Share

Bab 63. Pion

Author: QueenShe
last update Huling Na-update: 2025-08-23 17:37:03

​Langkah Riri terasa berat, seolah setiap pijakan menenggelamkannya ke dalam tanah. Udara dari pendingin ruangan di koridor apartemen Damian menusuk kulitnya, bukan lagi dingin yang menyegarkan, melainkan dingin yang membekukan. Ia berhenti di depan pintu bernomor 1709. Pintu kayu mahoni itu tampak mengkilap, memantulkan bayangan samar dirinya, dengan wajah yang pucat, mata yang terlihat lelah, dan tubuh yang terasa begitu rapuh.

​Tangannya bergetar saat mengeluarkan kartu akses. Kartu yang memang diberikan Damian padanya. Pria yang dicintainya itu pernah mengatakan bahwa Riri bisa datang kapan pun. Gerakan kecil itu memakan sisa keberanian yang ia miliki. Bunyi klik pelan terdengar, dan pintu terbuka perlahan, seolah memberikan isyarat bahwa tak ada jalan untuk kembali.

​Riri menarik napas dalam, memasuki ruangan itu dengan langkah hati-hati. Aroma khas penthouse Damian langsung tercium di hidungnya, campuran kayu manis dari lilin aromaterapi dan kopi yang baru diseduh. Dulu, aroma i
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terjebak Dendam dan Gairah   102. Tak ada tempat aman

    Damian duduk di kursi kayu di teras vila, rokoknya hampir habis, tapi ia bahkan tak sadar sudah mengisapnya sampai ke ujung filter. Mata pria itu merah, tak hanya karena kurang tidur, tapi juga amarah yang ia pendam sejak kabar penculikan Riri sampai ke telinganya. Tangannya mengepal di atas meja, buku-bukunya memutih.Fattah duduk di sampingnya dengan kepala menunduk, kedua tangannya menutupi wajah. Rambutnya yang biasanya rapi kini berantakan. Ia merasa seperti ayah yang gagal, hingga putrinya menghilang, dan semua pengamanannya terasa tak berguna. Suasana vila itu sunyi, hanya terdengar suara dedaunan bergesekan diterpa angin gunung yang dingin.“Sudah dua hari,” suara Damian pecah, berat menahan amarah. “Dua hari! Aku memprediksi mereka sudah memindahkan Riri entah kemana, dan kita belum punya satu pun petunjuk konkret.” Ia melempar puntung rokok ke lantai lalu menginjaknya dengan gerakan kasar.Fattah mengangkat kepalanya perlahan. Matanya sembap, wajahnya tampak sepuluh tahun le

  • Terjebak Dendam dan Gairah   101. Berusaha berlari

    Riri duduk di ranjang besi itu dengan tubuh terentang, kedua tangannya diikat tali kain kasar ke sisi ranjang, sementara kakinya diikat kuat ke bagian bawah ranjang. Setiap gerakan kecil membuat kulitnya terasa perih, tali itu menggesek pergelangan tangannya hingga meninggalkan bekas merah. Air mata terus mengalir di pipinya, tapi pikirannya menolak menyerah.Ia mulai menggerak-gerakkan tangannya, mencoba melonggarkan ikatan itu. Tali kain itu kasar dan kaku, menekan kulitnya dengan kejam. Riri memutar pergelangan tangannya, menggeliat sekuat tenaga, meski rasa sakit mulai menjalar. Kulitnya robek sedikit, darah merembes di sepanjang pergelangan tangan.Napasnya terengah, keringat dingin membasahi kening. Ia tahu peluangnya tipis, tapi ia tak bisa hanya diam menunggu kematian. Berkali-kali ia menarik dan memutar tangannya, berharap ikatan itu melonggar walau sedikit saja.Suara pintu besi mendadak berderit. Riri terperanjat, tubuhnya menegang. Bobby melangkah masuk dengan wajah datar,

