang sepatu yang dipakainya hingga terlepas.

Lalu tangannya mulai menyusup ke bawah gaun yang dia pakai.

Max mendelikkan mata saat melihat aksi gila Maureen, "Nah, akhirnya lepas juga!" dengan setengah kesadaran Maureen membuka matanya sambil terkekeh seperti orang gila.

Dia mengibas-ngibaskan kain penutup bawah miliknya dan melemparkannya sembarangan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan    Ciuman Pertama

    “Argh! Ma–maafkan, Aku. Aku tidak bermaksud melarangmu. Tapi, seharusnya kau tidak ingkar janji!”Meski takut-takut Lola memberanikan berbicara pada Martin.Wajahnya tetap ketus, kaku dan dingin.Dia benar-benar terlihat seperti tidak suka dengan ucapan Lola.“Rupanya … seperti ini menggoda seseorang. Menyenangkan juga!” sahut Martin di hati.Namun, tatapannya tetap tidak dapat terbaca oleh Lola.Martin mengambil ponselnya dengan tangan lain dan menaruhnya di meja. Lola terus mengikuti gerakan tangannya.Dia tidak sadar kini lengannya yang sudah dicengkeram oleh Martin.Lola menghela napas karena sudah merasa lega. Dia berpikir, ancaman tadi akan dijalankan oleh Martin.“Nah seperti itu dong. Kau ini laki-laki harus menepati janji. Kalau seperti ini baru bisa dibilang adil. Ini dokumennya,” tanpa ragu Lola menurunkan tas yang sedang berada di bahu kirinya. Memberikan tas tadi yang berisi berkas miliknya.Martin menerima dan meletakkan di meja, dekat ponselnya.Lola menghela napas lag

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan    Digempur

    Perjalanan pulang kali ini mereka tidak memakai heli. Max tidak ingin istrinya kembali muntah akibat mabuk perjalanan.Dia memilih pesawat pribadi yang lebih nyaman dan bisa beristirahat.Max menariknya ke ranjang yang disediakannya dalam pesawat pribadi itu.“Kemarilah!” Max sudah melepaskan ikat pinggang dan mengeluarkan benda bersarang miliknya.Benda itu terlihat sudah mengeras dan tegak sepertinya sudah sangat ingin dimanjakan oleh istrinya.“Max kau yakin ingin melakukannya disini?” Maureen sedikit menoleh kanan dan kiri.Dia hanya takut suaranya nanti terdengar oleh Martin, ada satu pramugari dan dua pilot khusus.“Tenanglah, jika memang Martin mendengar dan menginginkan nya, disana masih ada satu pramugari!” jawabnya tidak peduli, menarik istrinya duduk di pangkuan, sebelum itu Max menurunkan kain penghalang milik istrinya.“Max, apa kau tidak punya malu sama sekali?” meskipun berkata seperti itu, kedua tangan istrinya bertumpu pada bahu dan mulai mengangkat bokongnya.Max sud

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan    Penurut dan Patuh

    “Benarkah, kau tidak sedang membohongiku kan? Aku benar-benar berharap mama bisa selamat. Setelah aku tahu mama begitu menderita saat bercerita tadi, aku sudah memutuskan jangan sampai dia menderita lagi.”“Selama ini aku selalu menerima dan sabar ketika papa, ibu dan kakak tiriku berbuat semaunya. Karena semua alasanku tetap bersabar adalah mamaku.”“Aku terus bertahan dan akhirnya sampai hari ini tiba, aku benar-benar tidak ingin mama ikut menderita lagi. Aku akan melindunginya dengan sangat baik.“Max menatap wajahnya , dia geram mendengar curahan hati istrinya. “Apakah Kau perlu aku membalaskan dendam pada mereka?”Andaikan Max mendapatkan izin, dia tidak akan ragu untuk menghancurkan semua. “Selama mereka tidak menyakiti mama lagi dan mengusikku, aku anggap tidak pernah ada kejadian apapun.”“Apa yang sudah aku alami dulu, Aku akan anggap sebagai suatu pelatihan pertahanan diriku. Kalau bukan mereka melakukan ini semua padaku, mungkin aku yang sekarang tidak ada.”Maureen m

