Keesokan harinya, Elea terbangun dari tidurnya. Semalam setelah menghabiskan makanannya, ia langsung tertidur karena kelelahan."Ya ampun sudah jam 10 pagi?" Pekiknya melotot, ia sudah siang dan tidak ada yang membangunkannya.Ia melirik pakaiannya yang sudah terganti, ia semakin terkejut dan memeluk diri sambil mendengus. "Dia suka sekali mengganti pakaianku. Dasar pria mesum!" Teriaknya sekuat tenaga di akhir katanya.Aldrich yang baru keluar dari kamar mandi langsung berhenti dan menoleh pada Elea yang seperti orang kesurupan. Berteriak dan Aldrich tahu umpatan itu untuknya."Sudah berani meriakiku?" "Elea menelan ludah susah payah dan menggeleng. "Tuan, kau yang mengganti pakaianku?" tanya Elea hati-hati."Kenapa? Kau istriku!"Elea mencebik. "Lain kali jangan melakukannya. Aku tidak suka," ujarnya melengos membuang muka malu.Aldrich hanya menatapnya datar, tidak menyanggupi atau apapun. Pria berlesung pipi itu menghela napas pelan. "Maafkan aku, semalam aku melihat kalau kau ke
Rea langsung berbalik dengan tubuh menegang, suara bariton sang kakak membuatnya nyalinya menipis. Ia yang tadinya terbawa emosi pada Elea mendadak menjadi berbeda."Kak, kau kembali?" ucapnya gugup salah tingkah. Kemudian menampilkan senyum seperti tidak terjadi apapun.Sementara Elea hanya menatap heran pada Rea yang sudah menghinanya. Mendadak wanita itu menjadi lembut."Eleanora, masuk ke kamar dan jangan keluar sebelum aku datang!""Adikmu menghinaku, dia juga mengatakan keadaan ayahku, aku--,""Eleanora masuk ke kamarmu!" bentak Aldrich.Eleanora langsung terdiam, ia menatap marah pada Aldrich yang menurutnya sangat keterlaluan.Sementara itu, Rea hanya mendengus kasar, ia menghembuskan napas pelan dan memberanikan diri menatap Aldrich. "Kak aku tidak bersalah, istrimu menamparku, aku akan adukan ini pada mama!" Rea melangkah dari hadapan Aldrich, ia ingin kembali sebelum masalah semakin besar. Namun, suara bariton kakaknya menghentikan langkah gugupnya."Masuk ke ruang kerjaku!
"Tuan, boleh aku bertanya?" Eleanora membawa secangkir kopi dan meletakkannya di atas meja kerja Rich. Sudah beberapa minggu sejak kedatangan Olivia ke kediaman Aldrich. Pria itu semakin jarang saja bersuara dan itu membuat Elea seperti sendiri."Heum. Tanyakan saja, apa itu!""Wanita yang datang saat itu, apakah dia kekasihmu?" tanyanya hati-hati.Aldrich meletakkan pulpennya, membuka kaca mata kerjanya dan menatap lamat Eleanora yang duduk di hadapannya."Olivia. Namanya Olivia.""Apakah nona Olivia kekasihmu?"Berdehem sambil mengangguk kecil. Aldrich berdiri dari duduknya dan berpindah tempat ke sofa. Elea juga mengikutinya kemudian duduk di hadapan pria yang ia kira akan menjualnya saat itu."Dia sangat cantik, kulitnya sangat halus. Kalian terlihat sangat cocok bersama," ujarnya memperhatikan Aldrich dengan seksama. Pria yang sudah menjadi suaminya ini memang tidak memiliki cela sedikitpun."Apakah pantas seorang istri mengatakan itu untuk suaminya? Kau tidak cemburu?""Eh?" Ele
"Tuan, menjauhlah. Jangan membuat kami melakukan sesuatu yang tidak Anda bayangkan," kata salah seorang penjaga Eleanora."Siapa bos kalian sebenarnya? Apakah pria tua bangka?" Julian menyeringai remeh, ia menatap Elea yang memunggunginya lalu berkata. "Sebegitu frustasinya kah kau Elea sampai menjadi simpanan pria tua?"Elea mengepalkan tangan. Ia berbalik dan menatap tajam pada Julian. "Setidaknya, dia jauh lebih baik darimu, Julian Matthew!"Julian yang geram disebut namanya secara jelas ingin melakukan sesuatu pada mantan kekasihnya. Akan tetapi tangannya lebih dulu dipelintir oleh pria berbadan besar kebanggan Aldrich."Sudah ku peringatkan Tuan. Jangan melakukan apapun pada nyonya kami, atau kalian berdua akan kami buang dari lantai atas," ujarnya dengan mata melotot.Fera yang ketakutan lebih dulu menarik tangan Julian dan menjauh. Ia tidak akan menyiakan hidupnya hanya untuk Eleanora yang tidak jelas."Sayang, sudah biarkan saja Eleanora. Aku tidak ingin mati karena berurusan