  • Terjebak Dendam dan Gairah   100. Saudara tak diinginkan

    Riri perlahan membuka mata. Pandangannya kabur, kepalanya terasa berat, dan mulutnya terasa kering seperti gurun. Aroma tajam obat bius masih samar tercium, bercampur bau karat dan debu. Ia mencoba bergerak, tapi suara gesekan rantai terdengar. Perih langsung menjalar ke pergelangan tangannya.Tangan dan kakinya terikat ke ranjang besi. Ranjang itu berderit pelan setiap kali ia mencoba menggeliat. Mulutnya dibekap kain kasar, membuatnya hanya bisa mengeluarkan suara lirih.Riri menoleh ke sekeliling. Kamarnya gelap, hanya diterangi lampu bohlam redup yang menggantung di langit-langit, berayun perlahan. Dindingnya terbuat dari beton kusam dengan bercak lumut di beberapa sudut. Aroma pengap dan dingin merayap ke kulitnya, membuat bulu kuduknya berdiri. Tak ada jendela, hanya satu pintu besi di ujung ruangan.Panik mulai melanda. Detak jantungnya berpacu kencang. Ia mencoba mengingat apa yang terakhir kali terjadi. Ada penyusup masuk, diikuti suara tembakan, jeritan bodyguard, dan salah

  • Terjebak Dendam dan Gairah   99. Pemburuan Malam

    Damian berdiri di tengah ruang tamu vila itu, tubuhnya tegak seperti patung, namun auranya memancarkan amarah yang membara. Foto USG Riri masih terasa di saku jasnya, seolah menjadi pengingat bahwa waktu terus berjalan dan nyawa dua orang yang ia cintai sedang dipertaruhkan.“Pak Tua,” ucap Damian lirih namun tegas, “aku butuh semua rekaman kamera di sekitar wilayah ini. Semua laporan polisi, semua informasi sekecil apa pun. Orang-orang itu profesional, tapi tak ada yang sempurna. Mereka pasti meninggalkan jejak.”Fattah mengangguk. “CCTV rumah rusak semua. Tapi tim sudah mulai menelusuri CCTV kota. Juga menghubungi beberapa orang lama. Tapi Damian…” Fattah menatapnya tajam, “kalau mereka seahli ini, kemungkinan besar orang terlatih. Kalau ini perbuatan Kana, berarti ia keterlaluan!"Damian tersenyum miring, tapi tatapannya dingin. “Lihat saja nanti, semakin besar mereka menyentuh Riri, maka semakin keras aku akan menjatuhkan mereka. Tak ada orang yang tak bisa disentuh, Pak Tua.”Ia

  • Terjebak Dendam dan Gairah   98. Perang Dua Raja

    Malam di Malang terasa berat, udara dingin menusuk tulang. Damian turun dari SUV hitam yang menjemputnya di bandara dengan ekspresi dingin dan sorot mata tajam seperti pisau. Vila persembunyian Riri kini dipenuhi garis polisi kuning yang berkelok-kelok di halaman depan. Lampu sorot polisi menerangi pekarangan luas yang biasanya tenang, tapi malam itu berubah seperti TKP pembantaian.Beberapa petugas polisi masih berjaga, menulis laporan, dan memotret sisa-sisa kekacauan. Dua kantung jenazah hitam terbentang di dekat gerbang, diapit polisi forensik yang sedang mengumpulkan barang bukti. Aroma anyir darah samar tercium di udara, bercampur dengan bau hujan yang belum lama reda. Para bodyguard dan asisten rumah tangga di mintai keterangan.Damian melangkah masuk, tangannya terkepal di sisi tubuh. Wajahnya tanpa ekspresi, tapi sorot matanya memancarkan badai emosi yang hampir tak terkendali. Sepatunya menginjak pecahan kaca dari lampu gantung yang pecah.“Damian.”Suara itu membuat Damian

  • Terjebak Dendam dan Gairah   97. Memutar balik fakta

    Telepon dari Fattah tadi pagi masih bergema di kepalanya. Suara ayah Riri yang biasanya tenang kini terdengar tegang dan penuh emosi.Membuat dunia Damian terasa runtuh.“Dam... Riri… Riri diculik, Damian. Rumah tempat tinggalnya berantakan, dua orang bodyguard tewas. Saya butuh kamu ke sini. Bisa kan kamu menyusul kesini sekarang?”Damian berdiri di depan jendela kantornya, napasnya memburu. Tangannya menggenggam ponsel erat sampai buku-bukunya memutih. Ia meraih jasnya, lalu menendang kursi di belakang meja hingga terbalik. Jantungnya bertalu cepat, pikirannya melayang pada Riri. Ia benar-benar takut sesuatu terjadi pada wanita yang di cintainya“Kalau anda tak menyembunyikan Riri dariku, hal ini tidak akan terjadi!” bentaknya pada Fattah yang masih di seberang.“Damian, ini bukan saatnya saling menyalahkan! Semua di luar kendaliku, tak ada satu pun yang mengetahui villa ini. Saya benar-benar kecolongan!” balas Fattah dengan nada tajam.Damian tak ingin mendengar ucapan Fattah, tanl

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status