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan    Aku benar-benar beruntung

    “Baiklah Max, Aku mempercayakan sepenuhnya putriku padamu. Tolong jaga dan jangan buat dia menangis!” pesannya sambil mengusap tangan Max.Perasaan hangat yang tidak pernah Max dapatkan. Dia juga kehilangan kasih sayang orang tua akibat kecelakaan.Dia tumbuh besar dalam pengawasan kakeknya. Lalu kakek nya pun meninggalkan dirinya.Jadi, pesan ini sangatlah berarti.“Ayo, kita makan malam dulu, Tante!” ucap Max mencoba menjadi menantu yang berbakti.“Uhm, sebaiknya Kau juga mulai membiasakan diri untuk mengubah cara memanggilku,” ucap ibu Maureen beranjak dari duduk dan Maureen menggandeng tangannya.Kali ini Max tidak boleh cemburu. Itu adalah ikatan kasih sayang orang tua.Max mengangkat wajahnya, dia tidak menyangka kalau restu itu langsung dia dapatkan.“Ayo, sayang, Aku sudah lapar!” ucap Maureen berbalik, memanggil suaminya yang masih tertegun.“Dia benar-benar jadi bodoh setelah menjadi seorang suami. Dasar laki-laki tidak berguna!” ejek Adolf di hatinya.“Rupanya kalau benar-b

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan    Meminta Restu

    Di depan pintu dua pengawal memberi hormat dan membuka pintu tersebut perlahan.Itu adalah sinar matahari terbenam berwarna oranye saat pintu itu terbuka.Maureen melihat seseorang sedang duduk di kursi memandangi pantai dari beranda kamarnya.Pemandangan asing yang membuat jantungnya tiba-tiba bergetar.Dia perlahan melangkah masuk dan langkah kakinya yang semakin mendekat membuat detak jantungnya kian berdebar.“Apa ini yang Max siapkan? Kejutan? Apa yang sedang direncanakan?”Saat hatinya masih bertanya-tanya, seseorang itu berbalik.Mata kami berhenti sejenak.Ada gelombang yang tidak bisa aku lukiskan.Air mataku tiba-tiba saja mengalir keluar.“Mama ….”Maureen berlari ke pelukan dan menangis dengan kuat.Rasa rindunya, selama bertahun-tahun ini terwujud. Dia masih bisa melihat ibunya berdiri menyambut nya datang.“Mama … Kau sudah sembuh, Ma …”Tangan lembut gadis itu menyapu wajahnya yang tetap cantik meskipun sudah bertambah dengan usia.Air matanya juga tidak bisa dibendung.

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan    Kejutan

    "Martin, buang dan bakar rongsokan itu. Benar-benar benda merepotkan. Berani sekali benda itu membuat istriku seperti ini!" Alhasil dari pada dia memarahi istrinya. Dia Lebih baik melimpahkan kesalahan pada heli yang di tumpangi.Melihat wajahnya istrinya sudah pucat, lemas karena muntah terus dia menjadi tidak tega."Hei, Kau gila. Mana ada orang gila sepertimu. Membicarakan membuang heli seperti benar-benar membuang sampah!" Walaupun senang menahan perutnya yang mual akibat perjalanan. Irene tidak ingin juga karena kesalahannya muntah, Max membuang dan membakar heli yang menurut kasat mata nilainya cukup tinggi."Aku tidak peduli. Kita kembali akan menggunakan transportasi lain. Martin akan membakar benda itu setelah kita pergi!" Mata Irene semakin mendelik."Kau gila. Benar-benar kingkong jelek. Dengarkan Aku, sampai Kau berani membakarnya. Aku berani menjamin 100% ... belut listrik-mu itu tidak akan bisa berfungsi dengan baik.”“Aku akan memotong-motongnya dengan gunting lalu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status