Elea memejamkan mata dan menutup telinga karena dua orang pengawal yang tadi bersamanya sudah bereaksi bak pahlawan.Rosa yang tidak tahu apapun hanya diam mematung karena terkejut. Ia yang tidak sempat berbicara semakin syok saat Aldrich menarik tangan Elea dan membawanya ke sebelahnya.Aldrich melirik pada Rosa, yang terlihat bingung karena kehadiran Elea di sebelahnya. Bukan hanya Rosa, seluruh pengunjung pun merasa penasaran dengan gadis di samping Aldrich."Maaf atas ketidaknyaman yang terjadi Nona."'Apakah dia adik tuan Aldrich?' Rosa mengira, Eleanora adalah Rea."Jangan khawatir Tuan, saya tidak masalah!" ucapnya masih tidak tahu harus mengatakan apa, karena genggaman Aldrich seolah tidak ingin lepas."Dia ....?""Dia Eleanora!" Aldrich memperkenalkan Elea pada Rosa.Rosa mengerutkan kening karena merasa aneh, ia tahu bahwa nama adik Aldrich adalah Reanita, bukan Elea.Aldrich tahu kebingungan Rosa namun ia tidak perlu menjelaskan. "Jika tidak keberatan, kami akan kembali leb
"Selamat pagi, Tuan Jack," Elea membungkuk kecil dengan teh di tangannya. Ia mendapati Jack yang datang dengan tergesa."Ah, selamat pagi, Nyonya. Maaf karena saya tidak melihat Anda," katanya merasa bersalah.Elea mengibaskan tangan. "Aku sebesar ini tak nampak? Anda keterlaluan." Jack menggaruk tengkuk karena merasa semakin bersalah.Elea akhirnya mengalihkan pembicaraan karena melihat Asisten suaminya yang salah tingkah. "Ada apa? Di mana Tuanmu? Aku tidak mendapatkannya sejak pagi," kata Elea yang tidak melihat keberadaan Aldrich. Padahal, sudah berusaha bangun sangat pagi."Tuan di mansion utama, Nyonya. Nyonya besar mengadakan acara untuk tuan Aldrich.""A-acara?" Elea merasa aneh, mertua dan adik iparnya tidak menyukainya sehingga acara untuk suaminya saja tidak diberitahukannya."Ulang tahun tuan. Juga acara peresmian hotel atas nama tuan," jelas Jack merasa tidak enak karena ia yang harus menjelaskan ini."Oh, apakah aku memang tidak boleh tahu sampai mereka tidak memberitahu
Di hari yang Jack katakan. Eleanora sudah menanti sejak pagi, jika Aldrich akan mengatakan padanya tentang acara yang akan ibu mertuanya adakan. Namun, sampai hari sudah gelap Aldrich tidak mengatakan apapun.Yang lebih membuat Elea kesal, Aldrich tidak kembali sejak siang. Jack pun tidak mengatakan apapun padanya.Menghela napas berat. Gadis berusia 22 tahun itu, mendengus berulang kali menatap kotak kecil yang dibungkus dengan kertas coklat pastel. Ada pita berwarna cream muda juga sebagai pemanis.'Apa dia melupakanku? Kenapa tuan Jack tidak menjemput atau mengabariku?' batinnya duduk di depan meja rias."Atau jangan-jangan Tuan Aldrich tidak ingin aku menghadiri acara itu!" bahunya luruh, ia menyadari satu hal. Pernikahan mereka di rahasiakan, juga statusnya hanya sebagai istri rahasia."Ada apa dengan otakku? Kenapa aku mengharapkan berdiri di sebelahnya dengan gaun indah?" Elea berdecak. Ia berdiri menatap diri didepan cermin dan bersedekap. "Eleanora Wilson. Kau jangan bermimpi
"Selamat malam, Nona," ujar Julian menatap pada Olivia yang menegang lalu mengalihkan perhatian pada Aldrich yang tetap biasa saja."Selamat atas pencapaian Anda selama ini, Tuan Aldrich," ucapan selamat Julian tidak sebenarnya tulus. Pria yang menjadi mantan kekasi Eleanora ini masih terus mencari cara menjatuhkan sang ahli waris."Seleramu tidak buruk juga, dia kekasihmu?" tembak Aldrich pada Fera yang menatapnya takjub. Dibandingkan dengan Julian pria ini jauh di atas segalanya.Fera berdehem, menyalurkan tangan tetapi tidak Olivia maupun Aldrich yang menyambutnya. "Eh, saya Fera, Tuan." "Tuan Julian, sepertinya kekasihmu sangat lapar hingga tidak sadar bahwa kau berada di sebelahnya," sindir Aldrich memasang senyum remehnya.Julian melirik Fera yang langsung terdiam mendengar sindiran untuknya. Pria tampan ini tidak bisa berkata manis padahal dia sudah berpenampilan sangat cantik dan molek."Nona, aku berharap pria di sebelahmu tidak menganggap boneka seperti ucapannya beberapa s